Nilai-Nilai Dalam Kehidupan, 2/e - PDFCOFFEE.COM (2024)

Nilai-Nilai dalam Kehidupan Edisi Kedua

u1 ,2 /e

oleh :

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

Sando Sasako

Penerbit: CV Serabdi Sakti Jakarta, Januari 2016

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – iii

Kata Pengantar (Edisi II) You said value creation, I said value destruction. I said value creation, you said value destruction. Conflicting values merupakan bara api dalam sekam dalam suatu hubungan yang kian memburuk (transgresi). Ibarat kaca yang sudah retak. Ratak mananti balah. Konflik kepentingan akan selalu ada. It’s an adamant.

u1 ,2 /e

Me-reset suatu hubungan tidaklah sama dengan me-reset komputer, peralatan elektronik. Terlalu banyak dimensi yang menjadi pertaruhannya. Too much values at stakes in one sincere apology. That is called by gengsi, arogansi diri. No one wants to take a blame. I am Mr./Ms. Right. Always. Forever. Do you have a problem with that?

Ketika sampai pada kalimat pertanyaan tersebut, bubar jalan merupakan solusi terakhir dan satusatunya dalam suatu hubungan. It’s the end of the road. There are irreconcilable differences.

aly sis

,b uk

Dalam dimensi dan perspektif korporasi, bubar jalan dilakukan atas nama corporate restructuring. Ada banyak cara dan istilah. Hubungan yang menguntungkan merupakan sasaran utama. Hubungan yang merugikan pun sangat berpotensi untuk dijual, dalam rangka cut loss. Walau demikian, satuan dan indikatornya tidak melulu dan mutlak harus moneter.

An

Unsur ketidakpuasan, (ketidaksepakatan, dan/atau segala yang bersinonim) merupakan faktor yang menjadi penyebab dasar (biang keladi) bagi terjadinya bubar jalan. Beberapa pihak yang berkonflik atau bersengketa dan dirugikan bisa menerima dengan kondisi apa adanya. Sebaliknya, beberapa pihak yang tidak puas bisa berserikat dan berasosiasi dalam satu atau beberapa barisan sakit hati (belligerents).

oo nV

alu e

Personal vendetta bisa menjadi suatu keniscayaan. Waktu dan tempat tergantung momentum. Eksekusi bisa dalam bentuk kekerasan verbal, fisik, intimidasi, atau dalam bentuk aksi terorisme. Skalanya bersifat relatif, tergantung situasi dan kondisi pada kausalitas awal dan akhir. Can’t we live just as one? In unity?

Sa

nd

oS

as

ak

Jakarta, 31 Januari 2016 Sando Sasako sandosako @ yahoo.com Mobile: +62 812 8056 516

Sa as

oS

nd

alu e

oo nV

ak

aly sis

An

,b uk

u1 ,2 /e

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – v

Kata Pengantar (Edisi I) Nilai-nilai kehidupan (values of life) dan nilai-nilai dalam kehidupan (values in life) merupakan dua konsep yang berbeda. Penulis tidak ingin memperpanjang kesamaan dan perbedaan pada 2 konsep ini, kecuali menyampaikannya langsung ke sidang pembaca.

u1 ,2 /e

Membahas nilai-nilai (dalam) kehidupan merupakan suatu hal yang menantang karena bersifat multi-dimensi, penuh dengan cross-cutting issues, dan membutuhkan pengetahuan dan pengalaman teoritis dan praktis yang tidak sedikit. Sifatnya yang akumulatif membuat banyak pihak pasti akan berseberangan dengan berbagai pandangan dan uraian yang penulis sampaikan dalam buku ini.

Ada beberapa adagium terkenal, it takes one to know one. It takes a thief to catch a thief. You gotta know yourself to know one. Seperti kata Socrates, to know one is to know oneself.

,b uk

Perbedaan nilai atas sesuatu lebih disebabkan wujudnya perbedaan sudut pandang, kepentingan, dan ekspektasi. Beberapa pihak sering memiliki preferensi pilihan pada kacamata kuda. Seperti katak dalam tempurung. You haven't seen the world as I've seen it. You only want to see the world as you fit, like, and prefer. Itu dia.

An

aly sis

Ada cukup banyak batasan yang bersifat tidak jelas di dunia ini. Banyak pihak lebih memilih untuk mendiamkan permasalahan yang ada dibandingkan mendudukkan hal-hal apa sebenarnya yang menjadi permasalahan. Setbacks akan selalu terjadi. Pokok permasalahan yang sebenarnya adalah agree to disagree.

alu e

Negosiasi yang menghadapi jalan buntu, cul-de-sac, dead end, impasse, stalemate, standstill, standoff hanya bisa diatasi dengan tetap menjaga jalur komunikasi tetap terbuka. Tatap muka merupakan bentuk perundingan yang paling efektif. Gestur dan bahasa tubuh merupakan bentuk ekspresi yang tidak bisa dipalsukan.

oo nV

Di sisi lain, salah satu jalan keluar bagi belum adanya kesepakatan adalah how to compensate some disagreements? Ticktacktoe. Tit-tat-toe. Tit for tat. You win some, you loose some. You cannot win all the games you played. Dalam suatu permainan, ada aturan yang bersifat tertulis dan tidak tertulis. There are shared understandingness and common perspectives. Should be.

oS

as

ak

Ada beberapa permainan yang tidak memiliki peraturan sama sekali seperti beberapa adagium terkenal: all is fair in love and war; the ends justify the means; praktek menghalalkan segala cara. Hubungan, permainan, persaingan, perang merupakan pertumbukan dua pihak yang memiliki sistem nilai yang bisa berbeda sama sekali. Seperti kata pepatah, kepala sama hitam, ….

Sa

nd

Beberapa permainan justru mengharuskan pemainnya untuk bermain curang dengan membolehkan cheat codes supaya tetap bisa bermain (stay in the game). Beberapa pemain memilih bermain aman, pada permukaannya, dan pada permulaannya. Losing the game is not an option. Walau demikian, loose ends akan selalu terjadi, by definition. Harus ada yang dikorbankan dan menjadi korban. Dalam permainan, apa pun itu, fenomena dan prilaku herding merupakan keniscayaan. Ada yang menjadi pengikut, ada yang menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang ada bisa bersifat primordial, atas dasar perebutan kekuasaan berdasarkan kekuatan (fisik dan psikis) seseorang atau sekelompok orang, kesepakatan kaum (perjanjian masyarakat), atau lainnya. For whatever is worth, hidup kita dan tujuan hidup kita didefinisikan oleh apa yang telah kita perbuat. Kita seharusnya hidup dan memiliki hidup yang bermakna. What makes life worth living for. Kita seharusnya hidup bukan untuk diri sendiri. Di dunia dengan masyarakat yang hidup dalam

vi - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

kondisi post-modern, each of us selalu mencoba cashing in whatever it is, whenever it is possible, wherever it will be, whomever to deal with. If you don't contribute the least, you shall be left wherever you stand.

u1 ,2 /e

Nilai yang kita ciptakan seharusnya tidak bersifat dan tidak diukur atas dasar ukuran moneter. Di sisi lain, nilai moneter suatu barang atau jasa biasanya disematkan dengan barcode, label, dan (price) tag. Nilai ekonomis bisa diukur dalam bentuk EVA atau yang sejenis. Nilai finansil bisa diukur secara derivatif. Nilai ekspektasi sering dipolitisir dan diagung-agungkan dengan dasar, fakta, premis yang sering sumir dan kontradiktif. Nilai (barang) seni-budaya yang subjektif sering menjadi standar dan ukuran moneter tersendiri.

,b uk

Berbagai value judgment dalam tulisan ini bersifat subjektif. Walau penulis mencoba untuk tidak mendiskreditkan pihak-pihak tertentu, berbagai kasus hipotetis sudah menjadi wacana umum. Segala sesuatu yang ada dalam tulisan ini adalah tanggung jawab penulis. To err is human.

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

Jakarta, 29 Juli 2015 Sando Sasako sandosako @ yahoo.com Mobile: +62 812 8056 516

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – vii

Daftar Isi

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Kata Pengantar (Edisi II) ................................ iii Kata Pengantar (Edisi I) ................................... v Pancasila Diinterpretasi .................................. 29 Tap MPR No.II/1978 tentang Pedoman Daftar Isi ....................................................... vii Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) (Ekaprasetia Pancakarsa) .................... 29 Daftar Tabel ................................................... ix Daftar Bagan .................................................. ix Lampiran Tap MPR No.II/1978 tentang P4 ........................................................... 30 Executive Summary........................................ xi Penjelasan dalam Lampiran Tap MPR No.II/1978 tentang P4 ............................ 34 Pendahuluan .................................................... 1 36 Butir-butir Pancasila .............................. 34 Existentialism .............................................. 1 45 Butir-butir Pancasila .............................. 35 Konkretisasi Expected Values dalam Ilmu Tap MPR No.XVIII/1998 tentang Ekonomi ...................................................... 2 Pencabutan Tap MPR No.II/1978 tentang Disiplin Nilai ............................................... 3 P4 dan Penetapan tentang Penegasan Keunggulan Operasional .......................... 3 Pancasila sebagai Dasar Negara.................. 37 Customer Intimacy................................... 4 Kepemimpinan Produk ............................ 4 Konsep Nilai dalam Agama ............................ 38 Agama sebagai Produk Budaya dan Pengertian Nilai dan Kata Terkait .................... 4 Fenomena Kebudayaan .............................. 39 Dimensi Nilai .............................................. 6 Signifikansi Agama .................................... 40 Sistem Nilai ................................................. 7 Judaism .................................................. 41 Nilai-nilai Budaya (Cultural Values) .......... 10 Pengaruh Yunani .................................... 43 Hindu ..................................................... 44 Corporate Cultures dan Corporate Values .. 12 Budha ..................................................... 46 Kristenitas .............................................. 48 Konsep Nilai dalam Ilmu Filsafat .................. 14 Definisi Filosofi ......................................... 15 Islam .......................................................... 61 Pendekatan dalam Ilmu Filsafat ................. 16 Islamophobia dalam Sejarah ................... 61 Epistemologi.......................................... 17 Islamophobia pada Masa Kini................. 62 Metafisik ............................................... 18 Sistem Petrodollar .................................. 63 Logika ................................................... 19 Dunia Muslim ........................................ 65 Etika dan Estetika .................................. 20 ISIS sebagai Kekhalifahan Islam Masa Kini ........................................................ 67 Konsep Nilai Diideologikan sebagai Alat Indoktrinasi dan Moral Code ......................... 21 Values in ICT ................................................. 68 Penjajah Jepang Mengakomodasi What is an Artificial Intelligence? .............. 68 Pancasila sebagai Dasar dan Tujuan Intelligence Defined ............................... 69 Indonesia Merdeka .................................... 21 Purpose of Artificial Intelligence ............ 70 Indoktrinasi Pancasila ................................ 22 Human Intelligence Defined ................... 71 Berakhirnya Era Indoktrinasi Pancasila ...... 23 Self-Awareness ...................................... 71 Delegitimasi Kekuasaan MPR ................... 23 Some Human-Age Creatures .................. 72 Algorithm, A Messing Device to Human Penyebutan Istilah Pancasila .......................... 25 Intelligence ................................................ 72 Pembukaan UUD 1945 ala M. Yamin ........ 25 Algorithm in Briefs ................................ 73 Piagam Jakarta........................................... 26 Algorithm, A Means for Logical Proklamasi Kemerdekaan Republik Deduction ............................................... 73 Indonesia ................................................... 27 The Binary System ................................. 74 Pembukaan UUD 1945 .............................. 27 PageRank as Google's Algorithm............ 75 Pembukaan UUD RIS (Republik Indonesia Serikat) ...................................... 28 Expected Values on Products ......................... 75 Pembukaan UUD sem*ntara 1950 ............. 28 Sistem Klasifikasi Produk .......................... 76

viii - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Pengertian Produk...................................... 79 Jenis Produk berdasarkan Elastisitas Permintaan dan/atau Penawaran ................. 79 Siklus Produk ............................................ 81

Dampak Globalisasi ................................. 128 Intervensi terhadap Liberalisasi Individualisme .......................................... 129 Peran Media ............................................. 130

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Value Creation on Products ........................... 84 The Deal ...................................................... 130 Keunggulan Bersaing ................................. 85 Asal Kata Deal ......................................... 131 Kritik terhadap Teori Porter ....................... 90 Pemakaian Kata Deal ............................... 131 Sumber Keunggulan Kompetitif................. 91 Pendekatan Kreatif dalam Berunding........ 132 Komparasi Keuntungan Keunggulan The Negotiator ......................................... 133 Kompetitif ................................................. 92 Teori Perundingan .................................... 134 Kepemimpinan Biaya ............................. 93 Aksi-Reaksi Selama dan Sesudah Diferensiasi ............................................ 95 Perundingan ............................................. 134 Skala Kecil dan Fokus terhadap Pasar .... 97 Bentuk Reaksi selama Perundingan .......... 135 Kecepatan .............................................. 98 Peran Emosi selama Perundingan ............. 136 No Deal .................................................... 137 Value Building ............................................ 100 Strategi Korporasi Merealisasi The World is not Your Oyster ...................... 137 Keunggulan Kompetitif ........................... 104 l'exploitation de l'homme par l'homme ...... 138 Chimera vs Sinergi .................................. 105 Blue-Collars vs White-Collars .................. 139 Tentang Kata Alasan ............................ 106 Redefining The Blue-Collar...................... 140 Alasan sebagai Kata Benda .................. 107 The Blue-Collar Crimes............................ 140 Alasan sebagai Kata Kerja ................... 108 The Chimeral Synergies dalam Merger Kekerasan sebagai Manifestasi Kegagalan dan Akuisisi ............................................. 109 Berunding .................................................... 141 Push and Pull Factors dalam Upaya Sebab Konflik .......................................... 142 Takeover .............................................. 110 Solusi Konflik .......................................... 143 Typical Corporate Strategies by Growth Pemicu Prilaku Manusia ........................... 144 Factors ..................................................... 111 Intervensi Memodifikasi Prilaku ............... 145 Typical Corporate Strategies in Practice... 114 Ajaran Modifikasi Alami Prilaku .............. 146 Forward Integration ............................. 115 Kekerasan sebagai Prilaku, Budaya, dan Backward Integration ........................... 116 Politik Bangsa Yahudi .............................. 147 Horisontal Integration .......................... 116 Market Penetration ............................... 116 Konflik sebagai Cikal-bakal Terorisme ........ 148 Market Development ........................... 116 Tujuan Terorisme ..................................... 148 Product Development ........................... 116 Aplikasi Terorisme ................................... 148 Concentric Diversification ................... 117 Terorisme Negara ..................................... 149 Conglomerate Diversification .............. 117 Terorisme: Efek Personal ......................... 150 Horisontal Diversification .................... 117 Terorisme: Respon, Dampak, Efek Politis 150 Joint Venture ....................................... 117 Mendisain Sistem Anti-Terorisme ............ 151 Retrenchment ....................................... 118 Divestiture ........................................... 118 A Relationship, A Game, A Competition, or Liquidation .......................................... 118 A War .......................................................... 151 What Moves People, Corporations? .......... 154 Value Destruction ........................................ 118 Judging The Value Propositions ............... 155 Masalah Pengukuran ................................ 119 Values that Lost ....................................... 158 M&A Diringkaskan ................................. 120 Perang Dingin dan Bara Api dalam M&A in Human Terms ............................ 125 Sekam ...................................................... 159 Love is a game, want to play? ................... 162 Hubungan Sosial, Pada Mulanya.................. 126 Definisi Kohesi Sosial ............................. 127 Referensi ...................................................... 165 Hambatan Kohesi Sosial .......................... 128 Web ......................................................... 165

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – ix

e-book ..................................................... 165

Buku ........................................................ 166

Daftar Tabel

u1 ,2 /e

,b uk

An

Daftar Bagan

Table 9 – Negara-negara Islam menurut Regionalisme ................................. 67 Table 10 – Strategy and Sources of Competitive Advantage .................. 85 Table 11 – Risiko Strategi Generik ................. 93 Table 12 – Value building in multibusiness companies .................................... 103 Table 13 – Sumber perbedaan kompetensi di berbagai tahapan evolusi industri ......................................... 104 Table 14 – Aturan sederhana, diringkaskan .. 105 Table 15 – Tiga pendekatan terhadap strategi ......................................... 106 Table 16 – Strategi alternatif korporasi didefinisikan dan dicontohkan ...... 115 Table 17 – Bentuk hubungan dan interaksi dalam sosiologi dan antropologi ... 126

aly sis

Table 1 – Value Chain Analysis vs Value Discipline ........................................ 2 Table 2 – Persyaratan Strategi Bersaing Generik............................................ 3 Table 3 – Lima dimensi budaya ala Hofstede ........................................ 10 Table 4 – Posisi Ilmu Filsafat menurut Topik Percabangannya ................... 16 Table 5 – Membandingkan Pancasila ala M. Yamin dengan Soekarno........... 22 Table 6 – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks ..................... 58 Table 7 – Biodata 44 POTUS, 1789-2015 ...... 60 Table 8 – Islam sebagai agama mayoritas menurut jumlah, 2010 .................... 65

Figure 15 – Rantai nilai untuk produsen penjiplak ........................................ 88 Figure 16 – Elemen Struktur Industri.............. 89 Figure 17 – Contoh-contoh cara usaha mencapai keunggulan kompetitif melalui kepemimpinan biaya .......... 94 Figure 18 – Contoh-contoh cara suatu usaha (terhadap aktivitas rantai nilai) mencapai keunggulan kompetitif melalui diferensiasi ....... 96 Figure 19 – Contoh-contoh cara suatu usaha (terhadap aktivitas rantai nilai) mencapai keunggulan kompetitif melalui kecepatan .......... 99 Figure 20 – Grand strategy: Selection matrix........................................... 112 Figure 21 – Grand strategy: Clusters model .. 113 Figure 22 – Sinergi merger yang diharapkan tumbuh dari 3 bidang penciptaan nilai ............................ 121 Figure 23 – Tahapan penciptaan nilai dalam M&A melalui tinjauan terhadap proses due diligence ....... 122 Figure 24 – Peta manfaat dan risiko modal sosial dalam proses M&A ............ 123 Figure 25 – Peta manfaat dalam proses M&A yang diturunkan dari

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

Figure 1 – Diagram Euler .............................. 17 Figure 2 – Peta Kritenitas Barat dan Timur .... 49 Figure 3 – Percabangan Kritenitas Barat dan Timur dan Pembandingan 6 Sistem Gereja Utama (Konstantinopel, Roma, Inggris, Presbyterian, Lutheran, Methodist) ..................................... 50 Figure 4 – Peta wilayah Kekaisaran Ottoman, 1683 ............................... 62 Figure 5 – OPEC Share of World Crude Oil Reserves, 2012......................... 64 Figure 6 – Mazhab dalam Islam ..................... 66 Figure 7 – Memetakan Artificial Intelligence .................................... 68 Figure 8 – Flowchart Euclid .......................... 74 Figure 9 – Peta keterkaitan antara ISIC, SITC, HS, CPC, CPA, NACE ........ 77 Figure 10 – Pembandingan permintaan yang elastis sempurna dan tidak elastis sempurna ............................ 80 Figure 11 – Jenis barang menurut ilmu ekonomi ........................................ 80 Figure 12 – Siklus Produk: Tahapan Adopsi Teknologi .......................... 83 Figure 13 – Model Keunggulan Kompetitif ..................................... 86 Figure 14 – Rantai nilai generik ..................... 87

x - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

hubungan sebelum Figure 27 – Roda Emosi ala Robert berlangsungnya M&A.................. 124 Plutchik ........................................ 163 Figure 26 – Hierarki Kebutuhan Manusia dan Design Concern..................... 152

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – xi

Executive Summary This book originally intends to give a brief description on value analyses over human aspects in life, that is ipoleksosbud-hankamnas. The value in political aspects should be described in relation to the legal and law system, domestically. The value in economical aspects has been described in a book titled by “Corporate Financing: Early Warning System Application on Financial Distress Indicators (Measurements)”. The value in national defense and security aspects should be described in relation to the legal and law system, internationally.

u1 ,2 /e

This book begins with a question of what makes a value and values matter. The value definition analysis is continued with the discussions over its dimension, system, and on cultural contexts in corporations, psychologically and philosophically.

,b uk

Some values are meant and treated sacred in terms of ideology and religions. As it is, it has been exploited and manipulated as a bond to associate the relationship for millenias. The value concepts are then applied to economic goods, to be created, and built upon. On the other hand, the conflicting values can mean one see it entirely different.

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

One see it as a value creation, while the others see it as a value destruction. Relational transgression is named to be an episode of a cycle in the inter-relationships of one human.

Sa as

oS

nd

alu e

oo nV

ak

aly sis

An

,b uk

u1 ,2 /e

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 1

Pendahuluan Sebagai bagian dari analisa, konstruksi teori berseri tentang nilai, beberapa konsep tentang nilai bisa sangat membantu menjelaskan beberapa hal yang dianggap apa adanya (taken for granted), tetapi memiliki arti yang sebenarnya cukup signifikan. Beberapa konsep lainnya tentang nilai mencakup expected values, value building, value discipline, time value of money, atau lainnya.

u1 ,2 /e

Upaya menuliskan hal yang dianggap biasa bisa menjadi batu sandungan yang umum di kalangan penulis (writer’s block). Menuliskan ulang (re-write), apa pun itu, akan menjadi lebih mudah bila kita memiliki sudut pandang tersendiri terhadap suatu hal. Oleh karena itu, sejarah apa pun bebas diinterpretasi oleh siapa pun. History is his story. The legacy of Four Freedom. Ketika itu terjadi, air laut tidak akan pernah cukup untuk dijadikan tinta untuk menulis. 20150922.1958+0200.

,b uk

Secara linguistik dan ilmu komunikasi, sudut pandang subjektif dapat dibedakan menurut pihak pertama (komunikator), pihak kedua (komunikan), dan pihak ketiga (communiqué, isi/pesan/muatan komunikasi). Kita seharusnya sudah dan bisa mafhum terhadap segala bentuk communiqué alias propaganda.

An

aly sis

Vantage points yang selalu ditekankan dalam setiap propaganda adalah ada udang di atas bakwan. Udang di balik batu merupakan kiasan yang sudah biasa. ;)-p. Harus ada pihak yang diuntungkan, dan harus ada pihak yang dibuntungkan. Who gets the most benefits for the hurly burly? What’s the catch? Setiap propaganda bisa dipastikan sebagai alat dan ajang untuk mendapatkan pembenaran (justification) terhadap sesuatu yang diharapkan. The ends justify the means.

alu e

Sesuatu yang diharapkan bisa disetarakan dengan beberapa istilah seperti tujuan, expected values, objectives, purposes, goals, berbagai sinonim lainnya, dan kata, frase, kalimat yang terasosiasi. It is superlative. Why is that? Karena ‘penulis’, pembaca, intelligent analysts yang baik adalah pihakpihak yang bisa merangkai kata dan menyusunnya ke dalam satu atau beberapa kalimat.

ak

Existentialism

oo nV

What’s the point? Where the words lead to? Where it leads? The puzzled words, what they mean? Ketika banyak tanya timbul, dimana harus mulai menjawab? Hanya filsuf dan apa yang diajarkan serta disampaikannya bisa menjawab. Why it matters? Why it exists? Pertanyaan ini merupakan tema sentral Søren Kierkegaard, filsuf asal Denmark, tepatnya pada isu krisis keberadaan manusia.

oS

as

Selain Kierkegaard, Friedrich Nietzsche juga dinobatkan sebagai peletak dasar ajaran existentialism dan gerakan intelektual lainnya seperti post-modernism, nihilism, dan berbagai cabang psikologi. Keduanya sangat mengagungkan peran kebebasan memilih, khususnya pada nilai-nilai dan beliefs yang fundamental.

Sa

nd

Pilihan apa pun dipastikan sangat berdampak pada nature, kondisi, dan identitas pihak yang memilih. Beberapa poin penting terkait pilihan tersebut mencakup emosi, aksi, tanggung jawab, dan pemikiran. Poin-poin tersebut bisa dilihat dari perspektif tujuan dan/atau cara hidup, hambatan yang harus diatasi, keterkaitan berbagai faktor internal dan eksternal, termasuk didalamnya konsekuensi potensil dari keberadaan ‘sesuatu’. Kierkegaard dikenal sebagai knight of (Christian) faith, sem*ntara Nietzsche dikenal sebagai Übermensch. Menurut Nietzsche, setiap individu bebas menentukan (invents) nilai-nilai (dalam kehidupannya) dan menciptakan (dan/atau mendefinisikan nilai-nilai) menurut selera (atau preferensinya) masing-masing dimana mereka bisa hidup nyaman (excel).

2 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Individualisme yang ditawarkan dalam existentialism bisa dan kadang dicampur-adukkan dengan konsep ketuhanan, filosofi akademik dan sistematis tradisional dalam gaya dan muatan yang sifatnya abstrak dan jauh dari kehidupan riel dan konkret yang dialami manusia. Individualisme dan kebebasan (neo-liberalisme) dalam konsep existentialism pun mendapat momentum keberadaannya. Konkretisasi Expected Values dalam Ilmu Ekonomi

u1 ,2 /e

Nilai yang diharapkan dapat dibedakan menurut pelaku ekonomi, yakni pembeli, penjual, dan produk. Analoginya tidak berbeda dengan sudut pandang ilmu komunikasi, yakni komunikator, komunikan, dan komuniké.

,b uk

Dalam sudut pandang dan kepentingan pembeli, pembeli sangat mengharapkan produk yang sesuai dengan kebutuhannya, preferensi, keinginan, dan lainnya. Dalam sudut pandang penjual, penjual sangat mengharapkan keunggulan operasional (excellence) atas usaha yang dilakukannya. Dalam sudut pandang produk, produk diharapkan memiliki kepemimpinan dibanding produk sejenis.

An

Tabel – Value Chain Analysis vs Value Discipline Value Chain Analysis (ala Porter) Penjual Cost leadership Pembeli Speed, focus Produk Differentiation Table 1 – Value Chain Analysis vs Value Discipline

aly sis

Dalam bahasa Porter, produk seharusnya terdiferensiasi dengan baik, bisa sebagai bentuk kompensasi atau suplemen terhadap keunggulan biaya dari sisi penjual; yang bisa sangat spesifik terhadap kebutuhan pembeli (speed, focus). Value Discipline (ala Treacy & Wiersema1) Operational excellence Customer intimacy Product leadership

oo nV

alu e

Dari sudut pandang korporasi, nilai yang diharapkan (expected results) merupakan tujuan sekaligus arah korporasi, yakni menjadi dan melestarikan diri sebagai pemimpin di pasar global. Pearce dan Robinson menyebutnya sebagai strategic intent. Realisasinya tergantung konsentrasi korporasi secara simultan dan jelas pada dua isu yang berbeda, yakni visi dan kinerja.

ak

Visi korporasi seharusnya dikomunikasikan atas dasar prinsip-prinsip kejujuran, integritas, dan prilaku etis. Prinsip yang berisi basic beliefs and values seharusnya ditegakkan secara konsisten atas dasar moral compass yang penuh dengan integritas. Pakta integritas seharusnya tidak dibuat secara tertulis semata dan seharusnya dilengkapi dengan mekanisme check and balances. Seharusnya.

oS

as

Visi dan kinerja korporasi seharusnya pula bisa beradaptasi dengan pasar global yang sangat bersaing dan cepat berubah yang membuat definisi pasar selalu berubah. Pasar yang utama adalah terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Produk yang dibuat seharusnya berdasarkan pengalaman pelanggan (build products around the customer experience with them).

Sa

nd

Dinamika pasar yang selalu berubah membuat arena dan medan persaingan bisa diartikan sebagai adanya peluang dan kesempatan bagi pemain baru dan lama untuk mendefinisikan ulang industri. Perusahaan yang membuat terobosan sangat berpotensi menjadi game changer dan menciptakan pasar tersendiri (JB Say’s Law: Supply creates its own demand), bisa itu sebagai suplemen, komplemen, atau semakin memperluas pasar yang sudah ada.

1

Michael Treacy dan Fred Wiersema, “Customer Intimacy and Other Value Disciplines,” Harvard Business Review, 71, No.1 (1993), 84-94, dalam John A. Pearce II dan Richard B. Robinson, Jr., Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, 10/e, McGraw-Hill/Irwin, New York, 2007, hal.198-201.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 3

Disiplin Nilai Pembahasan nilai yang diharapkan dalam konsep Porter disebut analisa rantai nilai (value chain analysis). sem*ntara dalam konsep Treacy dan Wiersema, sebagai pendekatan alternatif terhadap strategi generik (ala Porter), pembahasan tersebut dikenal dengan istilah disiplin nilai, dengan penekanan lebih pada penyediaan nilai superior terhadap pelanggan (delivering superior customer value).

u1 ,2 /e

Persyaratan Keorganisasian

a. Tight cost control. b. Frequent, detailed control reports. c. Structured organisation and responsibilities. d. Incentives based on meeting strict quantitative targets. a. Strong coordination among functions in R&D, product development, and marketing. b. Subjective measurement and incentives, instead of quantitative measures. c. Amenities to attract highly skilled labour scientists, or creative people.

,b uk

Tabel – Persyaratan Strategi Bersaing Generik Strategi Kebutuhan umum atas keahlian & sumber daya Generik Overall cost a. Sustained capital investment and access to capital. leadership b. Process engineering skills. c. Intense supervision of labour. d. Products designed for ease in manufacture. e. Low-cost distribution system.

a. Strong marketing abilities. b. Product engineering. c. Creative flare. d. Strong capability in basic research. e. Corporate reputation for quality or technological leadership. f. Long tradition in the industry or unique combination of skills drawn from other businesses. g. Strong cooperation from channels. Focus Combination of the above policies directed at the Combination of the above policies directed particular strategic target. at the regular strategic target. Sumber: Michael E. Porter, Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors, The Free Press, Simon & Schuster, 1988; dalam Pearce II dan Robinson, Jr., Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, hal.196. Table 2 – Persyaratan Strategi Bersaing Generik

alu e

An

aly sis

Differentiation

oo nV

Fokus keunggulan operasional terletak pada tersedianya produk atau jasa yang convenient dan reliable pada harga kompetitif. Customer intimacy terletak pada fokus tawaran yang disesuaikan (customised, tailored) pada permintaan (identified niches). Kepemimpinan produk melibatkan tawaran terhadap produk dan jasa yang mutakhir (leading edge) dan membuat produk pesaing jadi terlihat ketinggalan zaman (obsolete).

oS

as

ak

Spesialisasi pada salah satu disiplin, dengan tetap menjaga pemenuhan standar industri secara simultan pada dua disiplin lainnya, bisa membuat perusahaan mendapatkan manfaat kepemimpinan yang berkelanjutan di pasar. Dua disiplin lainnya menyesuaikan diri dengan fokus pada salah satu disiplin nilai.

nd

Salah satu caranya adalah dengan berkonsentrasi pada penyesuaian yang lebih kecil dalam rangka peningkatan nilai (incremental). Perusahaan yang tidak memfokuskan diri biasanya membutuhkan perubahan yang lebih besar daripada melakukan tweaking yang dibutuhkan.

Sa

Keunggulan Operasional Keunggulan operasional merupakan pendekatan strategis yang spesifik pada produksi dan distribusi atau penyediaan (delivery) produk dan jasa. Bentuk kepemimpinan adalah pada harga dan kenyamanan (convenience) dengan memfokuskan diri pada operasi yang lean dan efisien. Fokus restrukturisasi adalah pada proses distribusi (delivery) dan reliability, yakni dengan menggunakan sistem informasi canggih (state-of-the-art) yang menekankan pada unsur integrasi dan transaksi dan biaya-rendah (low-cost).

4 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Kepemimpinan harga diukur dengan minimisasi biaya dengan mengurangi overhead, mengeliminasi tahapan produksi antara (intermediate production steps), mengurangi biaya transaksi, dan optimisasi proses bisnis di seluruh batasan fungsional dan organisasi. Customer Intimacy

u1 ,2 /e

Implementasi strategi atas customer intimacy mensyaratkan produk dan jasa dikemas (tailored and shaped) sesuai dinamika kebutuhan (refined definition) pelanggan. Untuk itu, pengetahuan yang rinci tentang pelanggannya ‘dimanfaatkan’ korporasi dalam bentuk fleksibilitas operasional. Dalam rangka menciptakan kesetiaan pelanggan dalam jangka panjang, korporasi memberikan respon terhadap segala bentuk kebutuhan, dengan meng-customise produk sampai pada pemenuhan permintaan spesifik.

,b uk

Asumsi yang dipegang korporasi adalah nilai lifetime pelanggan bagi korporasi, tidak (terbatas) pada laba untuk setiap transaksi. Sebagai konsekuensinya, karyawan korporasi berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan kepuasan pelanggan dengan pertimbangan yang rendah pada biaya awal.

An

aly sis

Profitabilitas korporasi tergantung sebagian pada (maintaining) kondisi sistem yang mendiferensiasi secara cepat dan akurat pada tingkat pelayanan (degree of service, level of service) pemenuhan kebutuhan pelanggan dan pemasukan (revenues) dari upaya dan hubungan tersebut. Fleksibilitas dan responsiveness korporasi membutuhkan pemberdayaan kedekatan karyawan dengan pelanggan melalui program perekrutan dan pelatihan, khususnya pada keahlian kreatif dalam pengambilan keputusan terkait pemenuhan kebutuhan pelanggan.

alu e

Kepemimpinan Produk

oo nV

Pemilihan disiplin pada kepemimpinan produk biasanya mengalirkan secara kontinyu produk dan jasa yang mutakhir (state-of-the-art). Tiga tantangan utama mencakup kreativitas, mengkomersilkan ide secara cepat (termasuk didalamnya kecepatan proses usaha dan manajemen, solusi terhadap berbagai permasalahan), dan continual self-improvements.

ak

Waktu reaksi (atau respon) yang lebih pendek bisa menjadi keunggulan dalam menghadapi masalah yang tidak diketahui. Persaingan internal terhadap produk yang sudah ada merupakan keharusan. Hal ini merupakan pilihan yang lebih baik daripada harus bersaing dengan produk pesaing dalam rangka merebut pangsa pasar.

oS

as

Pengertian Nilai dan Kata Terkait

Sa

nd

Kata nilai memiliki cukup banyak arti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan sebagai berikut: 1. harga (dalam arti taksiran harga); 2. harga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain); 3. angka kepandaian; biji; ponten; 4. banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; 5. sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut Macmillan English Dictionary, nilai (value) memiliki beberapa pengertian berikut: 2 1. jumlah sesuatu yang berharga (amount something is worth), diukur dalam satuan moneter (uang). 2

Lihat juga Random House Webster's Unabridged Dictionary.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 5

u1 ,2 /e

2. derajat penting, kegunaan, atau keunggulan sesuatu (barang seni) atau (jasa) seseorang (importance, usefulness). 3. mutu yang menarik (interesting quality) seperti shock, novelty, rasa ingin tahu. 4. dalam sosiologi, sebagai prinsip atau kepercayaan (principles/beliefs) yang mempengaruhi prilaku dan gaya hidup. Nilai-nilai spiritual dalam sosiologi bisa dinyatakan sebagai etika, ideologi, tradisi (budaya), moral, cara berpikir, karakter, kelembagaan. (any object or quality desirable as a means or as an end in itself.) 5. dalam matematika, sebagai angka atau jumlah yang diketahui dan dinyatakan dalam huruf. 6. dalam musik, sebagai panjang atau lama waktu not musik (musical notes) berakhir. Sebagai jumlah atau ukuran sesuatu, kata nilai sering dipadankan menjadi beberapa frase seperti nilai tambah (VA), PPN (VAT), nilai buku (book value), nilai nominal (par value, face value), nilai pasar, harga di black market (street value), breakup value, surrender value, nilai intrinsik, nilai ekstrinsik, nilai internal, nilai eksternal.

aly sis

,b uk

Nilai buku mengacu pada nilai resmi atau yang diharapkan yang dihitung dalam laporan keuangan atau dinyatakan dalam informasi tentang harga. Breakup value mengacu pada nilai suatu perusahaan ketika semua aset yang dimiliki dijual. Surrender value mengacu pada nilai uang yang diterima ketika polis asuransi jiwa dibatalkan sebelum waktunya berakhir.

An

Pengertian kedua lebih banyak dipakai ketika nilai diaplikasikan sebagai kata kerja, yakni value something for something atau value something at something. Contoh value something for something: vitamins and minerals that are valued for their protective and energy-giving qualities. Dua contoh value something at something. The seized cocaine was valued at £500,000. The terms of the deal value the company at £2 million.

oo nV

alu e

Frase atau padanan kata pada pengertian kedua yang sering dipakai adalah value chain (rantai nilai) dan value judgment. Dua frase ini biasanya terkait suatu proses. Rantai nilai mengacu pada serangkaian aktivitas perusahaan, yang mana setiap aktivitas memiliki nilainya sendiri-sendiri dan bersifat kumulatif. Aktivitas yang dimaksud mencakup disain, produksi, penjualan, dan penyerahan produk atau jasa.

ak

Value judgment mengacu pada proses penilaian yang dilakukan oleh individu berdasarkan keyakinan (dan preferensi), tetapi tidak berdasarkan fakta, sesuatu yang sifatnya rasional dan logis. Value judgment biasanya dibangun atas dasar value system yang ada dan berlaku dalam masyarakat dan ditanamkan ke diri pribadi.

nd

oS

as

Di tingkat perusahaan, sistem nilai yang berlaku disebut corporate values yang bisa dibangun dan dikembangkan secara internal, in-house, atau diinjeksi oleh pihak luar (selama persiapan atau pasca takeover, akuisisi, merger, restrukturisasi). Value management di tingkat korporasi dibagi atas dua proses operasional, yakni manufaktur dan pembelian. 3

Sa

Manajemen nilai dalam pembelian sering disebut analisis value-in-use, karena setiap item pengadaan diuji kepastian total biaya akuisisinya, perawatan, dan pemakaian semasa usia produktif, dan ketika mungkin, penggantiannya dengan biaya yang lebih efektif. Manajemen nilai dalam manufaktur merupakan analisa sistematis yang mengidentifikasi dan menseleksi alternatif nilai-nilai terbaik bagi disain, material, proses, dan sistem. Sifatnya yang introspektif dan retrospektif membuat setiap tahapan selalu mendapat pertanyaan evaluatif yang sama, bisakah biaya item atau tahapan ini dikurangi atau dieliminasi, tanpa 3

value management, http://www.businessdictionary.com/definition/value-analysis.html

6 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

menurunkan efektivitas, persyaratan mutu, atau kepuasan pelanggan? Akibatnya, sistem ini sering dikritik dengan istilah TMI, Too Much Improvements. Walau demikian, manajemen nilai dalam manufaktur sering disebut rekayasa nilai (value engineering). Tujuannya adalah untuk membedakan antara biaya yang terjadi (incurred) atau pemakaian aktual dari sumber daya dan biaya yang melekat (locked in) pada satu disain tertentu (dan yang menentukan realisasi biaya); dan meminimkan biaya locked-in.

u1 ,2 /e

Manajemen nilai sering disebut dengan value analysis. Bahasannya mencakup penciptaan nilai (value creation) dan penghancuran nilai (value destruction). Dus, analisa nilai lebih merupakan pendekatan peningkatan nilai satu item atau proses dengan memahami komponen pembentuknya (constituent) dan biaya terkait.

,b uk

Perbaikan terhadap komponen dilakukan dengan mengurangi biaya atau meningkatkan nilai fungsi. Sifatnya yang sequential membuat analisa nilai sering disebut dengan analisa rantai nilai. Rantai nilai itu sendiri merefleksikan aktivitas internal perusahaan saat mentransformasi input menjadi output.4

An

aly sis

Analisa rantai nilai menjadi satu proses dimana perusahaan mengidentifikasi aktivitas primer dan sekunder (supporting) yang menambah nilai terhadap produk akhirnya dan menganalisa seluruh aktivitas dalam rangka menurunkan biaya atau meningkatan pembedaan (diferensiasi). 5 Keunggulan biaya dan keunggulan diferensiasi merupakan basis dari penganalisaan keunggulan kompetitif yang diusung Porter di tahun 1985. Dimensi Nilai

oo nV

alu e

Frase ‘dimensi nilai’ diasosiasikan Google dengan dimensi budaya ala Hofstede. sem*ntara itu, diskusi dan diskursus tentang nilai bisa lebih terarah, mungkin, bila kita bisa memilah-milah konsep dan teori tentang nilai sesuai konteks ilmu dan perspektif keilmuan seperti psikologi, sosiologi, dan ekonomi.

ak

Value theory (teori nilai) mencoba memberikan pendekatan pada penilaian orang (sebagai individu maupun kelompok) terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa orang, ide, objek, atau lainnya. Pendekatan yang dimaksud bertujuan untuk bisa memahami cara bagaimana, mengapa, derajat penilaian, atau lainnya.

nd

oS

as

sem*ntara theory of value sering diasosiasikan dengan ajaran ekonomi, khususnya studi tentang konsep nilai ekonomis. Lebih jauh, nilai dalam ilmu ekonomi lebih menjadi ukuran manfaat dari barang atau jasa. Dalam konsep pemasaran, nilai diasosiasikan dengan selisih antara manfaat dan biaya. Dalam konsep finance, nilai ditempatkan sebagai satu paradigma investasi, yakni dalam frase investasi nilai (value investing) dan nilai tukar (exchange value).

Sa

Dalam perspektif psikologi, nilai biasanya dikaitkan dengan ajaran dan penilaian etika kebenaran (goodness) dan (moral) kebajikan (virtues) berdasar fakta alami (natural) atau keyakinan (religi). Penilaian berdasarkan fakta disebut dengan sains; penilaian berdasarkan nilai disebut filosofis; penilaian berdasarkan nilai-nilai sensor emosi disebut sentimen dan rasa (taste) pada barang seni dan kecantikan (estetika). Dalam perspektif sosiologi, nilai (etika) dikaitkan dengan nilai-nilai pribadi (personal values) dan 4

value analysis, http://eu.wiley.com/legacy/wileychi/innovate/website/pages/atoz/valueanalysis.htm Ovidijus Jurevicius, Value Chain Analysis, 25.04.2013, http://www.strategicmanagementinsight.com/tools/valuechain-analysis.html 5

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 7

nilai-nilai budaya (cultural values). Para pengusungnya mencakup Max Weber, Émile Durkheim, Talcott Parsons, dan Jürgen Habermas. Dengan beberapa ajarannya seperti institutionalisme, historical materialism (termasuk Marxism), behaviorism, pragmatic-oriented theories, filosofi postmodern, dan berbagai teori berorientasi objectivist.

u1 ,2 /e

Nilai-nilai etika bisa bersifat intrinsik, ekstrinsik, atau instrumental. Dalam bukunya ‘Theory of Valuation’, Dewey berpendapat bahwa kebaikan (goodness) merupakan hasil (outcome) dari valuasi etika. Valuasi tersebut bisa diperbaiki atau ditolak, tergantung konsistensinya dengan tujuan lainnya. Hal ini didasari pemikiran Dewey bahwa nilai intrinsik bersifat ilusif, tergantung tujuan yang menilai. Yakni dimana nilai-nilai moral dibuat atas dasar proses pembelajaran. Oleh karena itu, nilai-nilai moral tidak pernah intrinsik atau absolut. Di sisi lain, Kant memiliki pemikiran yang bertolakbelakang dengan Dewey.

aly sis

,b uk

Nilai-nilai moral bersifat absolut ketika dimasukkan pernyataan klausa ‘jika’. Sesuatu yang menyandang klausul tersebut disebut Kant sebagai barang hipotetis untuk diklasifikasikan lebih jauh (categorised). Good will menjadi suatu pernyataan nilai intrinsik. Hal ini menjadi pondasi bagi pemahaman etika deontologi Kant, yakni pada argumen bahwa suatu aksi seharusnya dilihat berdasarkan nilai intrinsiknya (dari aksi itu sendiri). Di sisi lain, argumen yang berseberangan disuarakan oleh consequentialist utilitarian yang berpendapat bahwa suatu aksi seharusnya dinilai dari nilai hasilnya (outcomes).

alu e

An

Etika deontologis bisa didefinisikan sebagai posisi etika normatif yang menilai (judges) moralitas suatu aksi didasari pada kepatuhan (adherence) aksi terhadap satu peraturan atau lebih. Etika berbasis duty (deon), obligasi, atau peraturan ini bersifat mengikat. Di sini, aksi dianggap lebih penting daripada konsekuensinya.

oo nV

Bukan konsekuensi aksi yang bisa dinilai benar atau salah, melainkan pada motif orang yang melakukan aksi tersebut. Hal ini berbeda dengan etika kebaikan (virtue ethics), etika pragmatik, dan konsekuensialisme. Menurut Bentham, deontologi didefinisikan sebagai pengetahuan tentang apa yang benar (right) dan tepat (proper).

as

ak

Oleh karena itu, etika demikian sering disebut dengan kode etik, yakni dalam konteks etika profesi. Otoritas deontik bisa disandingkan dengan hubungan antara majikan dan budaknya. Sang budak wajib menerima dan patuh terhadap majikannya, tanpa ragu, walau penuh tanya tentang reliabilitas dan kepatutan (appropriateness).

nd

oS

Dalam semiotika, nilai tanda (sign) tergantung posisi dan relasinya dalam sistem signifikasi dan atas dasar kode-kode tertentu yang sedang digunakan. Signifikansi, tujuan, dan/atau arti simbol ditentukan atau dipengaruhi oleh simbol lainnya.

Sa

Sistem Nilai Sampai saat ini belum ada definisi baku tentang sistem nilai (value system). Frase ini kebanyakan dianggap as is dan taken for granted. Karena sistem hukum merupakan salah satu bentuk sistem nilai, definisi sistem nilai yang dipakai adalah definisi ala Friedman, yakni suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur yang saling terkait satu sama lain, yaitu struktur, substansi, budaya. Dalam satu struktur nilai, terdapat institusi legal-formal dan informal yang terdiri dari aparat sebagai subjek berikut sarana dan prasarana dalam rangka meneguhkan dan menjaga sistem nilai. Beberapa substansi nilai bersifat mengatur dan prosedural atau lainnya, tertulis maupun tidak

8 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

tertulis. Beberapa nilai dibudayakan dan dilestarikan serta diwariskan melalui pendidikan, pembelajaran, atau pengajaran. Sebagai suatu ukuran, nilai bisa dijadikan sebagai angka skor pencapaian atau judgment, ya atau tidak. Sebagai suatu skor, sistem nilai dijabarkan secara deskriptif, tanpa adanya klaim benar atau salah secara objektif, melainkan secara subjektif. Klaim bersifat subjektif ketika pernyataan yang disampaikan bersifat definitif.

u1 ,2 /e

"Perbuatan itu amoral" merupakan pernyataan definitif. "Banyak yang percaya bahwa perbuatan itu amoral" merupakan pernyataan deskriptif. Keyakinan dan kepercayaan (beliefs) terhadap suatu nilai (moral) banyak dibuat atas dasar prasangka, ketidakpedulian (ignorance), bahkan kebencian.

,b uk

Keputusan penilaian terhadap sesuatu bisa dibuat atas dasar beberapa perspektif, antara lain suatu perbuatan (conduct) atau aksi, hasil perbuatan, orientasi perbuatan (niat), karakter pelaku, prilaku pelaku, dan kepentingan penilai. Apa pun perspektifnya, suatu penilaian pada dasarnya bersifat subjektif.

aly sis

Subjektivitas sistem nilai dibangun atas dasar nilai-nilai yang diyakini manusia sebagai makhluk pribadi (personal values) dan/atau makhluk sosial (moral codes, social mores). Beberapa sistem nilai dibangun atas dasar budaya (cultural values) lisan atau berdasarkan kode etik (codes of ethics, codes of conduct) yang dikodifikasikan.

alu e

An

Sistem nilai yang ada dalam setiap manusia sebagai pribadi / individual dan sosial sering disebut dengan sistem moralitas (moral code). Berangkat dari asal kata dalam bahasa Latin, moralitas [atau kesopanan (manner), karakter, prilaku yang pantas (proper)] bisa didefinisikan sebagai logika prilaku perbuatan (a sense of behavioral conduct) yang membedakan niat, keputusan, dan aksi yang baik (atau benar) dan buruk (atau salah).

oo nV

Dalam perspektif karakter prilaku, ilmu yang mengajarkan penilaian benar atau salahnya etika suatu perbuatan atas dasar karakter prilaku bila dibandingkan dengan serangkaian prinsip disebut deontologi (blaming game). Dalam perspektif hasil suatu perbuatan, ilmu yang mengajarkan hasil perbuatan itu baik atau tidak disebut ajaran konsekuensialisme (kausalitas, sebab-akibat).

nd

oS

as

ak

Dalam perspektif kepentingan penilai, bila suatu kejadian atau perbuatan berhadapan dengan suatu sistem moral, penilai bisa langsung bersikap dengan mengakui keberadaan suatu sistem moral atau tidak mengakui sama sekali. Aliran yang mendukung keberadaan kebenaran moral (moral truths) disebut realisme moral; sem*ntara ajaran yang menentangnya disebut moral nihilism (dengan teori error, relativisme moral); dan moralitas normatif sebagai ajaran moral ideal disebut etika normatif atau filosofi moral normatif.

Sa

Bila moralitas lebih bersifat umum, etika bisa lebih bersifat spesifik pada prinsip moral yang dianut dalam suatu tradisi, kelompok, atau individu. Walau demikian, beberapa pihak (seperti Kant) membatasi moralitas sebagai tugas (duty), kewajiban, dan prinsip perbuatan; dan etika dibatasi sebagai pendekatan Aristoteles bagi alasan praktis atas dasar tujuan kebaikan dan menghindari pemisahan pertimbangan moral dari pertimbangan praktis lainnya. Etika kebaikan dan ethics of care merupakan dua teori etika yang hanya mengedepankan nilai-nilai yang benar (dari suatu karakter). sem*ntara ajaran utilitarianisme mengajarkan etika berdasarkan nilai guna (hasil perbuatan/konsekuensi) yang sifatnya objektif; sebaliknya, prioritarianisme merupakan teori etika berdasarkan prioritas yang sifatnya subjektif seperti the greater good.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 9

Beberapa nilai atau etika kebaikan utama mencakup kebijaksanaan (wisdom) atau pengetahuan, keberanian, kemanusiaan, keadilan, kontrol-diri terhadap makanan dan minuman (temperance), dan keteguhan (sikap, pikiran, perasaan, transcendence). Beberapa turunan dari nilai kebaikan utama seperti kemanusiaan bisa mencakup cinta, keramahan, dan intelijensi sosial.

u1 ,2 /e

Beberapa pandangan penganut paham utilitarian mengklaim bahwa tujuan akhir (ultimate ends) sebagai hasil dari suatu perbuatan adalah demi kelangsungan hidup dan pertumbuhan (etika evolusi); pengalaman kekuasaan (despotisme); kepuasan dan penyesuaian (pragmatisme); dan kebebasan (existentialism).

,b uk

Beberapa tujuan akhir yang demikian seakan mengkonfirmasikan adagium "the ends justify the means", yakni the goodness of the intention reflects the balance of the good and evil of any consequences. sem*ntara pelakunya bisa termasuk golongan vested-interests, memiliki kepentingan pribadi, motivasi tersendiri, teritorial (agent-focused); atau tidak memiliki kepentingan sama sekali (altruists, who live for others).

aly sis

Dalam perspektif niat, orientasi perbuatan dibedakan atas etika ultimate ends atau etika tanggung jawab. Penilaian suatu perbuatan itu merupakan etika ultimate ends, tidak berarti perbuatan itu tidak bertanggungjawab. Sebaliknya, perbuatan yang dinilai etis bertanggungjawab tidak langsung identik dengan oportunis tanpa prinsip (unprincipled opportunism).

alu e

An

Beberapa kepentingan membutuhkan pilihan prioritas pada aspek kepedulian, fairness, loyalitas, respect, dan purity. Kelompok yang individualis (liberal, moderen) cenderung mengutamakan dua aspek pertama. Sebaliknya, kelompok tradisional (konservatif, kolot) cenderung mengutamakan tiga aspek yang terakhir dengan fairness sebagai kriteria paling bawah. Ciri lain dari kelompok tradisional adalah pada umumnya mereka bersaudara dan merupakan komunitas hom*ogen secara etnis.

ak

oo nV

Sistem moralitas yang berlaku di satu individu atau kelompok berkembang berdasarkan perkembangan pribadinya, yakni: 1. perkembangan kognitif (Kohlberg, Piaget, Turiel); 2. perkembangan sosial dan emosi atas dasar biologi seperti empati (Hoffman, Haidt); 3. identitas moral dengan komitmen yang tumbuh dari identitas-diri yang didefinisikan oleh tujuantujuan (purposes) moral atas dasar logika (sense of) tanggung jawab (Damon, Mordechai Nisan); 4. sebagai produk aspek super-ego seperti penghindaran rasa guilt-shame (Freud).

nd

oS

as

sem*ntara itu, moralitas kelompok dibangun atas dasar shared concepts and beliefs dan sering dikodifikasi dalam rangka membakukan dan meregulasi prilaku dalam satu budaya atau komunitas. Moralitas yang dikodifikasi berbeda dengan adat (custom), tradisi, dan kebiasaan. Ada hak-hak dan kewajiban di bidang legal, judicial, atau sipil.

Sa

Salah satu tujuan kodifikasi adalah sebagai coercive-part dari perpolitikan manusia. Kodifikasi menjadi keniscayaan ketika definisi moral codes bersifat kompleks dalam hal kriteria moral dan amoral. Kompleksitas tersebut disusun atas dasar sistem-sistem nilai yang sudah dibakukan (welldefined value systems). Beberapa komunitas harus menyesuaikan codes of morality demi kelanjutan keberadaannya. Di sisi lain, beberapa komunitas yang enggan untuk beradaptasi cenderung punah dalam beberapa periode. Beberapa codes of morality mencakup koleksi keyakinan (beliefs) yang fundamental pada kehidupan yang baik, gaya hidup yang coco*k, atau lainnya, walau beberapa kode menyimpang dari prinsip-prinsip sosial yang umum.

10 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Nilai-nilai Budaya (Cultural Values) Perbedaan budaya bisa substansil di setiap individu maupun di tingkat kelompok. Perbedaan budaya bisa terlihat pada aspek sikap, kepercayaan (beliefs), motivasi, moralitas, persepsi, dan karakteristik lainnya. Sifatnya sebagai identitas dan status membuat budaya lebih sering menjadi sumber konflik daripada terjadinya sinergi. High Score Indicates that inequalities of power and wealth have been allowed to grow within the society. These societies are more likely to follow a caste system that does not allow significant upward mobility of its citizens. Indicates that individuality and individual rights are paramount within the society. Individuals may tend to form a larger number of looser relationships.

Degree to which a society reinforces individual or collective achievement and interpersonal relationships.

Masculinity (MAS)

Degree to which a society reinforces, or does not reinforce, the traditional masculine work role model of male achievement, control, and power. Level of tolerance for uncertainty and ambiguity within the society - i.e. unstructured situations.

aly sis

An

alu e

oo nV

Degree to which a society embraces, or does not embrace, long-term devotion to traditional, forward thinking values.

Indicates the country has less concern about ambiguity and uncertainty and has more tolerance for a variety of opinions. Reflected in a society that is less ruleoriented, more readily accepts change, and takes more and greater risks. Indicates the country does not reinforce the concept of long-term, traditional orientation. In this culture, change can occur more rapidly as long-term traditions and commitments do not become impediments to change.

Indicates the country prescribes to the values of long-term commitments and respect for tradition. This is thought to support a strong work ethic where long-term rewards are expected as a result of today's hard work. However, business may take longer to develop in this society, particularly for an "outsider". Sumber: Geert Hofstede, Cultural Dimensions, http://www.geert-hofstede.com/, dalam Julie Gough et al (eds), Encyclopedia of Management, 6/e, Gale, Farmington Hills, MI, 2009, hal.405. Table 3 – Lima dimensi budaya ala Hofstede

Sa

nd

oS

as

Long-Term Orientation (LTO)

Indicates the country experiences a high degree of gender differentiation. Males dominate a significant portion of the society and power structure, with females being controlled by male domination. Indicates the country has a low tolerance for uncertainty and ambiguity. Creates a ruleoriented society that institutes laws, rules, regulations, and controls in order to reduce the amount of uncertainty.

ak

Uncertainty Avoidance Index (UAI)

Typifies societies of a more collectivist nature with close ties between individuals. Reinforce extended families and collectives where everyone takes responsibility for fellow members of their group. Indicates the country has a low level of differentiation and discrimination between genders. Females are treated equally to males in all aspects of the society.

,b uk

Individualism (IDV)

Low Score Indicates the society deemphasizes the differences between citizen's power and wealth. In these societies equality and opportunity for everyone is stressed.

u1 ,2 /e

Tabel – Lima dimensi budaya ala Hofstede Value Dimension Value Description Power Distance The degree of equality, Index (PDI) or inequality, between people in the country's society

Beberapa dimensi dalam perbedaan budaya di dunia ala Hofstede: 6 6

Geert Hofstede, ''Cultural Constraints in Management Theories.'' Academy of Management Executive 7 (1993): 81-94. Lihat juga Geert Hofstede, Culture's Consequences: Individual Differences in Work Related Values. Beverly Hills, CA: Sage Publications, 1980; ''Geert Hofstede Cultural Dimensions.'' http://www.geert-hofstede.com; Geert H. Hofstede, Cultures and Organizations: Software of the Mind. London: McGraw-Hill, 1991.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 11

u1 ,2 /e

1. Jarak kekuasaan (power distance), yakni derajat kesetaraan atau ketidaksamaan orang dalam suatu masyarakat. 2. Individualisme vs kolektivisme, yakni derajat atau preferensi orang bertindak sebagai individu atau anggota kelompok. 3. Maskulinitas vs femininitas, yakni derajat beberapa nilai maskulin (seperti rasa percaya diri yang tinggi/agresif (assertiveness), kinerja, keberhasilan, dan keunggulan) dipakai sebagai dasar keputusan vs beberapa nilai feminim (seperti mutu kehidupan, keakraban hubungan pribadi, jasa, dan solidaritas). 4. Penghindaran ketidakpastian, yakni derajat preferensi orang terhadap situasi yang lebih terstruktur dibanding tidak terstruktur, kekakuan prosedur, atau keinginan mengambil risiko dan potensi kegagalan. 5. Orientasi waktu, yakni dimana keputusan didasari pada orientasi jangka panjang atau jangka pendek, masa lalu atau masa depan, dan tepat waktu.

,b uk

Seperti halnya upaya pigeon-holing, beberapa pakar mencoba memberikan klasifikasinya masingmasing terhadap dimensi budaya. Hal ini berdampak dan/atau bersebab dari pendekatan yang berbeda tipis dan overlapping. Yakni pada batasan yang mengambang, abstrak, adanya perspektif dan kepentingan terselubung, tidak ada garis tegas, atau lainnya.

An

aly sis

Pembelajaran dan pengetahuan serta pemahaman tentang suatu budaya bisa dilakukan melalui sosialisasi dan/atau akulturasi. Pengetahuan terhadap suatu budaya lebih banyak memberikan manfaat dan keuntungan, bila hal tersebut bisa dieksploitasi dan dimanipulasi dalam suatu bentuk komunikasi high-context.

oo nV

alu e

Komunikasi dengan konteks tinggi biasanya memiliki potensi konflik kepentingan yang berat. Oleh karena itu, komunikasi tipe ini sangat tergantung pada (kehati-hatian) gerak tubuh (gestures), bahasa tubuh, dan petunjuk non-verbal lainnya. Banyak dari pesan yang disampaikan bersifat implisit, tidak diucapkan, dan diasumsikan bisa dipahami melalui petunjuk lainnya. Sebaliknya, komunikasi low-context biasanya eksplisit, straight, to-the-point, dan sedikit tergantung pada embel-embel non-verbal agar lebih mudah dipahami.

ak

Hubungan yang tercipta melalui komunikasi apa pun bersifat multi-dimensi. Bagaimana hubungan dan masyarakat diorganisasi tergantung kondisi dan status kekuasaan, kepemimpinan, dan otoritas. Karakter suatu masyarakat tergantung dimensi sosial-budaya (sociocultural) seperti adat, gaya hidup, dan nilai-nilai yang ada. Waktu dan letak geografis juga merupakan variabel tersendiri.

oS

as

Beberapa variabel sosial-budaya mencakup demografi penduduk, naiknya tingkat pendidikan, norma-norma dan nilai-nilai, dan sikap terhadap tanggung jawab sosial. Komposisi dan struktur penduduk menurut usia dan berbagai indikator lainnya sangat mempengaruhi pasar produk dan jasa di masyarakat tersebut, terutama bagaimana perusahaan menyikapi kondisi dinamis tersebut.

Sa

nd

Di sini, norma-norma didefinisikan sebagai bentuk prilaku standar yang diterima (standard accepted forms of behavior); sem*ntara nilai-nilai didefinisikan sebagai sikap terhadap benar atau salah (attitudes toward right and wrong). Baik norma maupun nilai, keduanya berbeda menurut waktu dan wilayah geografis. Dewasa ini, gaya hidup dan standar kehidupan membuat masyarakat memasuki tahapan postmodern. Dulu, CSR terfokus pada pemberdayaan lingkungan melalui konsep daur ulang dan pengurangan limbah serta kesejahteraan sosial. Dewasa ini, aktivitas CSR semakin komprehensif dan lebih banyak dimensi. Di pasar tenaga kerja, mereka semakin menuntut 'kondisi' kerja yang lebih baik. Di pasar output,

12 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

mereka semakin menuntut keberadaan produk yang sesuai dengan preferensi mereka tersendiri, seperti dalam hal mutu atau harga (value for money). Di pasar barang publik, mereka menuntut sarana dan prasarana publik yang lebih baik, yakni bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, listrik, transportasi, telekomunikasi. Corporate Cultures dan Corporate Values

u1 ,2 /e

Setiap organisasi memiliki nilai dan budayanya masing-masing. Masyarakat, perusahaan, negara merupakan organisasi dengan perbedaan yang menyolok. Walau demikian, mereka tetap memiliki beberapa derajat kesamaan, setidaknya sebagai satu bentuk organisasi. Membedakan mana yang lebih dulu antara nilai dan budaya tidak ubahnya membedakan antara telor dan ayam. Sebagian menempatkan budaya sebagai bagian dari nilai. Sebagian lain menempatkan nilai sebagai bagian dari budaya.

aly sis

,b uk

Dalam definisi berikut, nilai merupakan bagian dari budaya. Budaya organisasi bisa didefinisikan sebagai kesamaan (shared) dalam asumsi, nilai, dan kepercayaan (beliefs) yang membimbing aksi para anggotanya. Berbagai kesamaan tersebut dalam budaya organisasi cenderung dan biasanya dibentuk oleh nilai-nilai pendirinya (sebagai core values), lingkungan industri dan bisnis, budaya nasional, visi dan prilaku pemimpin senior. Budaya organisasi dapat dibedakan menurut orientasinya7, yakni berorientasi pada kekuasaan, peran, pencapaian, atau dukungan.

alu e

An

Organisasi yang memiliki budaya yang kuat (strong organisational cultures) ditandai dengan nilainilai inti (core values) dari budaya yang dominan dipercaya kuat (dan dijalankan [shared]) oleh kelompok mayoritas terbesar dari anggota organisasi. Budaya perusahaan yang kuat dibangun atas dasar karakteristik yang relatif stabil dan nilai-nilai yang tertanam dalam dan diperteguh melalui praktek-praktek organisasi (derived). Pada banyak kasus, sifatnya yang mayoritas membuat budaya yang kuat cenderung (dan bisa) meningkatkan konsistensi prilaku dan berkurangnya turnover (karyawan).

oo nV

sem*ntara budaya yang tidak dominan diyakini oleh kelompok minoritas. Budaya tipe ini sering disebut sub-kultur. Sub-kultur diwakili oleh beberapa kelompok individu yang memiliki nilai-nilai atau kepercayaan yang unik, yang bisa jadi konsisten atau tidak dengan budaya yang dominan. Subkultur yang menolak budaya yang dominan disebut kontra-budaya.

oS

as

ak

Demi menjaga kelestarian budaya, beberapa organisasi melestarikan beberapa praktek, rites and rituals, tradisi, dan kebiasaan serta mengukur kecoco*kan budaya antara organisasi dan karyawannya. Cukup banyak praktek (manajemen) sumber daya manusia yang menegakkan budaya organisasi. Beberapa praktek tersebut mencakup seleksi, penilaian kinerja, pelatihan, dan pengembangan karier.

Sa

nd

Kepercayaan (beliefs) organisasi juga cenderung mempengaruhi norma-norma kerja, praktekpraktek komunikasi, dan posisi (stances) filosofis karyawan. Sosialisasi menjadi proses adaptasi karyawan baru terhadap budaya organisasi. Kegagalan beradaptasi dengan baik bisa menempatkan mereka dalam tekanan yang meningkat dari pengawas dan mitra kerja yang telah berakulturasi dan berasimilasi dengan baik. Pilihan posisi (karyawan) adalah stay and fight, stay dan terisolasi, atau keluar dari organisasi, secara sukarela atau terpaksa, dan bergabung dengan organisasi lain dengan budaya yang mereka anggap lebih coco*k. Bagi karyawan yang coco*k, mereka yang bisa paham dan berbagi nilai-nilai organisasi, memiliki basis yang lebih baik dalam menentukan pilihan yang coco*k dengan tujuan 7

Roger Harrison and Herb Stokes. Diagnosing Organizational Culture. San Francisco: Pfeiffer, 1992.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 13

perusahaan. Salah satu bentuk kecoco*kan adalah ketika kebanyakan karyawan memahami dan mendukung ekspektasi organisasi, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penjelasan, penginstruksian, membangun konsensus sebelum mencoba sesuatu yang inovatif. Lebih jauh, tingkat kesalahan akan semakin rendah di kebanyakan kasus.

u1 ,2 /e

Bagi karyawan yang sudah mengalami proses akulturasi dan asimilasi dengan baik, mereka cenderung merasa pekerjaan mereka jadi lebih bermakna, mereka merupakan bagian dari dan berkontribusi pada sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Kecoco*kan budaya yang baik antara karyawan dan perusahaan berdampak positif pada retensi karyawan (rendahnya labour turnover), produktivitas organisasi, dan keuntungan.

,b uk

Bagian dan berkontribusi merupakan eufemisme wording. In other words, the corporations will say, I am big, you are small, belittled, diminutive, replaceable, expendable. If you are broken, malfunctioned, then you are replaced, immediately, at once. You are just a bolt, a nut, a screw, that screwed and became useless.

An

aly sis

Nilai-nilai budaya organisasi sering disampaikan secara eksplisit melalui pernyataan misi atau corporate credo (doktrin), atau minimal melalui slogan, logo, simbol, atau kampanye iklan. Nilainilai organisasi banyak pula disampaikan (atau diperagakan) oleh pemimpin dan manajer melalui prilaku, ucapan dan perbuatan, pemberian penghargaan, jalinan mitra kerja, dan cara memotivasi keluhan. Beberapa komponen lainnya mencakup penokohan figur inspiratif, role model, cerita dramatis tentang konflik tokoh, figur karbitan.

oo nV

alu e

Beberapa bentuk lain dari sarana komunikasi budaya mencakup protokol pertemuan, prilaku menyapa, alokasi dan pemanfaatan ruang, simbol status, dan beberapa norma organisasi seperti norma sosial, norma kerja, atau norma tugas. Beberapa sinyal adanya perubahan aturan bisa didapat melalui berbagai elemen dalam komunikasi dan medianya seperti metafor, gambar, artifak (barang seni atau antik), dan ucapan.

ak

Sekecil apa pun derajat perubahan, organisasi seharusnya memiliki dua sifat kontrol, yakni regulatif dan normatif. Kontrol regulatif bisa bersifat birokratis, finansil, mutu, atau lainnya. Kontrol normatif bisa mencakup norma-norma tim (kerja) dan norma-norma budaya organisasi. Objek yang dikontrol tidak terbatas pada individu atau kelompok dalam organisasi semata, tetapi terutama pada upaya merealisasikan tujuan organisasi.

nd

oS

as

Walau demikian, budaya yang kuat cenderung susah beradaptasi bagi perubahan, bisa menciptakan hambatan bagi diversitas (kemajemukan), dan bisa menciptakan hambatan bagi keberhasilan merger dan akuisisi. Beberapa ukuran kemauan dan kemampuan perusahaan untuk berubah bisa dilihat dari beberapa indikator seperti perlakuan terhadap suara-suara sumbang, informasi kritis (unwelcome), keluhan, dan respon terhadap inisiatif (value of initiative).

Sa

Manajemen perubahan dalam organisasi besar biasanya membutuhkan waktu, energi, dan 'sesuatu' yang besar bagi implementasi (rencana) perubahan budaya. Beberapa komponen dalam proses perencanaan strategis mencakup penilaian terhadap lingkungan, values assessment, formulasi (ulang) visi dan misi, disain strategi, analisa audit kinerja, analisis kesenjangan, pengembangan rencana aksi, perencanaan darurat (contingency planning), implementasi akhir, dan kelanjutan implementasi. Values assessment seharusnya mencakup analisis mendalam terhadap beberapa elemen seperti nilainilai pribadi, nilai-nilai organisasi, filosofi operasi, budaya organisasi, dan stakeholders.

14 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Pengintegrasian values assessment kedalam proses perubahan dalam perencanaan strategis bertujuan untuk menjaga kelancaran implementasi dan menghindari masalah fungsionalitas atau kegagalan total. Perubahan budaya hanya bisa terjadi ketika ada setback dramatis seperti krisis finansil, pergantian manajemen puncak. Ketika perubahan mulai disuarakan dan diimplementasikan, sebagian karyawan merasa kehilangan comfort zone. Cara kerja yang lama bisa berubah cepat dan radikal, atau bahkan bisa ditiadakan sama sekali.

u1 ,2 /e

Perubahan bisa berarti ada rotasi kerja, mutasi kerja, penciptaan nilai, penghancuran nilai. Akibatnya, proses perubahan harus dikomunikasikan secara dua arah dan karyawan harus diyakinkan bahwa perubahan bisa menguntungkan mereka. Visi baru dikomunikasikan dan dikerjakan secara bertahap dalam rangka mendapatkan komitmen dan dukungan karyawan.

aly sis

,b uk

Budaya yang baru biasanya diiringi dengan perubahan pada struktur organisasi dan praktek-praktek manajemen. Bila ada prosedur dan proses yang belum diimplementasikan, karyawan di semua level manajemen berisiko mengalami stres, kebingungan, kemarahan, ketakutan, dan keresahan. Pemanfaatan grapevine (jaringan komunikasi informal) ditengarai mampu menjembatani penyampaian berbagai pesan komunikasi yang tidak tertulis.

alu e

An

Tingginya dinamika dan cepatnya perubahan (fast-paced) di abad ke-21 membuat stabilitas sering diinterpretasikan sebagai stagnasi daripada steadiness. Perubahan merupakan suatu hal yang konstan dan tetap (steadfastness). Organisasi yang tidak menetapkan perubahan dan transisi sebagai bisnis sering dianggap sebagai organisasi yang kolot atau ketinggalan zaman (recalcitrant). Di sisi lain, beberapa organisasi yang lebih muda, lebih kecil, dan memiliki budaya yang lemah cenderung mau dan gampang berubah.

oo nV

Sampai di sini, asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit adalah minimalisasi labour turnover dan retensi karyawan harus dilaksanakan. Walau karyawan bisa diganti, mendapatkan dan menciptakan karyawan adalah sulit. Penciptaan karyawan dengan kualifikasi dan spesialisasi yang diharapkan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

oS

as

ak

Untuk beberapa industri, waktu, dan wilayah, asumsi tersebut bersifat valid dan absolut. Di pihak lain, asumsi tersebut harus dilonggarkan atau ditiadakan. Beberapa industri di suatu wilayah dan waktu justru sangat mendukung tingginya labour turnover. Industri ini biasanya memiliki ciri sebagai footloose industry, bersifat jangka pendek, sangat menghindari kewajiban jangka pendek minimal kewajiban tahunan seperti pembayaran THR, bonus tahunan, paid vacation, atau employee benefits lainnya. Konsep Nilai dalam Ilmu Filsafat

Sa

nd

Dalam 2 sub-bab sebelumnya, Dimensi Nilai dan Sistem Nilai, berbagai konsep dalam ilmu filsafat (yang telah disampaikan di atas) mencoba menerangkan posisinya terhadap konsep nilai, baik secara teoritis, praktis, atau empiris. Apa yang hilang dalam upaya menjelaskan fenomena dalam ilmu filsafat terhadap konsep nilai adalah definisi dan penjelasan tentang ilmu filsafat itu sendiri. Singkatnya adalah bagaimana menjelaskan konsep nilai dalam perspektif dan ilmu filsafat. Sebagai kata benda, filosofi bisa diartikan dan/atau didefinisikan sebagai tubuh pengetahuan (body of knowledge). Tubuh pengetahuan bisa dibedakan atas sifatnya yang fisik (sains, filosofi alam), filosofi moral (etika), atau filosofi metafisik. Sebagai tubuh pengetahuan, ilmu filsafat bisa diklasifikasikan menurut topik atau percabangannya yang lain, seperti epistemologi, logis, estetika, legal, politik, atau sosial.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 15

Sebagai satu metode, ilmu filsafat sering dibedakan sebagai cara lain dalam menangani masalah, yakni dengan mempertanyakan, kritis, pendekatan sistematis pada umumnya, dan ketergantungan pada argumen rasional; khususnya pada 3 cabang ilmu filsafat, yakni metafisik, epistemologi, dan etika. Definisi Filosofi

u1 ,2 /e

Berasal dari bahasa Yunani Kuno, φιλοσοφία (philosophia), filosofi mungkin pertama kali disebut oleh Pitagoras yang secara literal berarti ‘love of wisdom’ atau ‘friend of wisdom’. Menurut Merriam-Webster.com, kata filosofi bersinonim dengan credo, doctrine, dogma, gospel, ideology (idealogy), creed, testament; sem*ntara beberapa kata terkait filosofi mencakup manifesto; metaphysic, theory; axiom, tenet, watchword.

aly sis

,b uk

Kata filosofi memiliki beberapa pengertian, antara lain: 1. Sebagai keyakinan (beliefs) prinsip, konsep, sikap yang paling dasar yang membimbing satu atau sekelompok orang. 2. Studi ide tentang pengetahuan, kebenaran (truth), sifat (nature) dan arti kehidupan, dan lainnya. 3. Seperangkat ide tentang bagaimana melakukan sesuatu atau bagaimana bisa hidup (how to live).

ak

oo nV

alu e

An

Beberapa definisi tentang filosofi, antara lain: 1. a. (1) Semua pembelajaran, tidak termasuk aturan teknis dan seni praktis. (2) Sains dan seni liberal, tidak termasuk obat, hukum, dan teologi. (3) Sekolah Tinggi Agama (D-IV). b. (1) Ilmu alam (kuno). (2) Etika. c. Suatu disiplin ilmu yang berdiri atas dasar logika inti, estetika, etika, metafisik, dan epistemologi (teori tentang pengetahuan terkait metode, validitas, dan skopnya). 2. a. Pencarian kebijaksanaan. b. Pencarian pemahaman umum tentang nilai dan realita dengan lebih banyak berspekulasi daripada menggunakan sarana observasi. c. Suatu analisa dasar dan konsep yang mengekspresikan keyakinan (beliefs) fundamental. 3. a. Suatu sistem dengan konsep-konsep filosofis. b. Suatu teori dasar atau tentang lingkungan (sphere) aktivitas atau pemikiran (filosofi perang). 4. a. Keyakinan (beliefs), konsep, dan sikap paling dasar dari individu atau kelompok. b. Ketenangan amarah dan penilaian (judgment) layaknya filsuf.

nd

oS

as

Menurut Google Translate, filosofi (filsafat, falsafat) bisa diartikan sebagai ideologi, sistem filosofis, ajaran mistik. sem*ntara filosofi didefinisikan sebagai studi bentuk (nature) fundamental atas pengetahuan, realita, dan keberadaan, khususnya ketika dipandang sebagai salah satu disiplin akademis.

Sa

Beberapa sinonim filosofi mencakup pemikiran (thinking), pikiran (thought), ajaran pemikiran (school of thought), keyakinan (beliefs), doktrin, alasan (reasoning), ide, notions, teori, tenets, prinsip, credo, convictions, pandangan, ajaran (ism). Menurut Macmillan English Dictionary, beberapa pengertian filosofi mencakup: 1. Studi teori tentang benda seperti kehidupan, pengetahuan, dan keyakinan. 2. Satu sistem teori yang dikembangkan oleh seseorang yang selesai belajar filosofi. Contoh A mendeskripsikan filosofi moral Kant. 3. Satu sistem keyakinan yang mempengaruhi keputusan dan prilaku seseorang. 4. Satu keyakinan atau sikap yang dipakai seseorang dalam hidupnya pada umumnya.

16 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Beberapa definisi lain tentang filosofi: 1. Philosophy is a study of problems which are ultimate, abstract, and very general. These problems are concerned with the nature of existence, knowledge, morality, reason, and human purpose.8 2. The aim of philosophical inquiry is to gain insight into questions about knowledge, truth, reason, reality, meaning, mind, and value. Other human endeavors explore aspects of these same questions, not least art and literature, but it is philosophy that mounts a direct assault upon them. 9 3. Philosophy is rationally critical thinking, of a more or less systematic kind about a. the general nature of the world (metaphysics or theory of existence), b. the justification of belief (epistemology or theory of knowledge), and c. the conduct of life (ethics or theory of value). Each of the three elements in this list has a non-philosophical counterpart, from which it is distinguished by its explicitly rational and critical way of proceeding and by its systematic nature. Everyone has some general conception of the nature of the world in which they live and of their place in it. Metaphysics replaces the unargued assumptions embodied in such a conception with a rational and organized body of beliefs about the world as a whole. Everyone has occasion to doubt and question beliefs, their own or those of others, with more or less success and without any theory of what they are doing. Epistemology seeks by argument to make explicit the rules of correct belief formation. Everyone governs their conduct by directing it to desired or valued ends. Ethics, or moral philosophy, in its most inclusive sense, seeks to articulate, in rationally systematic form, the rules or principles involved.10 Pendekatan dalam Ilmu Filsafat

oo nV

alu e

Analisis dalam ilmu filsafat bisa dilakukan dengan berbagai macam sudut pandang, pendekatan, tolok ukur, kesejarahan, atau lainnya. Tumpang-tindih dalam upaya pengklasifikasian menjadi suatu keharusan seperti halnya ungkapan pigeon holing. Oleh karena itu, pendekatan terbaik adalah dari penamaan atau pemberian label terhadap seseorang yang suka berfilosofi seperti epistemologists, logicians, metaphysicians, ethicists, aestheticians, social and political philosophers.

Sa

nd

oS

as

ak

Tabel – Posisi Ilmu Filsafat menurut Topik Percabangannya epistemology constructivism, empiricism, idealism, particularism, fideism, rationalism / reasonism, skepticism, solipsism logic inductive reasoning, abductive reasoning, deductive reasoning metaphysics atomism, dualism, monism, naturalism ethics consequentialism, deontology, virtue aesthetics formalism, institutionalism, aesthetic response free will compatibilism, determinism, libertarianism mind behaviorism, emergentism, eliminativism, epiphenomenalism, functionalism, objectivism, subjectivism normativity absolutism, particularism, relativism, nihilism, skepticism, universalism ontology action, event, process reality anti-realism, conceptualism, idealism, materialism, naturalism, nominalism, realism Table 4 – Posisi Ilmu Filsafat menurut Topik Percabangannya

Upaya pengkategorian kedua terbaik adalah menurut urutan rentang-waktu (kronologis), yang terbagi atas sifatnya yang kuno atau antik (ancient), pada abad pertengahan (medieval, abad 9-15),

8

Jenny Teichmann and Katherine C. Evans, Philosophy: A Beginner's Guide (Blackwell Publishing, 1999), p.1. A.C. Grayling (1999). "Editor's Introduction". in A.C. Grayling, ed. Philosophy 1: A Guide through the Subject. vol. 1. Oxford University Press. p.1. ISBN 978-0-19-875243-1. 10 Anthony Quinton (1995). "The ethics of philosophical practice". In T. Honderich, ed. The Oxford Companion to Philosophy. Oxford University Press. p. 666. ISBN 978-0-19-866132-0. 9

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 17

zaman moderen (abad 17-19), dan kontemporer (masa kini, abad 20-21). Upaya pengelompokkan ketiga adalah dari gaya atau sifatnya yang analitis, kontinental, sosial/politis, atau lainnya. Epistemologi

u1 ,2 /e

Epistemologi (ɨˌpɪstɨˈmɒlədʒi) berasal dari kata Yunani epistēmē, (ἐπιστήμη) yang diartikan sebagai pengetahuan, pemahaman; dan logos (λόγος) yang berarti kata, pengetahuan yang dikodifikasi. Epistemologi mempertanyakan pengetahuan dan cara mendapatkannya, dan kaitan pengetahuan dengan subjek atau entitas apa pun.

,b uk

Kata epistemologi ditengarai digunakan pertama kali oleh James Frederick Ferrier dalam bukunya yang berjudul Institutes of Metaphysic: The Theory of Knowing and Being (1854: 46). Ferrier menggunakan istilah epistemologi sebagai model ontologi (studi eksistensi), cabang dari ilmu filsafat dengan tujuan untuk menemukan (discover) arti pengetahuan dan menempatkannya sebagai cikal bakal ilmu filsafat (the true beginning of phylosophy).

oo nV

alu e

An

aly sis

Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi terkait dengan sifat (nature) dan skop pengetahuan, teori pengetahuan, studi terhadap pengetahuan dan justified belief. Fokus diskusi epistemologi mencakup analisa filosofis dari sifat pengetahuan dan kaitannya dengan tujuan (notion) seperti truth, belief, dan pembenaran. Ketiga hal ini bisa diilustrasikan dengan diagram Euler, 2 himpunan yang saling berpotongan.

as

ak

Figure 1 – Diagram Euler Bagan – Diagram Euler

Sa

nd

oS

Pengetahuan tentang fakta (truths) dan keyakinan (beliefs) baru memiliki arti ketika konsep nilai dimasukkan dalam menganalisa (suatu) pengetahuan. Beberapa konsep nilai yang dimaksud adalah yang terkait dengan etika, proses yang reliable dan unreliable, dalam epistemologi kebaikan (virtue) dimana nilai pengetahuan datang dari hubungan internal antara yang mengetahui (the knower) dan yang mempercayai (sebagai suatu bentuk mental state of believing) atau memahami. Pengetahuan bisa didapat dalam bentuk prasangka (a priori), belum dialami, bukan empiris; atau setelah dialami (a posteriori) dan bersifat empiris. Sifat pengetahuan pun bisa dibedakan antara analitik atau sintetik. Kecenderungan dalam epistemologi bisa dibedakan secara historis, turunan (empiris), idealisme, rasionalisme, konstruktivisme, dan regresi. Regresi dalam epistemologi bisa didapat dari sifatnya yang tanpa batas (infinitism), mendasar (foundationalism, basic beliefs), koheren (terpadu atau sesuai urutan/order secara estetis atau logis), atau kombinasi dari koheren mendasar (foundherentism) yang membentuk analogi TTS (teka-teki

18 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

silang). Teori koheren terbagi atas sifatnya yang faktual (coherence theory of truth) atau pembenaran (coherence theory of justification). Beberapa teori umum terkait epistemologi mencakup tipe-tipe epistemologi (constructivist, evolutionary, feminist, genetic, naturalized), coherentism, contextualism, determinism, empiricism, fallibilism, fideism, foundationalism, holism, infinitism, innatism, internalism-externalism, naïve realism, phenomenalism, positivism, reductionism, reliabilism, representative realism, rationalism, skepticism, theory of forms, transcendental idealism, dan uniformitarianism.

,b uk

u1 ,2 /e

Beberapa konsep umum dalam epistemologi mencakup akal sehat (common sense), alasan spekulatif, argumentasi regresi (regress), pemikiran eksploratif, analisis, kepercayaan (belief), kausalitas, kebenaran (truth), kriteria kebenaran (truth), kesederhanaan, masalah gettier, induksi, pikiran lain (other minds), objektivitas, pembenaran, pengetahuan, pengetahuan a priori, pengetahuan deskriptif, perbedaan analitik-sintetik, persepsi, proposisi, enactivism (prilaku dimana subjek persepsi coco*k secara kreatif dengan aksinya terhadap situasi yang dipersyaratkan). Metafisik

An

aly sis

Menurut Kamus Macmillan, metafisik merupakan studi ide tentang kehidupan, keberadaan, dan hal lainnya yang bukan bagian dari dunia fisik. Menurut Merriam-Webster, metafisik bisa merupakan studi filsafat abstrak, studi pengalaman subjektif (outside objective experience); sistem tertentu dari metafisik; sistem prinsip (filsafat) yang mendasari (underlying) studi atau subjek tertentu; sifat makhluk atau jenis benda wujud (kinds of things that have existence).

oo nV

alu e

Beberapa pengertian lain dari metafisik mencakup: 1. bagian dari filosofi yang terkait dengan penyebab dasar (basic causes). 2. sifat fundamen dari realita dan makhluk (fundamental nature of reality and being). 3. sifat dan hubungan makhluk (nature and relations of being). 4. sifat benda (nature of things); yang mencakup ontologi, kosmologi, dan kebanyakan tentang epistemologi. 5. berhubungan dengan atau bentuk ekspresi mutu atau ide (satu pekerjaan yang berhubungan dengan pertanyaan metafisik sebagai sifat dasar (very nature) pengetahuan. 6. terkait atau menjadi bagian dari realita di luar dunia (universe) fisik yang bisa diobservasi (keyakinan terhadap dunia lain (metafisik) selain dunia yang kita tinggali.

nd

oS

as

ak

Beberapa kata terkait metafisik mencakup conjectural, hypothetical, speculative; cosmic (cosmical), intellectual, mental, spiritual; ethereal, immaterial, incorporeal, insubstantial, nonmaterial, nonphysical, unsubstantial; impalpable, imperceptible, insensible, intangible, invisible; impractical, romantic, transcendent, transcendental, unreal, utopian, visionary; mystic (mystical), occult, psychic (psychical), spiritistic, spiritualistic; extrasensory, supersensible, supersensory; celestial, divine, ethereal, heavenly, numinous, spiritual, unworldly.

Sa

Beberapa sinonim dari metafisik mencakup konseptual; ideal, ideational, abstrak, notional, theoretic (theoretical); supernatural, paranormal, preternatural, transcendent, transcendental, otherworldly, unearthly. Di sisi lain, lawan kata dari metafisik mencakup kongkrit, tidak abstrak, dan alami (natural). Antonim dekat dari metafisik mencakup membumi (earthly), duniawi (mundane); materi, fisik; appreciable, detectable, discernible (discernable), noticeable, observable, palpable, perceptible, sensible, substantial, tangible, visible; defined, definite, distinct; aktual, faktual, real.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 19

Logika

u1 ,2 /e

Sebagai cabang dari ilmu filsafat, logika merupakan studi tentang valid reasoning, yang sifatnya bisa induktif, deduktif, atau abductive. Lihat sub-bab Tentang Kata Alasan. Objek logika bisa berupa ide atau bukti. Studi logika juga merupakan bagian dari ilmu matematika, komputer, dan trivium. Beberapa definisi trivium: 1. sebagai cara berpikir kritis sistematis yang digunakan untuk menurunkan kepastian faktual dari informasi yang dipersepsi dengan panca indera, yakni penglihatan, pendengaran, perasa (taste), peraba (touch), dan penciuman (smell). 2. sebagai bagian bawah (lower) dari 7 seni liberal, yang terdiri dari grammar, logika, dan retorika (input, proses, output). 3. bersama quadrivium (4 jalan), trivium (3 roads) membentuk 7 seni liberal. Quadrivium terdiri dari aritmetika (angka itu sendiri, number); geometri (angka dalam ruang); musik, harmonika, teori tuning (angka dalam waktu); astronomi atau kosmologi (angka dalam ruang dan waktu).

aly sis

,b uk

Argumentasi abduktif, inferensi penculikan, atau retroduksi merupakan bentuk inferensi logis dari observasi ke teori yang secara ideal mencari penjelasan (explanation) paling sederhana; inferensi terhadap penjelasan terbaik. Premis dalam argumentasi abduktif tidak menjamin kesimpulan. Walau demikian, inferensi tipe ini banyak dipakai di bidang hukum, ilmu komputer, intelijensi buatan, dan sistem pakar diagnostik.

alu e

An

Validitas argumen sangat ditentukan oleh bentuk logis (logical form), daripada muatannya. Bentuk logis dari argumen disebut bentuk argumen, bentuk uji argumen. Bentuk logis dari kalimat (proposisi, pernyataan, penyampai kebenaran) atau serangkaian kalimat merupakan bentuk yang didapat dengan mengabstraksi hal subjek (subject matter) dari muatan (content terms) atau dengan menganggap muatan sebagai pemegang-tempat (placeholder) atau blanks on a form.

oo nV

Dalam bahasa logika ideal, bentuk logika dapat ditentukan dari syntax. Bahasa formal yang digunakan di ilmu-ilmu formal merupakan contoh bahasa demikian. Bentuk logika seharusnya tidak dicampur-baur dengan syntax saja sebagai representasi. Seharusnya ada lebih banyak string yang merepresentasikan bentuk logika yang sama dalam satu bahasa.

as

ak

Beberapa jenis umum dari logika mencakup formal dan informal, simbolis, dan matematis. Dua contoh logika formal (formal logics) mencakup logika silogistik Aristoteles yang tradisional dan logika simbolis yang moderen. Tipe lain dari logika mencakup propositional (sentencial), predikat, modal, filosofis, komputasi, bivalen dan hukum pengecualian tengah (non-klasik), retorika empiris dalam logika, strict atau material, mentoleransi ketidakmungkinan, menolak kebenaran logis.

Sa

nd

oS

Logika formal merupakan studi inferensi dengan muatan formal murni. Inferensi memiliki muatan formal murni bila diekspresikan sebagai aplikasi tertentu dari aturan yang sepenuhnya abstrak, yakni aturan yang bukan tentang benda atau properti tertentu. Karya Aristoteles merupakan pelopor studi logika formal. Dalam banyak definisi logika, inferensi logis dan inferensi dengan muatan formal murni adalah sama. Walau demikian, hal ini tidak membuat ide logika informal menjadi hampa, karena logika formal tidak bisa menangkap semua nuansa bahasa alami. Empat hal (properties, atribut) penting dalam sistem logika mencakup konsistensi, validitas, kelengkapan, dan soundness. Prinsip konsistensi diperlukan dalam hal tiadanya teorema sistem yang berkontradiksi satu sama lain. Prinsip kelengkapan berarti ketika satu formula benar, formula tersebut bisa dibuktikan. Jika benar, maka hal tersebut merupakan teorema sistem. Prinsip soundness dalam sistem logika memiliki arti ganda. Makna ganda inilah yang menyebabkan suatu literatur sering membingungkan. Jika satu formula bisa dibuktikan dalam satu sistem, formula

20 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

tersebut adalah benar di model atau struktur yang relevan. Jika A merupakan satu teorema, maka A benar. Hal ini merupakan lawan (converse of) dari kelengkapan.

u1 ,2 /e

Pemakaian soundness yang sekedarnya (peripheral) berbeda mengacu pada argumen; dalam artian premis argumen yang valid adalah benar di dunia nyata. Prinsip validitas mensyaratkan aturan bukti dari sistem logika tidak mengizinkan salah inferensi dari premis yang benar. Satu sistem logika memiliki properti yang menguatkan (soundness) ketika sistem logika memiliki properti validitas dan hanya menggunakan premis yang terbukti benar (atau benar secara definisi dalam kasus aksioma) Beberapa sistem logika tidak memiliki keempat properti. Teorema ketidaklengkapan Kurt Gödel memperlihatkan sistem aritmetik formal yang cukup kompleks tidak bisa konsisten dan lengkap. Walau demikian, logika predikat tingkat pertama tidak diperpanjang (extended) oleh aksioma yang spesifik harus sistem aritmetik formal dengan ekualitas yang bisa lengkap dan konsisten.

,b uk

Etika dan Estetika

aly sis

Pemberian nilai etika dan estetika pada elemen kebenaran (truths) dan keyakinan (beliefs) serta perpotongannya dalam diagram Euler semakin memberi warna pada keempat aspek tersebut, 2 elemen yang dimaksud, pengetahuan, dan keyakinan nyata yang sedikit diakui (poorly justified true beliefs).

alu e

An

Truth banyak disandingkan dengan fakta atau realita, sem*ntara pengetahuan didefinisikan sebagai keakraban, kesadaran (awareness), atau pemahaman seseorang atau sesuatu seperti fakta, informasi, deskripsi, atau keahlian, yang didapat melalui pengalaman atau pendidikan atas dasar persepsi, penemuan (discovering), atau pembelajaran.

oo nV

Dua kutub dalam sistem penilaian yang utama adalah ya atau tidak. Dalam (ilmu) etika, nama kedua kutub bervariasi, mulai dari benar-salah, baik-jahat, virtue-vice (kebaikan-kejahatan), sampai pada aspek keadilan-pidana (justice-crime). Diskusi lebih jauh tentang dua kutub dapat dilihat di sub-bab Dimensi Nilai dan Sistem Nilai.

ak

Aplikasi dimensi nilai dan sistem nilai banyak dibakukan secara tertulis atau dikodifikasi menjadi hukum tertulis dalam suatu sistem hukum, adat-kebiasaan dalam suatu sistem sosial, dan biasanya dimaksimalkan manfaatnya dalam suatu sistem politik dalam rangka menghilangkan persaingan dan menjatuhkan lawan-lawan politiknya.

nd

oS

as

Dalam suatu sistem sosial seperti (asosiasi) profesi, kode etik terbagi atas kode etik bisnis (codes of business ethics, kode etik karyawan (codes of conduct for employees), dan kode etik praktek profesi (codes of professional practice). Kode etik bisnis dan profesi bersifat eksternal; sem*ntara kode etik karyawan bersifat internal.

Sa

Kode etik seharusnya menjadi moral compass dan kewajiban bagi setiap insan untuk tunduk dan patuh pada seperangkat aturan tertentu yang biasanya tertulis dan dibuat secara konsensus. Keberadaan kode etik bertujuan pada terciptanya semacam disiplin terhadap apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Pelanggaran terhadap kode etik seharusnya berbuah sanksi. Sayangnya, penetapan sanksi dan implementasinya bisa ditawar sampai ke titik terendah, alias nol, bahkan banyak yang negatif. Demikian pula halnya pada moral code yang sifatnya tidak tertulis dan tidak resmi, tetapi berlaku di tatanan sosial terbuka seperti budaya, pendidikan, dan agama. Walau demikian, standar ganda harus ada dan akan selalu dipraktekkan di banyak kalangan masyarakat.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 21

Konsep Nilai Diideologikan sebagai Alat Indoktrinasi dan Moral Code Pancasila sebagai ideologi nilai pernah dijadikan sebagai alat indoktrinasi dan moral code serta identitas bangsa dan negara Indonesia. Tulisan ini dimulai dengan tujuan sebagai background research guna menganalisa Pancasila, mulai dari kelahirannya sebagai suatu istilah tersendiri sampai menjadi suatu moral yang didogmatisasi, diabaikan, dan terabaikan.

u1 ,2 /e

Tujuan jangka panjang moral Pancasila adalah tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan jangka pendeknya adalah untuk memenangkan pemilu yang akan datang dengan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya bagi kepentingan partai politik dan para pejabat teras di partai berkuasa maupun di kementertian melalui praktek mark-up, legalisasi alokasi dana dan anggaran APBN. Penjajah Jepang Mengakomodasi Pancasila sebagai Dasar dan Tujuan Indonesia Merdeka

,b uk

Serangan Jepang ke Honolulu, Hawaii, per 7 Desember 1941, di hari minggu pagi, mengawali Perang Dunia II di wilayah Asia Pasifik. Di Eropa, Perang Dunia II dimulai Hitler per 1 September 1939. Di saat yang sama, Jepang juga merangsek ke Hong Kong, Filipina, dan Malaya.

An

aly sis

Tujuan serangan ke Hawaii adalah guna mencegah armada perang AS bisa segera membantu negara-negara yang diserang Jepang. Tarakan merupakan wilayah Hindia Belanda yang pertama kali dikuasai Jepang per 11 Januari 1942. Wilayah selanjutnya mencakup Minahasa, Sulawesi Timur, Balikpapan, Ambon; Pontianak, Makassar, Banjarmasin, Palembang, Bali di bulan Februari; Banten, Indramayu (Tayu-Juana), Kragan (Rembang-Tuban); Batavia, dan terakhir Bandung (8 Maret 1942).

oo nV

alu e

Belanda yang merupakan bagian dari pasukan sekutu, menyatakan perang dengan Jepang di wilayah Asia Pasifik dalam front A-B-C-D (American, British, Chinese, Dutch), 5 jam sesudah Hawaii dibombardir Jepang. Wij zijn in oorlog met Japan, kita berperang dengan Jepang, demikian pernyataan lewat radio oleh AWL Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, Gubernur Hindia Belanda kala itu.

oS

as

ak

Dengan mengandalkan front A-B-C-D, pernyataan tersebut menjadi gertak kosong tanpa arti ketika satu-persatu kekuatan sekutu dengan mudah dapat ditaklukan Jepang. Benteng Inggris yang berlokasi di Singapura dan terkuat di Asia Tenggara jatuh per 15 Februari. Sisa Angkatan Laut Sekutu dimusnahkan di Laut Jawa pada akhir Februari. Jendral Ter Poorten, Panglima Tertinggi Angkatan Darat Sekutu di Jawa, menyerah tanpa syarat per 9 Maret 1942. Gubernur Hindia Belanda dibuang ke luar Jawa.

Sa

nd

Rakyat Indonesia tidak menyangka akan secepat, sesingkat, dan semudah itu hancurnya perlawanan penjajah Belanda terhadap invasi dan agresi Jepang. Penjajah Belanda praktis tidak melakukan perlawanan yang berarti terhadap Jepang. Di kampungnya sendiri, Negeri Belanda harus takluk terhadap agresi Jerman pada tahun 1940. Asia Tenggara yang dibawah komando Panglima Besar (Nanpoo Gun) berpusat di Saigon. Pendudukan Jepang membagi wilayah kekuasaannya di Asia Tenggara atas 3 wilayah, yakni: 1. Pemerintahan Batavia yang menguasai Jawa-Madura dibawah Pemerintahan Angkatan Darat (Rikugun). 2. Wilayah Sumatera yang berpusat di Bukittinggi berada dalam Rikugun Melayu (Sumatera dan Melayu) yang berpusat di Singapura. 3. Pemerintahan Angkatan Laut (Kaigun) di Makassar yang menguasai wilayah Borneo, Bali, sampai Irian.

22 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

u1 ,2 /e

Warisan Jepang atas pendudukannya di Hindia Belanda adalah sebagai berikut: 1. Pengakuan terhadap nama Indonesia menggantikan nama Hindia Timur. 2. Pengakuan terhadap bahasa Indonesia, ketimbang bahasa Melayu. 3. Pengakuan terhadap orang/bangsa Indonesia, ketimbang inlander, pribumi. 4. Pengakuan terhadap wilayah Indonesia adalah wilayah bekas Hindia Belanda (Jenderal Terauchi). 5. Menetapkan hari Jumat sebagai hari kerja setengah hari. 6. Tersiapkannya jiwa dan semangat serta dasar dan tujuan bagi bangsa dan negara Indonesia yang ingin merdeka dari segala bentuk penjajahan. 7. Tercetuskannya istilah Pancasila, UUD 1945 dan Pembukaannya. Indoktrinasi Pancasila

,b uk

Menyimak pengakuan Soekarno di berbagai kesempatan, tanggal 1 Juni 1945 bukanlah hari lahirnya Pancasila, melainkan hari lahirnya istilah Pancasila.

An

aly sis

Tabel – Membandingkan Pancasila ala M. Yamin dengan Soekarno Sila Muh. Yamin, 19450529 Soekarno, 19450601 1 Peri Kebangsaan Kebangsaan Indonesia 2 Peri Kemanusiaan Internasionalisme atau peri-kemanusiaan 3 Peri Ke-Tuhanan Mufakat atau demokrasi 4 Peri-Kerakyatan (Permusyawaratan, Kesejahteraan sosial Perwakilan, Kebijaksanaan) 5 Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial) Ketuhanan yang berkebudayaan

Table 5 – Membandingkan Pancasila ala M. Yamin dengan Soekarno

oo nV

alu e

Menurut Soekarno, aku tidak mencipta Pancasila. Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Pancasila telah lama tergurat pada jiwa bangsa Indonesia. Pancasila itu corak karakter bangsa Indonesia. Menurut PPKI, Soekarno tidak mementingkan kata-kata, melainkan jiwa dari perumusan lima dasar itu yang berbeda dengan perumusan lima sila yang dimajukan pada 1 Juni 1945.

oS

as

ak

Hal ini berbanding terbalik dengan Soeharto, yang mengukuhkan susunan kata per kata pada tata urutan dan rumusan sila-sila dalam Pancasila, berdasarkan Inpres No.12/1968, yakni: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sa

nd

Sepuluh tahun kemudian, Soeharto mensahkan doktrinasi Pancasila melalui Tap MPR No.II/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) (Ekaprasetia Pancakarsa). Kristalisasi P4 tersebut dinyatakan dalam 36 butir-butir Pancasila. Tetapi bila dihitung-hitung, bukannya 36 butir melainkan 37 butir. Beberapa sumber bahkan menjadikan butir-butir tersebut menjadi 35 butir. Mana yang benar? Menurut pendapat penulis, kalau ditelaah lebih lanjut, butir-butir Pancasila tersebut malah bisa lebih dari 37. Tafsir, penjelasan, uraian atau apa pun namanya, lampiran Tap MPR No. II/1978 tersebut merupakan naskah P4 yang mencoba mendeskripsikan terhadap apa yang dimaksud dengan P4 menurut setiap sila dalam Pancasila.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 23

Hal ini dibantah kerasa dalam Pasal 1 dari Tap MPR No.II/1978, yang menyatakan dengan tegas bahwa P4 bukan merupakan tafsir Pancasila sebagai Dasar Negara, dan juga tidak dimaksud menafsirkan Pancasila Dasar Negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh, dan Penjelasannya. Dalam pasal 3 disebutkan bahwa Pedoman sebagaimana tersebut dalam pasal 1 beserta penjelasannya terdapat dalam naskah P4 sebagai lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Ketetapan ini.

u1 ,2 /e

Hasil karya dan kerja MPR ini seperti orang-orang buta yang mendeskripsikan gajah menurut apa yang mereka pegang. Soekarno sebagai pencetus istilah Pancasila saja tidak perduli dengan urutan dan susunan kata per kata dalam Pancasila. M. Yamin sendiri pernah menyangkal kristalisasi Pancasila ke dalam 5 kata yang dia sampaikan pada rapat BPUPKI tertanggal 29 Mei 1945.

,b uk

Berakhirnya Era Indoktrinasi Pancasila

aly sis

Era indoktrinasi Pancasila berakhir menyusul tumbangnya kepemimpinan orde baru digantikan dengan orde reformasi yang kebablasan dalam hal liberalisme dan individiualisme yang sarat dan sangat kapitalistik. Produk hukum yang memberangus dogmatisasi Pancasila adalah Tap MPR No.12/1998 dan Tap MPR No.18/1998, dan yang terakhir adalah Tap MPR No.I/2003.

An

Tap MPR No.XII/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No.V/1998 tentang Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus kepada Presiden/Mandataris MPR RI dalam Rangka Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila.

oo nV

Delegitimasi Kekuasaan MPR

alu e

Tap MPR No.XVIII/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No.II/1978 tentang P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Tap MPR No.I/2003 bersifat sapu jagat karena ‘kesaktiannya’ membreidel seluruh Tap MPR yang dinilai tidak sejalan dengan era dan tuntutan reformasi. Tap MPR No.I/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum Tap MPRS dan Tap MPR RI tahun 1960 sampai dengan tahun 2002.

oS

as

ak

Berdasarkan Tap MPR No.I/2003 tersebut, menurut beberapa sumber yang sangat tidak bisa dipercaya, 36 butir-butir Pancasila kemudian berkembang menjadi 45 butir-butir Pancasila. Berdasarkan penelusuran penulis tentang Tap MPR No.I/2003, kata Pancasila ada disebutkan dalam pasal 6 seperti berikut:

Sa

nd

(Sebanyak 104) Tap MPRS dan Tap MPR yang disebutkan di bawah ini merupakan Tap MPRS dan Tap MPR yang tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat einmalig (final), telah dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan. 52. Tap MPR No.II/1978 tentang P4 (Ekaprasetia Pancakarsa). 84. Tap MPR No.V/1988 tentang Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus kepada Presiden/Mandataris MPR RI dalam Rangka Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila. 90. Tap MPR No.XII/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No.V/1998. 91. Tap MPR No.XVIII/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No.II/1978 dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.

24 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Seperti yang pernah penulis sebutkan, perspektif berbagai pihak yang mencoba menginterpretasi Pancasila ke dalam pernyataan-pernyataan dogmatis yang kosong, tidak ilmiah, tidak sistematis– semakin berkembang setelah mereka mendapat pegangan baru terhadap bentuk tubuh gajah yang lain. Tap MPR No.I/2003 merupakan karya dan sidang tahunan terakhir bagi MPR. Dasar utamanya adalah pertimbangan jadwal pelantikan anggota DPR dan DPD yang dihasilkan dalam pemilu nasional maupun pilkada. Efisiensi anggaran dan risiko politisasi merupakan reasoning yang lain.

u1 ,2 /e

Pertimbangan legal lainnya adalah struktur, hierarki, posisi, ketatanegaraan produk hukum MPR yang tidak lagi bisa menerbitkan Tap yang bersifat regeling (mengatur). Penerbitan Tap merupakan kewenangan turunan dari menetapkan GBHN. Amandemen terhadap UUD 1945 membuat MPR tak lagi memiliki kewenangan menetapkan GBHN.

,b uk

Sidang Tahunan MPR 2003 merupakan upaya konsolidasi dan penegakkan demokrasi di Indonesia karena bertujuan meninjau seluruh produk MPR sepanjang sejarahnya. Dana ratusan milyar sudah dianggarkan untuk ‘dihabiskan’ demi perbaikan bangunan politik dan ketatanegaraan.

An

aly sis

Berbagai kemegahan dan kemewahan dalam ritual MPR menjadi tanpa arti dan penuh kesia-siaan, mubazir, dan boros, ketika masyarakat menyaksikan secara langsung betapa banyaknya bangku kosong. Kalau pun bangku sidang terisi, para wakil rakyat yang gila hormat banyak yang tidur, asyik sendiri, browsing, sms-an, BB-an, bahkan menonton video p*rno. Mereka tidak menghiraukan apa yang sedang dibicarakan selama sidang berlangsung.

oo nV

alu e

Kelesuan Sidang Tahunan MPR tersebut merefleksikan minimnya semangat reformasi yang nyata di kalangan wakil rakyat yang haus penghormatan. Di tahun 2003, MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara yang amat berkuasa dan lebih berkuasa atas presiden. Walau MPR tetap merupakan simbol wakil rakyat secara kolektif, MPR telah kehilangan legitimasi sebagai lembaga sarat social trust dan public respect.

ak

Semangat reformasi harus berhadapan dengan tokoh-tokoh masa lalu yang masih kuat secara politik, finansial, dan jaringan. Mereka berpotensi melakukan perlawanan habis-habisan bila dibawa ke pengadilan. Di banyak negara, tokoh-tokoh politik yang terlengserkan banyak yang mengacaukan negara dengan memobilisasi para simpatisan, kader, dan pendukung, baik secara terbuka maupun secara terselubung.

nd

oS

as

Kedamaian dan tertib hukum bisa semakin jauh tercapai. Upaya penegakan hukum melalui sistem pengadilan dilakukan secara sangat selektif alias tebang pilih dan tentu dilaksanakan setengah hati. Kesalahan politik di masa lalu tidak dilupakan tetapi dianggap bersifat kolektif, bisa dimaafkan, dan bisa diampuni oleh pemerintah atas nama negara (national pardon, amnesty) yang ingin melakukan rekonsiliasi politik.

Sa

Pancasila yang sangat diagung-agungkan sebagai moral bangsa, nilai-nilai dan perjanjian luhur bangsa, pedoman hidup, dan lainnya menjadi pepesan kosong yang tiada arti ketika harus berhadapan dengan kepentingan politik yang sangat mendewakan tujuan dan menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan. Ough, itu dia semangat individualisme dan komunisme, lawan berat moral Pancasila yang sangat ditakuti dan digembar-gemborkan Soeharto. Dalam politik, tidak ada yang abadi, melainkan kepentingan orang yang sedang berpolitik. All is fair in love and war. The ends justify the means. The Machiavellians.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 25

Ajaran moral tersebut dipelajari sebagai subjek tersendiri pada pendekatan consequentialism. Konsekuensi prilaku seseorang merupakan basis utama suatu penilaian atas kebenaran suatu prilaku. Tiga pendekatan lainnya adalah deontologi, etika kebaikan (virtue ethics), dan etika pragmatis (pragmatic ethics) alias fenomena kutu loncat. Catatan Penutup

u1 ,2 /e

Sekian puluh tahun yang lalu penulis pernah mencoba mencari buku yang eksklusif membahas tentang moral, akhlak, ajaran kebaikan, ala Indonesia. Penulis tidak pernah menemukan apa yang penulis idamkan, kecuali ajaran moral, adab, ibadah, akidah, keyakinan, conviction yang sifatnya ritual, rutin, dan mengagungkan dalil naqli (ajaran teokrasi).

,b uk

Tidak ada yang salah memang dengan ajaran teokrasi. Kendala terbesar adalah minimnya pemahaman yang sifatnya prinsipil, logis, universal, dan perseptif bagi banyak kalangan yang dapat dengan mudah dimanipulasi menjadi taqlid kepada sesuatu yang nisbi dan subjektif. Persepsi dipelintir menjadi ajaran mujahidin, semangat jihad dengan fanatisme yang sempit dan fundamental wahabian.

aly sis

Bila kita telaah keberadaan kita sebagai makhluk individu yang terbentuk dari air mani yang berkembang menjadi darah, untuk kemudian menjadi daging, urat, dan tulang; kita akan segera tersadar bahwa kita memiliki sistem biologika tubuh yang terus menerus mengalami transformasi, untuk tidak dikatakan bermutasi atau ber-evolusi.

alu e

An

Sistem tubuh (body system) tersebut berkembang sejalan sistem kejiwaan seseorang (psychological system) sebagai manusia individu. Dalam perkembangannya, lingkungan fisik dan sosial (milieu) seseorang tersebut membentuk cara berpikir tersendiri (mind system), bersikap, berprilaku, dan berinteraksi dengan lingkungan tempat dimana dia tinggal dan menetap (psychosocial).

oo nV

Siklus penciptaan manusia yang terus berulang selama manusia ada, sekian ratus ribu tahun, sebenarnya merefleksikan kejadian manusia itu sama di mana saja dan kapan saja. Yang membedakannya cuma nama tempat dan nama pelaku orangnya saja. Bukankah Al-Quran telah menyuarakannya dalam QS-2:66, QS-3:140, dan seterusnya.

ak

Mulailah dengan iktikad, niat yang baik, untuk melakukan sesuatu yang baik, untuk mencapai yang lebih baik, dengan berlaku seadil-adilnya, etis, dan segala macam adab yang baik. Ajaran teokrasi lagi.

oS

as

Penyebutan Istilah Pancasila

Sa

nd

Istilah Pancasila tidak disebutkan secara eksplisit dalam berbagai sumber hukum di awal kemerdekaan Indonesia, melainkan secara implisit, yakni: 1. Pembukaan UUD 1945 ala M. Yamin. 2. Piagam Jakarta. 3. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 4. Pembukaan UUD 1945 5. Pembukaan UUD RIS (Republik Indonesia Serikat) 6. Pembukaan UUD sem*ntara 1950 Pembukaan UUD 1945 ala M. Yamin Rapat BPUPKI, Jakarta, 29 Mei 1945 Pembukaan

26 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

u1 ,2 /e

Untuk membentuk pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, menyuburkan hidup kekeluargaan, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam satu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam satu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar kepada: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. kebangsaan, 3. persatuan Indonesia, dan 4. rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, 5. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dengan 6. mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

,b uk

Piagam Jakarta Jakarta, 22 Juni 1945

aly sis

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu yalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan perikeadilan.

An

Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan Rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

oo nV

alu e

Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.

Sa

nd

oS

as

ak

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat, dengan berdasar kepada: 1. ke-Tuhanan dengan mewajibkan menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya; menurut dasar 2. kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. persatuan Indonesia, dan 4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu 5. keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Jakarta, 22 Juni 2605 (Tahun Masehi: 1945) Tertanda, Panitia Kecil, Panitia – 9 PPKI, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 1. Ir Sukarno. 2. Drs. Mohammad Hatta.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 27

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Mr. A.A. Maramis. Abikusno Tjokrosujoso. Abdulkahar Muzakir. H. Agus Salim. Mr. Achmad Subardjo. Wachid Hasjim. Mr. Muhammad Yamin.

u1 ,2 /e

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Jakarta, 17 Agustus 1945 Pidato Proklamasi

,b uk

Saudara-saudara sekalian ! Saya telah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha-penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun !

aly sis

Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya dan turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju kearah cita-cita. Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-berhenti. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri.

alu e

An

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib-bangsa dan nasib-tanah-air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarat dengan pemukapemuka rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.

oo nV

Saudara-saudara ! Dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami : Proklamasi

as

ak

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

oS

Jakarta, 17 Agustus 1945. Atas nama Bangsa Indonesia,

nd

Soekarno – Hatta.

Sa

Demikianlah saudara-saudara ! Kita sekarang telah merdeka ! Tidak ada ikatan lagi yang mengikat tanah-air dan bangsa kita ! Mulai saat ini kita menyusun Negara Kita ! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, – merdeka kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu. Pembukaan UUD 1945 Jakarta, 18 Agustus 1945

28 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Pembukaan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat, sentausa, mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang (kemerdekaan) Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

u1 ,2 /e

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

An

aly sis

,b uk

Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. persatuan Indonesia, dan 4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu 5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

alu e

Pembukaan UUD RIS (Republik Indonesia Serikat)

oo nV

Mukaddimah

Kami bangsa Indonesia sem*njak berpuluh-puluh tahun lamanya bersatu-padu dalam perjuangankemerdekaan, dengan senantiasa berhati-teguh berniat menduduki hak-hidup sebagai bangsa yang merdeka-berdaulat.

nd

oS

as

ak

Kini dengan berkat dan rahmat Tuhan telah sampai kepada tingkatan sejarah yang berbahagia dan luhur. Maka demi ini, kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk Republik Federasi, berdasarkan pengakuan 1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa, 2. peri-kemanusiaan, 3. kebangsaan, 4. kerakyatan, dan 5. keadilan sosial.

Sa

Untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara-hukum Indonesia Merdeka yang berdaulat sempurna. Pembukaan UUD sem*ntara 1950 Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjoangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 29

dengan selamat sentausa mengantarkan Rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

u1 ,2 /e

Dengan berkat dan rahmat Tuhan tercapailah tingkatan sejarah yang berbahagia dan luhur. Maka demi ini, kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk Republik-Kesatuan, berdasarkan pengakuan 1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa, 2. peri-kemanusiaan, 3. kebangsaan, 4. kerakyatan, dan 5. keadilan sosial, untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian, dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara-hukum Indonesia Merdeka yang berdaulat dan sempurna.

,b uk

Pancasila Diinterpretasi

aly sis

Tap MPR No.II/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) (Ekaprasetia Pancakarsa) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

An

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

a. bahwa Pancasila yang merupakan pandangan hidup Bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia perlu dihayati dan diamalkan secara nyata untuk menjaga kelestarian dan keampuhannya demi terwujudnya tujuan Nasional serta citacita Bangsa seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. b. bahwa demi kesatuan bahasa, kesatuan pandangan, dan kesatuan gerak langkah dalam hal menghayati serta mengamalkan Pancasila diperlukan adanya P4. c. bahwa oleh karena itu, MPR yang keanggotaannya diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1977 berpendapat perlu adanya Ketetapan MPR tentang P4. Mengingat: 1. Pembukaan dan pasal 1 ayat (2) UUD 1945. 2. Keputusan-keputusan MPR-RI No.1/1977; No.3/1977; No.4/1977; No.1/1978; dan No.2/1978. 3. Ketetapan MPR-RI No.1/1973 dihubungkan dengan Keputusan MPR-RI No.2/1977. Memperhatikan: 1. Permusyawaratan dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1978 yang membahas Rancangan Ketetapan tentang P4 yang telah dipersiapkan oleh Badan Pekerja MPR. 2. Putusan Rapat Paripurna ke-5 tanggal 21-22 Maret 1978 semasa Sidang Umum MPT bulan Maret 1978

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

Menimbang:

MEMUTUSKAN Menetapkan:

KETETAPAN MPR RI tentang P4 (EKAPRASETIA PANCAKARSA)

Pasal 1 P4 ini tidak merupakan tafsir Pancasila sebagai Dasar Negara, dan juga tidak dimaksud menafsirkan Pancasila Dasar Negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh, dan Penjelasannya.

30 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Pasal 2 P4 dituangkan dalam rumusan yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami maknanya, disusun dengan tata urutan sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan BAB II: P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) BAB III: Penutup

u1 ,2 /e

Pasal 3 Pedoman sebagaimana tersebut dalam pasal 1 beserta penjelasannya terdapat dalam naskah P4 sebagai lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Ketetapan ini.

,b uk

Pasal 4 P4 ini merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara, serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah, dan dilaksanakan secara bulat dan utuh.

alu e

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 22 Maret 1978.

An

Pasal 6 Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

aly sis

Pasal 5 Menugaskan kepada Presiden sebagai Mandataris atau Presiden bersama-sama DPR untuk mengusahakan agar P4 dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dengan tetap berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ak

Adam Malik Mashuri, SH KH Masjkur R. Kartidjo H. Achmad Lamo Mh. Isnaeni

as

: : : : : :

oS

Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua

oo nV

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

nd

Lampiran Tap MPR No.II/1978 tentang P4 Naskah P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) Pendahuluan Bahwa sesungguhnya atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, perjuangan rakyat Indonesia telah mengantarkan rakyat Indonesia kepada Negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat berdasarkan Pancasila. Maka menjadi tugas dan tanggung jawab setiap warga negara Indonesia dan seluruh bangsa Indonesia untuk mengemban kelangsungan hidupnya. Sesungguhnya sejarah telah mengungkapkan, bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya

Sa

I.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 31

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar Negara seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup Bangsa, yang telah diuji kebenaran, keampuhan, dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan mana pun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Menyadari bahwa untuk kelestarian keampuhan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara, serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah. Dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah Pancasila dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Untuk memungkinkan dan memudahkan pelaksanaan penghayatan dan pengamalan Pancasila diperlukan suatu pedoman, yang dapat menjadi penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku setiap manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara. P4 itu dituangkan dalam rumusan yang sederhana dan jelas, yang mencerminkan suara hati nurani manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila dan yang mampu secara terus-menerus menggelorakan semangat serta memberikan keyakinan dan harapan akan hari depan yang lebih baik, sehingga pedoman itu dapat mudah diresapi, dihayati, dan diamalkan.

ak

oo nV

alu e

An

II. P4 (EKAPRASETIA PANCAKARSA) Pancasila seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila yang bulat dan utuh itu memberi keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan, baik dalam: 1. hidup manusia sebagai pribadi, 2. hubungan manusia dengan masyarakat, 3. hubungan manusia dengan alam, 4. hubungan bangsa dengan bangsa-bangsa lain, 5. hubungan manusia dengan Tuhannya, 6. mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.

Sa

nd

oS

as

Dengan keyakinan akan kebenaran Pancasila, maka manusia ditempatkan pada keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran untuk mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Dengan berpangkal tolak dari kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial, maka penghayatan dan pengamalan Pancasila akan ditentukan oleh kemauan dan kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dan kepentingannya agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat. Untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat, manusia Indonesia dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila secara bulat dan utuh menggunakan pedoman sebagai berikut: 1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya

32 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

u1 ,2 /e

dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya, maka dikembangkanlah sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya dan tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaannya itu kepada orang lain.

An

aly sis

,b uk

2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Dengan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban asasinya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya. Karena itu dikembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan tepa salira, serta sikap tidak sem*na-mena terhadap orang lain. Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormatmenghormati, dan bekerja sama dengan bangsa-banga lain.

as

ak

oo nV

alu e

3. SILA PERSATUAN INDONESIA Dengan sila Persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Menempatkan kepentingan negara dan Bangsa di atas kepentingan pribadi berarti bahwa manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan Bangsa, apabila diperlukan. Oleh karena sikap rela berkorban untuk kepentingan Negara dan Bangsa itu dilandasi oleh rasa cinta kepada Tanah Air dan Bangsanya, maka dikembangkanlah rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia, dalam rangka memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa.

Sa

nd

oS

4. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN Dengan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan Negara dan kepentingan Masyarakat. Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama, terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan diusahakan secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Manusia Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimanya dan melaksanakannya

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 33

dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab. Di sini kepentingan bersamalah yang diutamakan diatas kepentingan pribadi dan golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan, demi kepentingan bersama. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayainya.

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA Dengan sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini, dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Demikian pula perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan agar dapat berdiri sendiri. Dengan sikap yang demikian, ia tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup bergaya mewah serta perbuatanperbuatan lain yang bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. Demikian juga dipupuk sikap suka bekerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial. Demikianlah dengan ini ditetapkan P4 yang dinamakan Ekaprasetia Pancakarsa. Ekaprasetia, karena P4 ini bertolak dari tekad yang tunggal, janji yang luhur, kepada diri sendiri bahwa sadar akan kodratnya sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial, manusia Indonesia merasa harus mampu mengendalikan diri dan kepentingannya agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat. Kesadaran akan kodratnya dan kemampuan mengendalikan diri dan kepentingannya itu merupakan modal serta mendorong tumbuhnya karsa pribadi untuk menghayati dan mengamalkan kelima sila dari Pancasila, yang karenanya dinamakan Pancakarsa.

Sa

nd

oS

as

ak

III. PENUTUP Sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah pandangan hidup Bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaan Masyarakat dan Negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu, pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah. Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan dasar Negara Republik Indonesia akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila. Demikianlah manusia dan bangsa Indonesia menjamin kelestarian dan kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila serta penuh gelora semangat membangun masyarakat Indonesia yang maju, sejahtera, adil, dan makmur. Semoga rahmat Tuhan Yang Maha Esa menyertai pelaksanaan Pedoman ini.

34 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Penjelasan dalam Lampiran Tap MPR No.II/1978 tentang P4 Penjelasan atas Bab II angka 1

u1 ,2 /e

Dengan rumusan sila Ketuhanan Yang Maha Esa seperti tersebut pada Bab II angka 1 tidak berarti bahwa Negara memaksa agama dan suatu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebab agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan keyakinan, hingga tidak dapat dipaksakan dan memang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk dan menganutnya.

,b uk

Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Kebebasan agama adalah merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan beragama itu langsung bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama bukan pemberian Negara atau bukan pemberian golongan. 36 Butir-butir Pancasila

alu e

An

aly sis

A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA 1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Hormat menghaormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. 3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

as

ak

oo nV

B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB 1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persmaan kewajiban antara sesama manusia. 2. Saling mencintai sesama manusia. 3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. 4. Tidak sem*na-mena terhadap orang lain 5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 7. Berani membela kebenaran dan keadilan. 8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Sa

nd

oS

C. SILA PERSATUAN INDONESIA 1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamtan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. 2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. 3. Cinta Tanah Air dan Bangsa. 4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia. 5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika. D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN 1. Mengutamakan kepentinagn negara dan masyarakat 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingn bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 35

5. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah. 6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. 8. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA 1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong. 2. Bersikap adil 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak-hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak bersifat boros 8. Tidak bergaya hidup mewah 9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. 10. Suka bekerja keras. 11. Menghargai hasil karya orang lain. 12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

An

45 Butir-butir Pancasila

oS

as

ak

oo nV

alu e

A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. 7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain

Sa

nd

B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB 1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. 3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5. Mengembangkan sikap tidak sem*na-mena terhadap orang lain. 6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

36 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

8. Berani membela kebenaran dan keadilan. 9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. 10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

u1 ,2 /e

C. SILA PERSATUAN INDONESIA 1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. 4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. 5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN /PERWAKILAN 1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. 2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. 6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. 7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. 10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

Sa

nd

oS

as

ak

E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA 1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. 2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. 6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. 8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. 9. Suka bekerja keras. 10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 37

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Tap MPR No.XVIII/1998 tentang Pencabutan Tap MPR No.II/1978 tentang P4 dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MPR RI, a. bahwa Pancasila sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945, perlu ditegaskan posisi dan peranannya dalam kehidupan bernegara. b. bahwa Tap MPR No.II/1978 tentang P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) yang materi muatan dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan bernegara, perlu dicabut. c. bahwa berhubung dengan itu perlu adanya Tap MPR untuk mencabut Tap MPR No.II/1978 tersebut dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar negara. Mengingat: 1. Pasal 1, 2, dan 3 dari UUD 1945. 2. Tap MPR No.I/1983 tentang Peraturan Tata Tertib MPR sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Tap MPR No.I/1998. Memperhatikan: 1. Keputusan Pimpinan MPR No.10/PIMP./1998 tentang Penyelenggaraan Sidang Istimewa MPR. 2. Permusyawaratan dalam Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13 November 1998 yang membahas Rancangan Tap MPR tentang Pencabutan dan Penggantian Tap MPR No.II/1978 tentang P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) yang dipersiapkan oleh Badan Pekerja MPR. 3. Putusan Rapat Paripurna Ke-4 tanggal 13 November 1998 Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13 November 1998.

Menetapkan:

oo nV

MEMUTUSKAN

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Menimbang:

Tap MPR tentang Pencabutan Tap MPR No.II/1978 tentang P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara

as

ak

Pasal 1 Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

nd

oS

Pasal 2 Dengan ditetapkannya Ketetapan ini, maka Tap MPR No.II/1978 tentang P4 (Ekaprasetia Pancakarsa) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Sa

Pasal 3 Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta, Pada Tanggal 13 November 1998 MPR RI, Ketua : H. Harmoko Wakil Ketua : Hari Sabarno, S.Ip., M.B.A., M.M.

38 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Wakil Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua Wakil Ketua

: : : :

Dr. Abdul Gafur H. Ismail Hasan Metareum, S.H. Hj. Fatimah Achmad, S.H. Poedjono Pranyaoto

Konsep Nilai dalam Agama

u1 ,2 /e

Sebelum ada agama dan kepercayaan, kepemimpinan suatu negeri, negara, atau kerajaan dibuat atas dasar beberapa hal, seperti garis keturunan (primordial), perebutan kekuasaan berdasarkan kekuatan (fisik) seseorang atau sekelompok orang, kesepakatan kaum (perjanjian masyarakat), atau lainnya.

,b uk

Perebutan kekuasaan bisa bersifat memaksa; atas dasar hierarki, struktur, atau legitimasi otoritas (rantai komando); penghargaan (reward); penunjukkan (referent); keahlian yang dimiliki (expert); atau kombinasi berbagai dimensi. Kekuasaan atau kepemimpinan yang tercipta bisa berbentuk otoriter, demokratis, atau pasar bebas. sem*ntara penghargaan dan penunjukkan kepemimpinan bisa bersifat de facto atau de jure.

aly sis

Cukup banyak kasus memperlihatkan kepemimpinan demokratis (yang tidak tegas dan tidak mampu untuk memperlihatkan dan mempertahankan kekuasaannya serta memenuhi kebutuhan pengikutnya) sering dinilai gagal dan menciptakan aroma dan nuansa serta tuntutan pemerintahan yang semakin otoriter dan mengarah pada dictatorship.

alu e

An

Beberapa variabel bisa dipakai untuk mengukur bentuk hubungan antara pemimpin dan pengikut, yakni seperti berbagai indikator kepuasan, kinerja, komitmen, loyalitas. Sebagai penentu arah, pemimpin banyak diharapkan memiliki beberapa ciri berikut, yakni kharismatik, dinamis, optimis, socially adept, trustworthy, dan memiliki pandangan kedepan (foresight).

oo nV

Sifatnya yang individualistik dan subjektif membuat berbagai variabel dan indikator kepemimpinan sering dinilai berat sebelah, tidak fair, tidak adil. Seiring berjalannya waktu, akumulasi berbagai unsur masyarakat yang merasa kecewa berdampak pada meruaknya keresahan sosial yang semakin tidak menguntungkan struktur dan kepemimpinan yang ada. Dengan memasukkan unsur agama, mereka kemudian menyuarakan vox populi, vox dei, suara rakyat, suara Tuhan.

oS

as

ak

Di sisi lain, menurut masyarakat Minangkabau, idealitas (dasar) kepemimpinan dibangun atas prinsip adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Pemahaman dan interpretasi terhadap suara Tuhan inilah yang menjadi biang keladi wujudnya berbagai macam perbedaan dalam suatu agama dan dengan agama lain. Termasuk didalamnya pemahaman dan interpretasi yang berbeda atas berbagai tradisi dan kebiasaan yang diharamkan, dianjurkan, diwajibkan, dan seterusnya.

Sa

nd

Asosiasi terhadap suatu agama dapat dibedakan menurut keyakinan (keimanan, rukun iman); praktek, kebiasaan, dan tradisi (rukun suatu agama); pemahaman, interpretasi, dan implementasi terhadap konsep kedua rukun tersebut. Hukum suatu agama yang mengatur kedua rukun tersebut bertujuan mengatur masyarakat di hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Rukun suatu agama bisa dimulai dari peribadatan, berbagai ritual, purification rite, passage rite, upacara keagamaan, credo, doktrin dan dogma, mitos, simbolisme dan iconography, sakramen, teologi, pengorbanan, sampai pada pengalaman, baju / jubah, atau lainnya. Sifatnya sebagai praktek, kebiasaan, dan tradisi membuat agama banyak diasosiasikan dan disamakan dengan kebudayaan dan/atau sebagai identitas suatu kelompok sosial. Di sisi lain, sifatnya sebagai dasar dan ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia inilah membuat berbagai nilai dalam agama sering dipolitisir dan dijadikan sebagai basis nilai

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 39

pengelolaan suatu kelompok, faksi, masyarakat, negara, baik secara ekonomi, pertahanan, maupun keamanan (ipoleksosbud-hankam). Agama sebagai Produk Budaya dan Fenomena Kebudayaan

u1 ,2 /e

Dalam kesehariannya, dulu, manusia mempraktekkan kebiasaan dan tradisi berdasarkan berbagai fenomena yang dialaminya dari hari-ke-hari. Ada yang sifatnya rutinitas, musiman, dadakan, atau lainnya. Dalam perkembangannya, mereka kemudian mencoba mengkaitkan berbagai kejadian mistis atau supernatural dengan sikap, keyakinan, dan berbagai praktek yang mereka lakukan.

,b uk

Pengkultusan pun kemudian diberlakukan terhadap apa pun yang dianggap bisa memberikan mereka nilai-nilai (positif dan negatif) terhadap sikap, keyakinan, dan praktek yang mereka jalani. Pengkultusan bisa dilakukan terhadap benda hidup (animisme), benda mati (berhala, paganisme), bahkan terhadap beberapa individu sebagai dewa, tuhan, pemilik kekuatan yang maha hebat, atau lainnya.

aly sis

Dalam bahasa Inggris, culture merupakan pembendaan kata sifat cult dengan menambahkan akhiran -ure. Akhiran -ure bisa diartikan sebagai aksi, hasil, dan instrumen. Culture bisa diartikan sebagai bentuk atau tahapan tertentu dari suatu peradaban; atau ciri prilaku dan keyakinan dari kelompok sosial, etnis, atau usia tertentu.

ak

oo nV

alu e

An

Menurut Random House Webster's Unabridged Dictionary, cult sebagai kata benda memiliki beberapa pengertian berikut: 1. a particular system of religious worship, esp. with reference to its rites and ceremonies. 2. an instance of great veneration of a person, ideal, or thing, esp. as manifested by a body of admirers: the physical fitness cult. 3. the object of such devotion. 4. a group or sect bound together by veneration of the same thing, person, ideal, etc. 5. Sociol. a group having a sacred ideology and a set of rites centering around their sacred symbols. 6. a religion or sect considered to be false, unorthodox, or extremist, with members often living outside of conventional society under the direction of a charismatic leader. 7. the members of such a religion or sect. 8. any system for treating human sickness that originated by a person usually claiming to have sole insight into the nature of disease, and that employs methods regarded as unorthodox or unscientific.

nd

oS

as

Menurut Merriam-Webster Dictionary, budaya (culture) memiliki beberapa pengertian berikut: 1. the integrated pattern of human knowledge, belief, and behaviour that depends upon man's capacity for learning and trasmitting knowledge to succeeding generations. 2. the customary beliefs, social forms, and material traits of a racial, religious, or social groups. 3. the set of shared attitudes, values, goals, and practices that characterises a company or corporation.

Sa

Sebelum penanggalan Gregori berlaku (BCE), Athena, Yerusalem, Iran, India, Cina, dan Meksiko ditengarai sebagai 6 sumber penyebaran agama. Berdasarkan catatan sejarah (literatur), ajaran Judaism dan Weda (Vedic, Vedism, Hindu) ditengarai sebagai dua agama tertua di dunia. Berbagai tradisi keagamaan kedua ajaran tersebut telah dipraktekkan selama hampir 4 milenium. Ajaran Weda (Brahmanisme) yang ditengarai dibawa bangsa Arya di Iran dan utara India sejak 1500 SM mulai mengalami percabangan di abad ke-6 SM. Sejak tahun 550 SM, setidaknya ada 3 agama besar yang mulai berkembang, yakni Budha oleh Siddharta Gautama di timur laut India; Jainisme oleh Mahavira (Pahlawan Besar) di timur India; dan Tao oleh Lao-tzu di Cina.

40 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Sumber ajaran Tao berasal dari Tao-te Ching, Classic of the Way of Power. Dalam Chuang-tzu, kumpulan teks Lao-tzu, yang dibuat pada masa abad ke-4 sampai ke-3 SM, Lao-tzu bertemu dengan Confucius sebanyak 7 kali. Confucius (K'ung-fu-tzu) menyebarkan ajarannya sendiri di abad ke-5 SM.

u1 ,2 /e

Lao-tzu juga dikenal sebagai kurator arsip pengadilan pada masa dinasti Chou (1111-255 SM); Laotzu adalah lebih senior dari Confucius (abad ke-6 sampai abad ke-5 SM); dan Confucius dikenal sebagai teman diskusi. Selama Dinasti Sung berkuasa (960-1279), elemen penganut ajaran Tao dan Budha hidup berdampingan tanpa ada perbedaan yang jelas dalam benak para penganutnya.

,b uk

Di Persia kuno, Zoroaster (Zarathushtra, Zarathustra, Parsiism) yang hidup pada masa 628-551 SM, mulai mengembangkan ajarannya. Menurut tradisi pemeluknya, Zoroaster hidup 258 tahun sebelum Alexander. Iskandar Yang Agung menaklukan Persepolis, ibukota Persia Kuno (Achaemenids) (559-330 SM), di tahun 330 SM. Salah satu momen terpenting Zoroaster adalah saat dia mengukuhkan Vishtaspa, Raja Chorasmia (selatan Laut Aral di Asia Tengah) di tahun 588 SM. Pada masa itu, Zoroaster sudah berusia 40 tahun.

aly sis

Kematian Aristoteles (322 SM) dan Alexander (323 SM) diiringi dengan berakhirnya kebesaran kehidupan dan pemikiran negara-kota (polis, city-state) Yunani. Athena tidak lagi menjadi pusat daya tarik dunia, melainkan Roma, Alexandria, dan Pergamum. Termasuk didalamnya klaim terhadap keterkenalan urbanitas dan kebudayaan.

alu e

An

Walau demikian, doktrin sikap yang bernuansa Yunani (Kuno) dilestarikan dalam ajaran Stoicism yang disebarluaskan Zeno dari Citium (Cyprus) di abad ke-4 SM di Athena. Zeno membagi filosofi sistematis menjadi 3 bagian, yakni logis, fisika, dan etika. Pemikiran logis merefleksikan alasan kosmik sebagai bukti alami. Dengan kata lain, represi emosi dan kesamaan antara kesenangan dan penderitaan.

oo nV

Pada masa itu, ajaran Stoicism harus berhadapan dengan 3 ajaran lainnya, yakni Epicureanisme, Skeptisisme, dan Kritenitas. Epicureanisme merupakan pengajaran Epicurus di Athena sekitar tahun 300 SM. Filosofi yang diajarkan Epicurus (341-270 SM) banyak disetarakan dengan ajaran hedonisme, tujuan manusia hidup adalah untuk bersenang-senang, nyaman, hidup mewah, dan bergaya.

oS

as

ak

Ajaran Skeptisisme menolak pengetahuan tertentu bila dibandingkan dengan kepercayaan (beliefs) dan adat lokal, dengan harapan bahwa petunjuk ini bisa memberi manusia ketenangan dan ketentraman dimana filsuf dogmatik (seperti Stoic) tidak bisa berharap bisa terealisir.

nd

Di belahan dunia yang lain, tepatnya di Amerika Tengah, Mesoamerica (sekarang Veracruz dan Tabasco, Meksiko), ajaran Olmec berkembang selama periode 1200-400 SM. Seperti halnya ajaran Weda, ajaran Olmec juga mengalami perpecahan, yakni Aztec dan Maya.

Sa

Signifikansi Agama

Apabila motif menjadi penggerak orang dan perusahaan, agama dan keyakinan menjadi pelita kehidupan seseorang. Sebagai cerminan identitas dan gaya hidup, agama banyak dijadikan ajang pemersatu umat. Agama dijadikan jawaban terhadap tujuan hidup dan kehidupan manusia. What makes life worth living for? Pada beberapa masa, penganut suatu agama berkumpul sesuai kebiasaan dan tradisi masing-masing. Pada saat berkumpul inilah, berbagai nilai dan hal dalam agama kemudian dipelintir dan dipolitisir

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 41

sesuai kemauan, kebutuhan, dan kepentingan pihak-pihak yang mendaulatkan suatu agama. Ini wajib, ini haram, ini sunnah, ini budi, dan ini-ini lainnya. Kesamaan keyakinan dan pemahaman serta pengharapan telah banyak menyatukan umat, yang sebagian atau yang mayoritas. Kelompok yang tidak percaya suatu agama (ateis dan agnostic) diyakini oleh sekitar 1,1 milyar penduduk di dunia, khususnya setelah abad ke-19 yang membawa pencerahan.

u1 ,2 /e

Kristenitas merupakan agama dan keyakinan yang diajarkan berdasarkan kehidupan dan pengajaran Yesus dari Nazareth, provinsi Palestina pada masa Romawi. Kristenitas dianut oleh sekitar 2 milyar penduduk dunia. Dengan pemeluk sekitar 1,3 milyar, Islam merupakan agama dengan pemeluk terbanyak kedua.

An

aly sis

,b uk

Tiga agama lainnya dengan jumlah pemeluk lebih dari 100 juta adalah Hindu (900 juta penganut), Budha (360 juta penganut), dan Taoisme (394 juta penduduk Cina, 20 juta penduduk negara lainnya). Beberapa agama lainnya dengan jumlah pemeluk lebih dari 10 juta adalah sebagai berikut: 1. Falun Gong (10 juta di Cina yang diajarkan oleh Li Hongzhi sejak tahun 1992); 2. Sikhisme (23 juta di Punjab, India oleh Guru Nanak sejak tahun 1500); 3. Judaisme (14 juta sejak tahun 1300 SM, khususnya setelah penghancuran Kuil Kedua di tahun 70 Masehi); 4. Spiritualisme (11 juta sejak tahun 1850 di AS, Inggris, Perancis); 5. Gereja Advent Ke-7 (25 juta, yang berakar dari Gerakan Millerite di tahun 1830, dan diajarkan Ellen G. White sejak tahun 1863); 6. Mormonisme (12,2 juta, yang diajarkan Joseph Smith sejak tahun 1830 di New York).

alu e

Judaism

oo nV

Yahudi di masa lalu pernah jaya ketika (Nabi) Daud berhasil membangun kerajaannya sendiri dan gemilang di tangan anaknya (Nabi) Sulaiman. Benteng kaum Yabus di bukit Zion yang berhasil ditaklukan Daud menjadi tempat suci dan daerah yang dikeramatkan. Yerusalem kemudian dibangun di puncak bukit Zion. Talmut yang menjadi kitab suci mereka ditengarai bertolakbelakang dengan inti ajaran Taurat yang dibawa (Nabi) Musa.

Sa

nd

oS

as

ak

Beberapa tonggak penting dalam sejarah (agama dan kebudayaan) Yahudi: 1. Keberangkatan (Nabi) Ibrahim ke Kanaan dari Harran di utara Mesopotamia (sekitar wilayah Israel dan Lebanon) pada pertengahan abad ke-20 SM (±1800 SM) ditengarai sebagai awal penegakkan ajaran Yudaisme. 2. Di Mesir, keturunan Ibrahim dan anak-anak (Nabi) Ishak dan (Nabi) Yakub menjadi budak selama beberapa generasi sampai mereka melakukan Exodus ke Kanaan pada abad ke-13 SM. 3. (Nabi) Daud dikenang para pengikutnya sebagai penguasa politik (±1000-962 SM) dan pusat simbol kepercayaan beragama (religious faith). Beberapa keistimewaan Daud mencakup perannya sebagai Robin Hood, kemampuannya menaklukan Jalut (Goliath), Kitab Zabur, dan lainnya. Zabur dikenal dengan beberapa istilah seperti Zabur Psalms of David, Psalms of David, the Biblical King David, biblical book of Psalms, zimrah, zamir, mizmor (Hebrew). 4. Pasca berdirinya The First Temple, (Nabi) Sulaiman bin Daud dinobatkan sebagai pelopor transformasi kingship menjadi monarki (kedaulatan seorang raja, atau dalam diktum Louis XIV: L'état c'est moi!, I am the state!). Hal ini berdampak pada munculnya oposisi keagamaan dan sekuler dan pemisahan suku-suku utara sekitar tahun 922 SM. 5. Kitab Taurat peninggalan (Nabi) Musa diakui sebagai hukum tanah oleh Artaxerxes I di tahun 444 SM. Taurat berlaku sebagai hukum imperial bagi masyarakat Yahudi di provinsi Avar-nahra (Beyond the River), distrik Judah. Hal ini mengukuhkan Oral Law sebagai ciri Yudaisme. Artaxerxes I merupakan Raja Persia Kuno selama 40 tahun (465-425 SM).

42 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Di masa kini, gerakan nasionalisme bangsa Yahudi dinyatakan dalam ajaran Zionisme, yang bertujuan mewujudkan dan mendukung negara bangsa Yahudi di Palestina, tanah asal Yahudi (Hebrew: Eretz Yisra'el, the Land of Israel). Dengan (bukit) Zion sebagai Yerusalem kuno dan pusat aktivitas Zionisme. Zionisme sendiri sebenarnya telah dimulai sejak akhir abad ke-19 di timur dan tengah Eropa, yakni oleh Herzl.

u1 ,2 /e

Zionisme mengagung-agungkan sentimen rasialisme Yahudi sebagai bangsa pilihan Tuhan. Fanatisme kebangsaan dan keagamaan Yahudi menghalalkan kekerasan demi tercapainya tujuan mereka. Fasisme Yahudi ditunjukkan dengan meyakini pandangan bahwa ras Yahudi seharusnya tidak hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

,b uk

Ekstremitas Yahudi juga ditunjukkan dengan mengutamakan memberi makan kepada anjing ketimbang memberikan makanan kepada goyim, joyeem, atau umami (bangsa non-Yahudi). Dalam sejarahnya pula, bangsa Yahudi hanya mengakui anak-cucu Sarah sebagai keturunan Ibrahim. Mereka menolak keras anak-cucu Siti Hajar sebagai keturunan Ibrahim.

aly sis

Sebagai bentuk nasionalisme sekuler yang berasal dari filsafat sekuler, dan bukan dari agama, Zionisme memanfaatkan agama untuk tujuannya sendiri. Paham ini dipropagandakan secara besarbesaran dan mendunia di Basle, Swiss, di tahun 1897 oleh Theodor Herzl (1860-1904), seorang wartawan Yahudi asal Austria.

alu e

An

Zionisme menjadi kendaraan politik Herzl dalam merebut Palestina. Kemampuannya dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan orang-orang terkenal di dunia seperti Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman, Ratu Victoria Inggris, dan Sultan Turki di Istambul telah ditaklukkannya

oo nV

Inggris menawarkan Argentina, Uganda, atau Palestina sebagai wilayah untuk ditempati ras Yahudi. Palestina kemudian ditetapkan sebagai wilayah yang harus diduduki dan direbut ras Yahudi melalui berbagai macam cara seperti kemiskinan, teror, pertumpahan darah, dan kematian. Dalil-dalil yang diinterpretasikan adalah penyebutan pembenaran kekejaman, pembunuhan, dan perang dalam sejarah

Sa

nd

oS

as

ak

Beberapa penegasan yang disebutkan dalam Protokol Zionisme meliputi: 1. Bangsa Yahudi merupakan anak-anak Tuhan yang suci dan murni. 2. Bangsa-bangsa non-Yahudi merupakan keturunan setan, dan diciptakan Tuhan sebagai budak untuk mengabdi kepada kaum Yahudi. 3. Kaum Yahudi boleh mencuri dan merampas harta benda bangsa lain. Termasuk didalamnya menipu, berbohong, menganiaya, membunuh, dan memperkosa bangsa lain. 4. Penyebaran faham-faham yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, seperti sekularisme kapitalisme, atheisme komunisme, agnostik sosialisme. 5. Penyebaran pengaruh dan kekuasaan internasional kerajaan Yahudi Internasional di bidang valuta, pinjaman, dan bursa keuangan serta media massa. 6. Penundukkan bangsa-bangsa non-Yahudi melalui penanggulangan bencana kemiskinan. 7. Palestina dianggap sebagai "tanah air kaum Yahudi" dan "tanah yang dijanjikan Tuhan". 8. Palestina, sebelum berdirinya negara Israel, merupakan wilayah tanpa bangsa untuk bangsa yang tidak mempunyai tanah air. Kedua, bangsa Palestina yang menjadi korban dikesankan sebagai bangsa biadab yang jadi penjahat. Ketiga, tanah Palestina hanya bisa makmur setelah kaum Zionis beremigrasi ke sana. Berbagai tujuan politik (atau kepentingan) yang tertera dalam Protokol Zionisme mengarah pada aplikasi prinsip fasisme yang rasialis dan mendiskriminasi. Prinsip yang dipegang teguh tersebut

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 43

pada intinya membenarkan adagium, all is fair in (love and) war. Suatu prinsip yang menghalalkan segala cara ala Machiavell demi melanggengkan kekuasaan (the ends justify the means). Fenomena aksi kekerasan fisik dan bersenjata yang dilakukan oleh bangsa Yahudi terhadap penduduk Palestina ditengarai sebagai aksi balas dendam sejarah penzaliman mereka di masa lalu. Beberapa masa diantaranya meliputi era kekuasaan Firaun, Nebukadnezar dari bangsa Babilonia, Romawi, dan Nazi Jerman.

u1 ,2 /e

Pengaruh Yunani Yunani sebagai agama dalam bentuk yang lebih maju hanya dipraktekkan selama lebih dari 1000 tahun, yakni dari masa Homer (sekitar abad ke-9 atau ke-8 SM) sampai pada kekuasaan Kaisar Julian (abad ke-4 masehi). Selama periode ini, pengaruhnya terbentang dari Spanyol di barat sampai ke Sungai Indus di timur, dan sepanjang Laut Tengah.

aly sis

,b uk

Efeknya yang paling berkesan adalah pada masa Romawi, yang mengidentifikasikan tuhan-tuhan Romawi dengan tuhan-tuhan Yunani. Karakteristik paling utama dari agama Yunani adalah keyakinan (belief) dalam multiplisitas tuhan-tuhan antropomorfik, diiringi dengan dogmatisme yang minim.

An

Di masa Kritenitas, berbagai pahlawan dan tuhan Yunani tetap diakui sebagai orang suci, sem*ntara lawan madonna dari komunitas selatan Eropa merefleksikan kebebasan kultus lokal. Penemuan kembali literatur Yunani semasa Renaissance dan terutama penyempurnaan baru dari seni pahat klasik melahirkan revolusi terhadap selera yang menimbulkan efek luas terhadap seni keagamaan Kristen.

oo nV

alu e

sem*ntara itu, sejarah agama-agama Yunani jarang mengungkap sejarah agama-agama yang murni baru, melainkan sebagai studi agama-agama Timur Tengah yang tidak dipakai lagi dalam tahapan (kekuasaan) Yunani dalam setting penduduk lokal atau diaspora. Studi tersebut biasanya terkonsentrasi pada diaspora karakter Yunani sebagai kultus.

ak

Perbedaan yang ada membuat timbulnya pergeseran karaktek agama. Khususnya dari pergeseran elemen ciri agama lokal dalam mendefinisikan agamanya (misalnya tradisi dan adat lokal, pengetahuan informal yang disebar secara lisan, dan kelahiran) sampai pada formulasi dogma, doktrin, kode hukum, aturan pindah agama dan pengukuhannya. Hal ini merupakan ciri agama diaspora, yakni pergeseran dari hak lahir (birthright) sampai agama yang diyakini (convinced).

nd

oS

as

Masa Yunani sebagai kebudayaan historis adalah sejak kematian Iskandar Yang Agung, penakluk keturunan Yunani-Macedonia, di tahun 323 SM sampai pada penaklukan Mesir oleh Roma di tahun 30 SM. Walau demikian, pengaruh wilayah agama-agama Yunani berlangsung sampai ke masa Constantine, Kaisar Romawi pertama yang Kristen (337 M); khususnya pada wilayah Timur Tengah.

Sa

Kekaisaran Alexander dan penggantinya berhasil menciptakan komunitas dunia yang besar, mulai dari Macedonia, Romawi-Yunani (Greco-Roman), dan bentuk Kristen selanjutnya, yakni kesatuan budaya yang kemudian musnah 1000 tahun kemudian seiring imperialisme Muslim (yang dimulai pada abad ke-7 masehi). Kekaisaran Alexander terbentang luas dari Selat Gibraltar sampai ke Sungai Indus, dari hutan-hutan Jerman dan stepa Rusia sampai ke Gurun Sahara dan Samudera Hindia. Yakni hampir seluruh Eropa, Laut Tengah, Timur Tengah, Afrika, Persia, dan perbatasan India. Bila diukur, wilayahnya bisa seluas 1,5 juta mil persegi (3,9 juta km persegi) dengan penduduk lebih dari 54 juta.

44 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Penaklukan Alexander membuat terjalinnya pertukaran agama Timur dan Barat. Struktur politik yang berlaku sepeninggal Alexander memberikan insentif kuat bagi helenisasi agama-agama lokal. Sejarah keagamaan Yunani periode pertama, yakni sejak kematian Alexander sampai reformasi Augustus (323-27 SM), dicirikan pada beberapa perkembangan berikut: 1. Masuknya kultus Oriental ke Barat, khususnya yang terkait dengan dewi-dewi yang disembah dalam ritus-ritus yang dibesar-besarkan (seperti Phrygyan Cybele yang dibawa ke Roma di tahun 204 SM; Syrian Atargatis; Cappadocian Ma-Bellona) atau dalam mengagungkan pemikiran kedermawanan dan ritus yang tulus bagi reinkarnasi tuhan (seperti Dewi Isis dari Mesir, yang mana kultusnya merebak luas di dunia Romawi-Yunani (Greco-Roman) pada pertengahan abad ke-2 SM). 2. Helenisasi kultus lokal (khususnya pada Sarapis, dewa Mesir yang sudah tidak dipakai lagi; yang dikukuhkan oleh Ptolemy I, pendiri dinasti Ptolemaic Mesir di tahun 305 SM). 3. Pengembangan ideologi kerajaan tuhan (divine kingship) berdasarkan tradisi kerajaan (kingship) Oriental. 4. Kebangkitan gerakan nasionalistis dan Imam Mahdi (messianic) yang ditujukan melawan helenisasi internal dan eksternal. Beberapa contohnya mencakup pemberontakan Maccabean yang dipimpihn Judas Maccabeus dan saudaranya terhadap kelompok Yahudi yang melakukan helenisasi dan berbagai maharaja Syria selama periode 167-142 SM; dan sejumlah pemberontakan penduduk Mesir, khususnya yang dipimpin Harmakhis di Thebais di tahun 207/206 SM.

An

Hindu

oo nV

alu e

Bangsa Arya dalam prasejarahnya bermukim di Iran dan utara India. Sebagai bahasa yang digunakan, Arya disinonimkan dengan bahasa Indo-Eropa sejak abad ke-19, khususnya bahasa Indo-Iran. Sebelum bermigrasi ke India di tahun 1500 SM, bangsa Arya diyakini memiliki hubungan dekat dengan nenek moyang Iran, atas dasar kesamaan antara Sansekerta dengan bahasabahasa Iran kuno yang masih dipakai. Sebagai ras, Arya dipandang sebagai ras yang memajukan kehidupan manusia dan lebih superior secara moral terhadap bangsa Semites, kulit kuning, dan kulit hitam. Secara wilayah, masyarakat Nordik atau Jerman dianggap sebagai Suku Arya paling murni. Hal ini dimanifestasikan oleh Adolf Hitler dan Nazi yang ingin memusnahkan Yahudi, Gipsi, dan masyarakat yang bukan Arya.

oS

as

ak

Berbagai peninggalan tertulis, pengetahuan dan ritual keyakinan keagamaan Weda yang masih dipraktekan dalam ajaran Hindu menempatkan Weda, ajaran Rigveda sebagai cikal-bakal agama Hindu. Periode Weda berlangsung sejak milenium kedua sampai abad ke-7 SM. Sejak abad ke-5 SM, aktivitas ajaran Weda semakin berkurang; sem*ntara di sisi lain, berbagai teks yang memuat karakter Hindu mulai muncul.

Sa

nd

Rigveda (Rgveda) diyakini sebagai sumber literatur paling tua bagi sejarah Hindu. Rigveda berisi serangkaian himne yang disusun pada abad ke-2 atau ke-3 terakhir dari milenium kedua SM. Bukti sejarah Hinduisme berasal dari arkeologi, pembandingan filologi, dan pembandingan wilayah. Rigveda memuat elemen dari 3 strata evolusi, yakni: 1. Elemen awal yang umum bagi suku-suku Indo-Eropa; 2. Elemen selanjutnya yang umum dengan bangsa Iran kuno; 3. Elemen yang diambil dari anak benua India, pasca migrasi besar bangsa Arya. Setiap himne dalam Rigveda terbagi atas 3 seksi, yakni diawali dengan peringatan (exhortation), diiringi dengan bagian utama dengan memuji tuhan (deity), doa, dan memohon dengan sangat (imploration), dengan menyebut-nyebut mitologi ketuhanan, dan diakhiri dengan permintaan

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 45

spesifik. Komposisinya bisa memakan waktu sampai beberapa abad.

u1 ,2 /e

Rigveda berisi 1028 himne yang tersebar dalam 10 buku. Bentuk edisi akhirnya merefleksikan sistem keagamaan yang sudah sangat maju. Tanggalan pada resensi akhir adalah 1000 SM. Selama 2-3 abad berikutnya, Rigveda mendapat suplemen 3 Weda lainnya dan 3 teks Weda. Empat kitab Weda (Samhitas) terdiri dari: 1. Rigveda (Wisdom of the Verses), 2. Yajurveda (Wisdom of the Sacrificial Formulas), 3. Samaveda (Wisdom of the Chants), dan 4. Atharvaveda (Wisdom of the Atharvan Priests). Empat teks Weda terdiri dari Brahmana (berisi ritual), Aranyakas (buku tentang hutan), Upanishads (ajaran rahasia tentang persamaan kosmik), dan Vedangas. Vedangas (Studies Accessory to the Veda) berisi teks yang ringkas, teknis, dan biasanya aphoristik tentang ritual pengorbanan Weda.

aly sis

,b uk

Kitab dan teks Weda hanya boleh diakses oleh 3 kasta tertinggi. sem*ntara naskah suci bagi semua orang, termasuk wanita dan kasta terendah (Sudra) adalah Purana. Purana (ancient lore) bisa diibaratkan layaknya ensiklopedi (narasi) tentang mitos, legenda, genealogi tuhan, pahlawan, dan orang suci. Termasuk didalamnya adat, upacara, pengorbanan, festival, tugas kasta, donasi, konstruksi kuil dan gambar, dan tempat-tempat suci (pilgrimage).

alu e

An

Secara tradisional, materi muatan Purana bisa diklasifikasikan kedalam lima subjek, yakni: 1. Awal terbentuknya semesta (primary creation of the universe), 2. Penciptaan sekunder pasca periode penghampaan (periodical annihilation), 3. Genealogi tuhan dan orang suci (saints), 4. Epos besar, dan 5. Sejarah dinasti kerajaan.

oo nV

Sebanyak 18 prinsip Purana yang masih bertahan pada umumnya mengagungkan (exalt) Wisnu (Vishnu), Syiwa (Shiva), dan Brahma. Tiga klasifikasi Purana menurut keutamaannya: 1. Visnu-, Naradiya-, Bhagavata-, Garuda-, Padma-, dan Varaha-; 2. Matsya-, Kurma-, Linga-, Siva-, Skanda-, dan Agni-; dan 3. Brahmanda-, Brahmavaivarta-, Markandeya-, Bhavisya-, Vamana-, dan Brahma-Puranas.

oS

as

ak

Walau demikian, 3 kelompok urutan Purana yang umum adalah sebagai berikut: 1. Brahma-, Brahmanda-, Brahmavaivarta-, MaIkandeya-, Bhavisya-, dan Vamana-Puranas; 2. Visnu-, Bhagavata-, Naradiya-, Garuda-, Padma-, dan Varaha-Puranas; dan 3. Siva-, Linga-, Skanda-, Agni- (or Vayu-), Matsya-, dan Kurma-Puranas.

Sa

nd

Sampai saat ini, Purana yang paling terkenal adalah Bhagavata-Purana (q.v.), yakni yang membahas tentang kehidupan awal Krishna yang berdampak besar pada keyakinan beragama di India (profound influence on the religious beliefs of India). Selain itu, ada 18 prinsip Purana yang lebih rendah (Upapuranas) dan sejumlah besar sthala-Purana atau mahatmya (pengagungan kuil atau tempat-tempat suci). Selain Purana, ajaran Hindu dalam bentuk tulisan disampaikan dalam bentuk epos. Di awal Masehi, 2 cerita kepahlawanan dalam bahasa Sansekerta mulai berkembang, yakni Ramayana (200 SM 200 M) dan Mahabharata (300 SM - 300 M). Kedua epos sebenarnya merupakan bentuk pemujaan terhadap Dewa Wisnu dan Dewa Syiwa. Wisnu menjelma sebagai Krishna dalam Mahabharata, dan sebagai Rama dalam Ramayana. Dalam Buku VI dari cerita Mahabharata terdapat Bhagavadgita (Nyanyian Tuhan). Secara singkat,

46 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Bhagavadgita merupakan sinopsis pemikiran dan pengalaman religi India sepanjang masa yang diperkirakan ditulis pada abad pertama dan kedua masehi. Kebesarannya terlihat pada deskripsi tujuan (the end) dan alat (the means), yakni dalam bentuk dialog puitis antara Arjuna dan Krishna, terdiri dari 700 ayat dalam 18 bab. Dialog berlangsung sesaat sebelum Perang Besar antara Pandawa dan Kurawa akan dimulai. Budha

u1 ,2 /e

Di India, sejak tahun 550 SM, ajaran Weda dan Brahma mulai mengalami perpecahan. Dua figur utama pembaharu, yakni dari sekte pertapaan, adalah Siddharta Gautama yang kemudian dipanggil Budha dan Vardhamana yang dipanggil Mahavira (Pahlawan Besar), guru besar ajaran Jainisme. sem*ntara perpecahan ajaran Brahma sebenarnya sudah terjadi dalam periode abad ke-7 sampai abad ke-2 SM, yakni sebagai akibat dukungan dari keluarga yang berkuasa dan klas/kasta/masyarakat pedagang.

aly sis

,b uk

Pedagang (Waisya, petani) sebagai masyarakat kasta ke-3 semakin bertambah kaya dan berpengaruh. Banyak diantara mereka kemudian mencari bentuk alternatif bagi aktivitas keagamaan yang bisa memberikan mereka peran lebih signifikan daripada ajaran Brahma (rohaniwan, ilmuwan) dan dari ajaran yang meminta dukungan (finansil) lebih besar.

An

Ajaran Budha mulai berkembang sejak tahun 520 SM di timur laut India, yakni selama periode akhir abad ke-6 sampai abad ke-4 SM. Tiga Permata (Triratna, Three Jewels) bagi pengajaran suatu agama adalah gurunya (Budha), pengajaran (teaching), dan umat (sangha, komunitas). Di Eropa, AS, dan India, Budha diyakini hidup antara tahun 563-483 SM. sem*ntara bagi masyarakat Jepang, Budha hidup antara tahun 448-368 SM.

oo nV

alu e

Di timur laut India, pesatnya perkembangan Budha dan berbagai ajaran (sekte) heterodoks lainnya ditengarai akibat minimnya pengaruh bangsa Arya dan banyaknya perpecahan suku menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Di sisi lain, sebagai alternatif bagi Hindu, ajaran Budha disampaikan secara lisan melalui frase 'evam me sutam' (thus have I heard). Tidak ada patokan tempat, waktu, dan umat, kecuali konkordansi.

as

ak

Akibatnya, bukan tidak mungkin ada aliran tersendiri yang sifatnya esoterik seperti Vajrayana yang bertujuan mendapatkan pembebasan lebih cepat. Sekte atau gerakan ini dipengaruhi oleh rembesan arus gnostic (sekte dalam ajaran Kristen awal yang memiliki kekuatan gaib/spiritual) dan magic. Dalam sejarahnya, gnostic merupakan dualisme agama Iran, yakni idealisme alegorik dari filsuf Plato moderat (Middle Platonic) dan ajaran kiamat (apocalypticism) dari mistik Yahudi.

nd

oS

Ajaran Budha juga bisa lebih dipahami bila merujuk pada sejarah dan jalan hidup yang dipilih Gautama. Sebagai anak Raja Sakya yang hidup mewah dan nyaman, Gautama termasuk kasta Ksatria. Kshatriya merupakan kasta ke-2 yang terdiri dari prajurit dan penguasa. Sudra yang merupakan kasta ke-4 terdiri dari pekerja seni (artisan), buruh, pelayan, dan budak.

Sa

Kelompok masyarakat yang memiliki pekerjaan bersifat merusak atau mencemari kasta disebut untouchables, Harijan, atau Anak-anak Tuhan, yakni: 1. Terkait sapi seperti pekerja kulit, pembuat sepatu. 2. Terkait pembunuhan seperti jagal. 3. Terkait kematian dan pembusukan seperti pegawai kuburan dan burung pemakan bangkai. 4. Terkait emisi manusia seperti tukang pangkas, tukang cuci, bidan, dan penjaga toilet. Tigabelas tahun setelah menikah, di usia 29, Gautama tersadarkan (Awakened One, Enlightened One) oleh kenyataan hidup tua, sakit, dan mati. Penderitaan bersifat laten (implisit). Kemudian dia

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 47

mengambil sikap dengan keluar dari kehidupan mewah (the great renunciation) dan menjadi pertapa yang mengembara ke selatan ke Kerajaan Magadha dalam rangka mencari guru dan kebenaran. Di hutan kecil Uruvela, dengan ditemani 5 pertapa, Gautama berpuasa dan mematikan diri (severe austerities and self-mortifications) selama hampir 6 tahun. Di usia ke-35, Gautama menjelma menjadi budha, meninggalkan pertapaan, dan mulai mengajarkan realitas kodrat dan cara/alat mengatasi kondisi manusia.

,b uk

u1 ,2 /e

Ajaran atau pesan yang ingin disampaikan Budha bisa dikelompokkan menjadi 6 bagian, yakni: 1. Penderitaan (suffering), tidak ada yang abadi (impermanence), dan kehampaan (no self). 2. Karma. 3. Empat kebenaran mulia (Noble Truths). 4. Hukum ketergantungan asal (law of dependent origination, paticca-samuppada). 5. Delapan Jalur (Eightfold Path). 6. Nirwana.

aly sis

Empat kebenaran Budha adalah kebenaran kesengsaraan (misery); kesengsaraan berasal dari dalam diri kita yang mendambakan (mengharapkan, craving) kesenangan dan menjadi makhluk atau tidak (being or non-being); harapan tersebut bisa dihilangkan; dan penghilangan (harapan) tersebut merupakan hasil dari cara metodis atau jalur yang harus diikuti.

alu e

An

Hukum ketergantungan asal (kausalitas) menyatakan bahwa satu kondisi timbul dari kondisi yang lain atau kondisi sebelumnya. Rantai sebab dijalin oleh 12 hubungan, yakni ketidakpedulian (avija), kecenderungan karma (sankhara), kesadaran (viññana), bentuk dan badan (nama-rupa), panca indera dan pikiran (salayatana), kontak (phassa), rasa-respon (vedana), harapan (craving, tanha), menggapai objek (upadana), aksi terhadap kehidupan (bhava), kelahiran (jati), dan uzur dan mati (jaramarana).

oo nV

Pemurnian siklus reinkarnasi, penderitaan, dan kematian dipengaruhi oleh 8 Jalur, yakni pandangan yang benar (right views), aspirasi yang benar, ucapan yang benar, prilaku (conduct) yang benar, hidup (livelihood) yang benar, usaha (effort) yang benar, pemikiran (mindfulness) yang benar, dan hasil (attainment) meditasi yang benar. Istilah benar (right) dipakai sebagai pembeda ajaran (precepts) Budha dan pengajaran (teachings) lainnya.

oS

as

ak

Ajaran Budha berkembang menurut alat penyelamatan (means of salvation), yakni yang tersedia bagi sejumlah kecil orang (Hinayana atau lebih dikenal dengan istilah Theravada oleh pemeluk ajaran/tradisi awal) dan tersedia bagi jumlah orang yang lebih besar (Mahayana). Walau bagaimana pun, kesamaan fundamental terdapat pada etika dan struktur dasar.

Sa

nd

Prinsip-prinsip dasar ajaran Budha yang diinterpretasi ulang, dipikirkan kembali, dan diformulasi ulang melahirkan literatur dalam jumlah besar. Salah satu literatur penting adalah Pali Tipitaka (Tiga Keranjang, 3 koleksi pengajaran Budha) dan berbagai komentarnya. Hal ini kemudian dilestarikan oleh pemeluk tradisi Theravada. Pali Tipitaka dilestarikan bersama berbagai sutra dan tantra yang diakui pengikut Mahayana dan tradisi Budha Tantra seperti Buddhavacana (kata Budha, the word of the Buddha) beserta komentarnya. Sutra atau Pali sutta (thread dalam bahasa Sansekerta) merupakan doktrin dengan penjelasannya, bentuk dasar dari tulisan (scriptures) tradisi Theravada (Way of Elders) dan Mahayana (Greater Vehicle).

48 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Kristenitas Gereja pertama kali dilegalisir dan dipromosikan sebagai gereja negara di Kekaisaran Romawi pada masa Kaisar Constantine dan Theodosius I di abad ke-4. Pada masa Justinian I, Gereja mulai dikelola dalam dua bagian dibawah 'metropolitan sees' dalam sistem Pentarchy, yakni 1 sistem di Barat (Roma) dan 4 sistem di Timur (Constantinople, Jerusalem, Antioch, Alexandria).

u1 ,2 /e

Pada masa-masa Kristenitas disponsori oleh negara, penganut pagan dan Kristen abangan (heretical) secara rutin dihambat oleh Kekaisaran, dan oleh banyak kerajaan dan negara-negara yang menduduki tempat Kekaisaran. Walau demikian, beberapa suku Jerman tetap berpegang teguh pada ajaran Arianisme sampai Abad Pertengahan.

,b uk

Kekaisaran Romawi resmi mengadopsi Kristenitas Trinitas sebagai gereja negara pada tanggal 27 Februari 380. Sebelumnya, Constantius II (337-361) dan Valens (364-378) secara pribadi memilih Kritenitas Semi-Aria. Sepeninggal Valens, Theodosius I memilih doktrin Trinitas, yakni berdasarkan uraian Nicene Creed dari Konsul I dari Nicea.

aly sis

Hanya penganut Kristen Trinitas yang berhak mendapat status sebagai pemeluk Kristen Katolik, sem*ntara yang lainnya dianggap kristen abangan (heretics) yang ilegal hukumnya. Di tahun 385, capital punisment dalam bentuk hukuman mati diberikan kepada Priscillian dan beberapa pengikutnya oleh pengadilan sipil (civil tribunal) karena kejahatan sihir.

alu e

An

Gereja Romawi relatif tetap sebagai institusi tunggal, walau Kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua. Pada masa itu, Gereja Romawi dan Gereja Oriental Orthodoxy sudah merupakan dua institusi yang berbeda. Gereja Romawi tetap menjadi institusi pusat dan yang menentukan bagi Kekaisaran Romawi, khususnya di wilayah Timur atau Kekaisaran Bizantium, dengan Constantinople sebagai pusat dunia Kristen. Pun hal ini terjadi karena signifikannya pengaruh dan kekuatan ekonomi dan politik Romawi Timur.

oo nV

Gereja Romawi tetap menjadi patokan bagi peradaban Barat Eropa abad pertengahan dan jalur pengaruh penting di Barat bagi kaisar-kaisar Romawi Timur. Di Barat, Gereja orthodox bersaing dengan Kristen Aria dan kepercayaan pagan dari penguasa Jerman. Gereja orthodox menyebar sampai ke Irlandia, Jerman, Skandinavia, dan barat Slavia.

oS

as

ak

Di Timur, kristenitas menyebar ke Slavia (sekarang Rusia), selatan-tengah dan timur Eropa. Kekuasaan Charlemagne di Barat Eropa tercatat mampu membawa suku Aria Barat yang mayoritas kedalam komuni Roma, sebagian melalui penaklukan dan pemaksaan pindah agama. Wilayah utara dan barat Eropa tidak menarik perhatian imperialisme Islam sejak abad ke-7, kecuali Spanyol dan Constatinople.

Sa

nd

Perpecahan Keuskupan Roma (patriarkad Gereja Katolik) dengan patriarkad timur di Kekaisaran Bizantium terjadi karena Roma yang sangat membutuhkan dukungan politik dan ideologi dari Charlemagne, Raja Perancis (Frankish). Di tahun 1054, kekuasaan Gereja terbelah menjadi Barat yang Katolik dan Timur yang Orthodox Timur (Great Schism). Di tahun 1448, tidak lama setelah Kekaisaran Bizantium jatuh, Gereja Rusia melepaskan diri dari Patriarkad Constantinople. Kejatuhan Constantinople di tahun 1453 berdampak pada kaburnya ilmuwan Timur membawa berbagai naskah kuno ke Barat. Kejadian ini ditengarai sebagai awal dimulanya periode Renaissance Barat. Roma ditetapkan Gereja Barat sebagai jantung Kristenitas. Berbagai perubahan yang dibawa Renaissance berdampak pada Reformasi Protestan, yang memisahkan diri dengan Gereja Katolik.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 49

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Di Inggris, perselisihan non-teologis berdampak pada pemisahan Reformasi Gereja Inggris dengan Gereja Roma. Zaman Penjelajahan dan Imperialisme membuat Kristenitas sebagai agama terbesar di dunia.

Figure 2 – Peta Kritenitas Barat dan Timur Bagan – Peta Kritenitas Barat dan Timur http://www.waupun.k12.wi.us/Policy/other/dickhut/religions/Images/BranchMap.jpg

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

50 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Figure 3 – Percabangan Kritenitas Barat dan Timur dan Pembandingan 6 Sistem Gereja Utama (Konstantinopel, Roma, Inggris, Presbyterian, Lutheran, Methodist) Bagan – Percabangan Kritenitas Barat dan Timur dan Pembandingan 6 Sistem Gereja Utama (Konstantinopel, Roma, Inggris, Presbyterian, Lutheran, Methodist) Sumber: Sando Sasako’s enhanced version of http://www.waupun.k12.wi.us/Policy/other/dickhut/religions/Images/BranchChart.jpg

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 51

Roman Catholic Catholicism Agrees with Orthodoxy as to the validity of these books.

There is one source of divine revelation: Tradition. Scripture forms the oral part, and the writings of saints, decisions of ecumenical councils etc. are also part of it.

Scripture alone is the only infallible guide and the final authority on matters of Christian faith and practice (One of the foundational principles of Protestantism).

as

ak

oo nV

Scripture Importance of

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Tabel – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks Orthodox Protestant Topic Eastern Orthodox Lutheran (1520s) Anglicanism Presbyterian Methodism (1534) (1560) (1730) Bible Accept the 39 Old Protestants reject the deuterocanonicals as not being inspired scripture and Composition Testament and 27 New term them Apocrypha (Greek: 'Hidden Things'). of Testament books, but also a collection of books not found in the original Hebrew Bible. These are known as Deuterocanonicals i.e. a second canon of scripture. sacred text Bible (Old Testament, Bible (Old Bible (Old Bible (Old Bible (Old New Testament, and Testament and Testament and Testament and Testament and Apocrypha) New Testament). New Testament New New Testament) Apocrypha can only). Testament) be "useful" Apocrypha used reading and can only for help to increase edification (Art. one's faith. 7). Tradition (ELCA) and reason assist interpretation. (ECUSA) Sacraments There are at least seven Generally, only two sacraments (also known as Ordinances) are recognised: Sacraments (known as Baptism and the Eucharist (often called 'Holy Communion' or the 'Lord's 'Mysteries' in Supper'). Orthodoxy): Baptism, Chrismation, Eucharist, Holy Orders, Holy Unction, Marriage (Holy Matrimony) and Penance (Confession). The list is not fixed. Sacraments The Mysteries convey There is a diverse range of opinions, but many Protestants regard the Effect of grace to those who Sacraments as symbols or reminders of Grace already given. participate in them worthily.

"God's inspiration is confined to the original languages and utterances, not the many translations." (GOAA) "While the Bible is treasured as a valuable written record of God's revelation, it does not contain wholly that revelation." (GOAA)

Inspired and inerrant. (LCMS). Inspired but not inerrant. (ELCA)

The OT and NT contain all things necessary for salvation. (CofE)

"The Scriptures, both the

none (Scripture

"The Scriptures

Sa

nd

oS

doctrine of scripture

authority after

The Bible is inspired. "For some, that means the Bible is inerrant. For others, it means that even though the Bible is culturally conditioned and not necessarily factual or even always true, it breathes with the life of God." (PCUSA) "Our standards

Inspired and inerrant in original manuscripts, "and have been transmitted to the present without corruption of any essential doctrine." (WC)

None. "The Holy

Bible (Old Testament, Apocrypha, and New Testament)

The number of Sacraments is fixed at seven and is the same list as that in Orthodoxy, with the exception of Chrismation, which is generally known as 'Confirmation'. Agrees with the Orthodox position. The Sacraments are signs that effect that which they signify. Alongside Sacred Scripture, Sacred Tradition (i.e. teachings handed down from Christ and the apostles to the present) are to be considered sources of divine revelation. Tradition and scripture are interpreted by the magisterium or teaching authority of the church. "The books of Scripture firmly, faithfully, and without error teach that truth which God, for the sake of our salvation, wished to see confided to the Sacred Scriptures." (Catechism, 2nd ed.)

Church fathers, papal

52 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

The Nicene Creed is "the authoritative expression of the fundamental beliefs of the Orthodox Church." (GOAA)

Saints

A special group of holy people, who are venerated. They may act as intercessors between God and Man and may be invoked in prayer.

Pope Authority of

As the Bishop of Rome, he has a primacy of honour when Orthodox, not of jurisdiction. At present, his primacy is not effective as the papacy needs to be reformed in accordance with Orthodoxy. His authority is thus no greater or lesser than any of his fellow Bishops in the church. Papal Infallibility is rejected. The Holy Spirit acts to guide the church into truth through (for example) ecumenical councils. This Orthodoxy recognises the first seven ecumenical councils (325-787) as being infallible.

The Pope is the leader of the Catholic church, having no authority to speak for the church as a whole.

Clergy Qualification for

Priests and Bishops must be male, but deaconesses are permitted, though the order is dormant. Priests and deacons may marry before ordination but not after. Bishops, on the other hand, must be celibate.

The majority of Protestants do not require celibacy as a condition of election to the clergy. Many churches practice female ordination, including those within the Anglican communion, where the issue of female episcopacy is currently being discussed.

Holy Spirit

The third person of the Trinity, proceeding from the Father alone as in the

The Holy Spirit proceeds from both the Father and the Son. The Nicene creed includes the filioque (Latin: 'and the son').

Apostles' Creed, Nicene Creed, Athanasian Creed, Augsburg Confession, Formula of Concord (ELCA) (LCMS)

"We understand Apostles' Nicene and the Apostles' Creed, Nicene Apostles' Creeds creed as the Creed, (UMC) baptismal Westminster symbol, and the Confession Nicene creed as the sufficient statement of the Christian faith." (CofE; Art. 7) All Christians are saints, called to imitate Christ. Only Christ may mediate between God and Man.

aly sis

An

alu e

oo nV

ak

as

Protestants also reject Papal infallibility. The only source of infallible teaching is that found in the Bible.

oS nd

Sa

decrees, bishops; Seven Ecumenial Councils; Trent, Vatican, and other Catholic councils

As in Orthodoxy, this is of vital importance to the church. There is also some degree of mutual recognition of the validity of Orthodox ordinations. Many, but special focus on Apostles' Creed and Nicene Creed.

,b uk

creeds

Pope Infallibility of

Roman Catholic Catholicism

u1 ,2 /e

Tabel – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks Orthodox Protestant Topic Eastern Orthodox Lutheran (1520s) Anglicanism Presbyterian Methodism (1534) (1560) (1730) Scripture Old and New alone) and the Gospels, of belief are to Scripture Testaments, along with the Apostolic be found in the contains all Sacred Apostolic Church and the Bible and in things necessary Tradition." Seven early Church the Church's to salvation. " Ecumenical Councils. Fathers, are the historic (UMC) (GOAA) foundation of Confession of Anglican faith Faith." (CofS) and worship." Apostolic This is an important part With the exception of the Anglicans and some Lutherans, this idea is Succession of Orthodox belief and rejected. Rather it is important to emphasise continuity of teaching with that ensures continuity with of the apostles, rather than a direct line of succession. the church that Christ founded.

The position is very similar to Orthodoxy. For sainthood, it is also required that at least two verifiable miracles have occured as a result of the intercession of that person. The Pope is the 'Vicar of Christ' i.e. the visible head of the church on earth and spiritual successor of St. Peter. He has supreme authority (including that over church councils) within Christendom (The Power of the keys). The Pope is infallible when, through the Holy Spirit, he defines a doctrine on faith and morals that is to be held by the whole church. This is a dogma and is therefore a required belief within Catholicism. All clergy are required to be male. Priests and Bishops must also be celibate, with the exception of Eastern Rite Catholics and Anglican married clergy who subsequently convert to Catholicism. These groups are allowed to have married priests. Agrees with the Protestant view. Ambrose of Milan

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 53 Tabel – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks Orthodox Protestant Topic Eastern Orthodox Lutheran (1520s) Anglicanism Presbyterian Methodism (1534) (1560) (1730) original Nicene Creed. The Father sends the Spirit at the intercession of the Son. The Son is therefore an agent only in the procession of the Spirit. "The Holy Spirit - as person might be said to be one of God's 'three faces'.. In carrying on Jesus' earthly ministry, the Spirit's ongoing work is to reveal truth, give life and strengthen faith." (ELCA)

"This is the aspect of God that is at work in the world, that inspires us, that speaks to us and strengthens us to do the often difficult work that our faith demands of us." (ECUSA)

"We trust in God the Holy Spirit, everywhere the giver and renewer of life." (PCUSA)

Trinity

"The fundamental truth of the Orthodox Church is the faith revealed in the True God: the Holy Trinity of the Father, the Son, and the Holy Ghost." (GOAA)

"We teach that the one true God. is the Father and the Son and the Holy Ghost, three distinct persons, but of one and the same divine essence, equal in power, equal in eternity, equal in majesty, because each person possesses the one divine essence." (LCMS)

"There is only one God, the Creator of the universe, who has three 'persons' or aspects, inseparable yet unique parts of the whole." (ECUSA)

"We trust in the one triune God." (PCUSA)

nature of Jesus

"Christ was born with two perfect natures, the divine and human, as God-man." (GOAA)

"True God, begotten of the Father from eternity, and also true man, born of the Virgin Mary, [and] Lord." (Sm. Catech.)

"Jesus is the complete revelation of God to us, and as such, Jesus, although fully human with us, is also fully God—fully divine." (ECUSA)

Christ is "fully human, fully God." (PCUSA)

"ELCA Lutherans believe that what history does is to demonstrate the disciples' faith in the resurrection. Their witness and testimony to Jesus' post-death

"We believe that as a fully human person, Jesus died on the cross at Jerusalem, just as all humans die, yet death could not keep him, and so he

Christ "died, was buried, and was resurrected by God. For Christians, this resurrection is God's most amazing miracle and proof that Jesus

aly sis

An

alu e

oo nV

ak

as oS nd Sa resurrection of Jesus

"The Resurrection of Christ is considered by the Church to be the supreme declaration of faith." (GOAA)

"The Holy Ghost, proceeding from the Father and the Son, is of one substance, majesty, and glory with the Father and the Son, very and eternal God." (UMC Art. 4). "We believe in the Holy Spirit who proceeds from the Father and the Son, and is... truly and eternally God." (WC) "With Christians of other communions we confess belief in the triune God— Father, Son, and Holy Spirit." (UMC). "We believe in the one living and true God... Within this unity there are three persons of one essential nature, power and eternity--the Father, the Son and the Holy Spirit." (WC) "The Son, who is the ... very and eternal God, of one substance with the Father, took man's nature... so that two whole and perfect natures... were joined together in one person, never to be divided; whereof is one Christ, very God and very Man." (UMC, Art. 2) "Christ did truly rise again from the dead, and took again his body, with all things appertaining to the perfection of man's nature, wherewith he

u1 ,2 /e

"The Holy Spirit is the Third Person of the Holy Trinity, Who proceeds from the Father only." (GOAA)

(340-397) wrote: 'When the Holy Spirit proceeds from the Father and the Son, He is not separated from the Father, He is not separated from the Son'. The Holy Spirit proceeds from the Father and from the Son (Catechism, 264)

,b uk

Holy Spirit

Roman Catholic Catholicism

"The mystery of the Most Holy Trinity is the central mystery of the Christian faith and of Christian life." (Catechism, 261)

"The Son is consubstantial with the Father, which means that, in the Father and with the Father the Son is one and the same God." (Catechism, 262)

"The mystery of Christ's resurrection is a real event, with manifestations that were historically verified." (Catechism, 639)

54 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan Roman Catholic Catholicism

u1 ,2 /e

Tabel – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks Orthodox Protestant Topic Eastern Orthodox Lutheran (1520s) Anglicanism Presbyterian Methodism (1534) (1560) (1730) appearances was raised from was indeed ascended into make it the dead to life divine." heaven." (UMC, abundantly clear again." (PCUSA) Art. 3) that the (ECUSA) resurrection was a primary object of the apostolic proclamation from Christianity's very beginning." (ELCA) Mary The Assumption is Both are denied. The claim that Mary was sinless is rejected - only Christ Assumption accepted and it is agreed was sinless. and that Mary experienced Immaculate physical death, but the conception of Immaculate conception is rejected. Orthodox belief is that the guilt of original sin is not transmitted from one generation to the next, thus obviating the need for Mary to be sinless.

Mary

Mary is Theotokos ("God-Bearer"). Honored highly, but no immaculate conception or bodily assumption into the heavens. (GOAA)

Worship and Liturgy

The 'Divine Liturgy' is the centre of Orthodox spirituality. Worship is usually in the vernacular, though Greek is also used.

Mary was a holy woman who was chosen to bear the Son of God. Her perpetual virginity and intercession are denied.

An

Mary is venerated as Theotokos (Greek: 'Godbearer'). By this is meant that the son she bore was God in human form. She is first amongst the saints and 'ever-virgin'.

Mary should Mary was the not be regarded mother of Jesus as a mediator and one of his between man disciples. and God, but (UMC) she should be Immaculate honored as conception "God-bearer" denied. (UMC) and a model for Christians. (PCUSA) There are a wide variety of worship styles. Examples include the spontaneity of the Pentecostal churches, and the more traditional worship of the Anglican churches in the Catholic tradition.

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

Mary Position of

aly sis

,b uk

Both are dogmas of the church. The church has not as yet decided whether Mary actually experienced Physical death. The dogma of the Immaculate Conception states that Mary, was at conception 'preserved immaculate from all stain of original sin' and should not be confused with the virgin birth. The view is similar to the Orthodox church - the title 'Mother of God' being used more commonly than Theotokos. This title forms one of the 'Marian Dogmas' of the Church. The others are Mary's perpetual virginity, assumption and immaculate conception. Mary had no original sin, remained free of sin throughout her life, is "Mother of God" and the new Eve. (Catechism, 508-10) Bodily assumption into heaven instead of death. (Catechism, 966) Worship is centred around the Mass. Following the Vatican II council (1962-5), greater emphasis was placed on worship in the vernacular, though the traditional Latin ('Tridentine') Mass is also used. Salvation is by grace, specifically sanctifying grace, which is given initially through Baptismal regeneration and then maintained through the Sacraments, which are 'channels of grace'.

Salvation

Salvation is "faith working through love" and should be seen as a life long process. The Ultimate aim of every Orthodox Christian is to obtain Theosis or union with God. This is done through living a holy life and seeking to draw closer to God.

Salvation is the free and unmerited gift of God to man. It is obtained by grace through faith in Christ alone. Through Christ's atoning sacrifice, we are rendered acceptable to God and judged righteous (justified) in his sight.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 55 Roman Catholic Catholicism The position is similar to the Orthodox. The Eucharist is also known as the 'Holy sacrifice of the Mass'.

As in Orthodoxy, the Priest invokes the Holy Spirit during the Mass. However, the consecration becomes effective through the Priest, who acts in the person of Christ. The gifts change completely into Christ's body and blood and this change is termed 'Transubstantiation' i.e. the outward appearance remains the same, but the substance changes. As with Orthodoxy, only members of the church may receive. In some Catholic Churches, the bread alone is given to the congregation, the Priest receiving the wine. However, it is becoming common for churches to have communion in both kinds. A place of cleansing and preparation for heaven. Also a place where the punishment due to unremitted venial sins may be expiated. affirmed; "All who die in God's grace and friendship, but still imperfectly purified. after death they undergo purification, so as to achieve the holiness necessary to enter the joy of heaven." (Catech 1030) Heaven is "blessed communion with God and all who are in Christ" (Catech 1027) and "the ultimate end and fulfillment of the deepest human longings, the state of supreme, definitive happiness." (Catech 1024)

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Tabel – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks Orthodox Protestant Topic Eastern Orthodox Lutheran (1520s) Anglicanism Presbyterian Methodism (1534) (1560) (1730) Eucharist Commonly termed the The Eucharist, like Baptism is only a symbol of grace. The sacrificial nature Significance of 'Mystic Supper' or of the Eucharist is also rejected. 'Divine Liturgy' - This makes present Christ's sacrifice and therefore forgiveness of sins is obtained through it. It is also an encounter with the Risen Christ. Eucharist During the Eucharist, the The bread and wine, being symbols, do not change substance. There are Presence of Priest calls down the however, a wide variety of views held within Protestantism on this subject Christ in Holy Spirit (in Greek: (e.g. some Anglicans accept the Catholic view, whereas Baptists deny it). epiklesis) upon the gifts (the bread and the wine). They then change into the actual body and blood of Christ. The precise way in which this happens is a divine mystery.

The consecrated elements can only be received by members. Orthodox policy is to have communion in both kinds (i.e. both the bread and wine are given to those present).

The elements are usually offered to all Christians who feel able to partake of them. The vast majority of Protestant churches have communion in both kinds.

Purgatory

An intermediate state between earth and heaven is recognised, but cleansing and purification occur in this life, not the next.

Purgatory is rejected - Christ's death on the cross is sufficient to remove the penalty for all our sins.

purgatory

denied

denied

denied

No.

Purgatory is "vainly invented and grounded upon no warrant of Scripture, but repugnant to the Word of God." (UMC)

"In their spiritual bodies the saints will live forever in rapt adoration of God." (PCUSA)

"Heaven with its eternal glory and the blessedness of Christ's presence is the final abode of those who choose the salvation which God provides through Jesus Christ." (WC) "Hell with its everlasting misery and separation from

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

Eucharist Distribution of

Sa

heaven

hell

affirmed

affirmed

affirmed

Affirmed by some. Affirmed by some. "In a

affirmed; "The chief punishment of hell is eternal separation from God." (Catech

56 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan Roman Catholic Catholicism 1030)

u1 ,2 /e

Tabel – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks Orthodox Protestant Topic Eastern Orthodox Lutheran (1520s) Anglicanism Presbyterian Methodism (1534) (1560) (1730) 1996 God is the final Presbyterian abode of those Panel survey who neglect only 51 percent [God's] great of members salvation." (WC) and 46 percent of pastors said they believed in hell." (PCUSA) angels "Most ELCA "Angelology Lutherans will has not agree that belief traditionally in angels is a been non-issue. We emphasized in simply accept the Reformed that they are in churches...." the Bible and Calvin may well be part affirmed their of the realities of existence as heaven that we "celestial will not fully spirits," but understand in doubted idea of this life." personal (ELCA) guardian angels. (PCUSA) demons Some ELCA Lutherans understand Satan to be a very real being, others view Satan metaphorically. (ELCA) human nature Humanity was created in "The first man "We are part of "No one of us "Man is very far the image and likeness of was not brutelike God's creation, is good enough gone from God. "'Image' is... nor merely made in the on our own-original intellect, emotion, ethical capable of image of God... we are all righteousness, judgment, and selfintellectual [which] means dependent and of his own determination. ... The development, but that we are free upon God's nature inclined 'likeness' is the human ... God created to make goodness and to evil, and that potential to become like man in His own choices: to love, mercy... from continually." God." (GOAA) image." (LCMS) to create, to the kindest, (UMC). reason, and to most devoted "Humans are live in harmony churchgoer to very far gone with creation the most from original and with God." blatant sinner." righteousness, (BCP 845) (PCUSA) and by nature are continually inclined to evil." (WC) Material and spiritual realities are "closely bound together. The icon is an example of this belief.... Human life and human fulfillment are inextricably bound to both the physical and the spiritual dimensions of human existence." (GOAA)

Soul is not an independent entity but the "life principle" of the self, which is a psychophysical organism. (ELCA)

Marriage is a mystical union between a man and a woman. Divorce is generally only allowed in cases of adultery, though there are exceptions.

Marriage is a contract, but is not unbreakable. Divorce is discouraged, but permitted as evidence of human weakness. Some denominations permit remarriage in church.

Sa

nd

oS

body and soul

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

"The existence of the spiritual, noncorporeal beings that Sacred Scripture usually calls "angels" is a truth of faith. The witness of Scripture is as clear as the unanimity of Tradition... They are personal and immortal creatures, surpassing in perfection all visible creatures." (Catechism 328-330)

Marriage and Divorce

Demons are fallen angels who can never repent. Satan is a pure spirit, powerful and evil, but limited by God's providence. (Catechism 391-95) "Being in the image of God the human individual possesses the dignity of a person, who is ... capable of selfknowledge, of selfpossession and of freely giving himself and entering into communion with other persons. And he is called by grace to a covenant with his Creator, to offer him a response of faith and love that no other creature can give." (Catech 357) "The unity of soul and body is so profound that one has to consider the soul to be the "form" of the body...; spirit and matter, in man, are not two natures united, but rather their union forms a single nature." (Catech 365) Marriage is seen as an unbreakable contract & a type of Christ and the church. Remarriage after divorce is not permitted unless there is some canonical

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 57

"Man is truly free only when he is in communion with God; otherwise he is only a slave to his body or to the world." (Encyc. Britannica) At the Fall, "man's will became blurred, but did not disappear." (GOAA)

predestination

Seeks a middle ground between Pelagianism and Augustinian predestination. (GOAA)

alu e

ak

oo nV

Predestination to heaven only. "There is no... predestination to damnation." (LCMS)

as oS

Sa

nd

atonement

"Christ enlightens the minds of the people, purifies their hearts and frees their wills from the bondage of the devil. Christ became flesh to make reconciliation for the sins of the people." (GOAA)

Free only to do evil. Presbyterians believe "it is through the action of God working in us that we become aware of our sinfulness and our need for God's mercy and forgiveness." (PCUSA). "We are able to choose God because God first chose us." (PCUSA) "We are able to choose God because God first chose us." (PCUSA) Some modern Presbyterians are "very concerned about the few statements in the confessions" suggesting predestination to hell. (PCUSA "Through Jesus' death and resurrection God triumphed over sin." (PCUSA)

"The purpose of this miraculous incarnation of the Son of God was that He might become the Mediator between God and men, both fulfilling the divine Law and suffering and dying in the place of mankind. In this manner God reconciled the whole sinful world unto

"Predestination to Life is the everlasting purpose of God... to deliver from curse and damnation those whom he hath chosen in Christ out of mankind, and to bring them by Christ to everlasting salvation, as vessels made to honour." (Art. 17)

impediment to the marriage. In this situation, an annulment may be granted. Corruption and tendency to sin. "Luther and Calvin taught as their fundamental error that no free will properly so called remained in man after the fall of our first parents... and that man in all his actions sins." (CE)

"We have no power to do good works, pleasant and acceptable to God, without the grace of God by Christ preventing us." (UMC)

Free to do good or evil. "God has endowed us with reason and free-will, and a sense of responsibility." (CE)

Affirmed, but related to God's foreknowledge only - God chose those he knew would freely believe.

Predestination to heaven only; related to God's foreknowledge only. "God predestines no one to go to hell." (Catech 1037)

Christ " truly suffered, was crucified, dead, and buried, to reconcile his Father to us, and to be a sacrifice, not only for original guilt, but also for actual sins of men. " (UMC). "Christ's offering of himself... through His sufferings and meritorious death on the cross, provides

Death of Christ created merit that is shared with sinners through sacraments. "By his death and Resurrection, Jesus Christ has "opened" heaven to us." (Catech 1026)

,b uk

free will

Adam's offspring "have lost the original knowledge, righteousness, and holiness, and thus all men are sinners already by birth, dead in sins, inclined to all evil, and subject to the wrath of God." (LCMS) Free only to do evil.

aly sis

"In fallen humanity [the image of God] remains part of human nature, albeit darkened, wounded, and weakened." (GOAA). An unnatural condition of human life that ends in death. (EB)

An

results of the Fall

Roman Catholic Catholicism

u1 ,2 /e

Tabel – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks Orthodox Protestant Topic Eastern Orthodox Lutheran (1520s) Anglicanism Presbyterian Methodism (1534) (1560) (1730)

58 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan Roman Catholic Catholicism

"The sole Church of Christ which in the Creed we profess to be one, holy, catholic, and apostolic, subsists in the Catholic Church... Nevertheless, many elements of sanctification and of truth are found outside its visible confines." (Catech 870) Those "who believe in Christ and have been properly baptized are put in a certain, although imperfect, communion with the Catholic Church." (Catech 838)

"Many elements of sanctification and of truth are found outside [the Catholic Church's] visible confines." (Catech 870)

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

Tabel – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks Orthodox Protestant Topic Eastern Orthodox Lutheran (1520s) Anglicanism Presbyterian Methodism (1534) (1560) (1730) Himself." the perfect (LCMS) redemption and atonement for the sins of the whole world." (WC) other "The Orthodox Church "The invisible "The Church of "The branches of denominations continuously and without communion of Scotland... Christ's church interruption is the true all believers" recognises the have developed keeper of the truths of includes visible obligation to diverse the Undivided Church, church seek and traditions that without omissions or communions promote union enlarge our store additions." (GOAA). where, "along with other of shared "Orthodox do not... with error, so Churches in understandings. actively seek to cause the much of the which it finds Our avowed disaffection of others Word of God the Word to be ecumenical from their non-Orthodox still remains that purely commitment as Christian faiths." men may be preached, the United (GOAA) (GOAA) brought to the sacraments Methodists is to knowledge of administered gather our own their sins and to according to doctrinal faith in the Christ's emphases into forgiveness of ordinance, and the larger sins, which discipline Christian unity, Christ has gained rightly there to be made for all men." exercised." more meaningful (LCMS) Warn (CofS) in a richer against whole." (UMC) Unitarianism. (LCMS, 1932) other religions "The majority of "Faith in Christ Orthodox scholars would is the only way accept inclusivism.... for men to obtain This view holds firmly to personal the centrality of Christ... reconciliation yet acknowledges that with God." salvation can be found (LCMS). "There outside Christianity." is a large hope (GOAA) for salvation, for all people whenever or wherever they might have lived and no matter how religious or irreligious they may have proved to be themselves." (ELCA)

as

Table 6 – Beberapa bentuk pembedaan kepercayaan dan keyakinan dalam agama Katolik, Protestan, dan Kristen Ortodoks

Sa

nd

oS

Sumber: 1. Iain Emberson, Comparison between Orthodoxy, Protestantism & Roman Catholicism, 21/09/14, [emailprotected] http://www.christianityinview.com/comparison.html. Lihat juga Father Gregory Hallam http://www.antiochian.org/node/24408 2. ReligionFacts, Compare Christian Denominations' Beliefs, http://www.religionfacts.com/compare/christian-denominations-beliefs 3. S.M. Miranda, A Comparative Chart of Christian Beliefs, http://www.saintaquinas.com/christian_comparison.html Miranda’s perspectives on Christianity classifications. The table should be a useful tool because it represents the majority opinion of the denomination. Protestantism, by definition, accepts private judgement of Scripture over Church authority (this happens to a lesser extent in Anglicanism and Lutheranism). Therefore, it is difficult to pigeon-hole Protestant beliefs because of the resultant diversity of beliefs within denominations. [emailprotected] 1. Eastern Orthodoxy: Beliefs of the Orthodox Christian Church in America. Orthodox beliefs are primarily based on adherence to the first seven ecumenical councils of the Catholic Church. Their primary objection to the authority of the remaining ecumenical councils is rooted in a rejection of Papal primacy of authority and a theological disagreement on how to determine if a council is ecumenical or not (Catholics believe that a Papal endorsem*nt of doctrine from a general Church council makes it ecumenical). The Eastern Orthodox churchs they generally agree with the Catholic definition of the Biblical canon, but sometimes add additional books (such as Esdras III). Eastern Orthodoxy should not be considered either a unified church or a Protestant deriviative. It has seperate origins which resulted from the Great Schism of the eleventh century. Greek Orthodoxy, encompasses a handful of different local church communities that are very nationalistic (such as the Greek and Russian Orthodox Church) and somewhat independent from each other. It is worth noting that variances in beliefs (such as the biblical canon) do occur within the Orthodox schism. In the same vein, Protestantism is not a unified Church (although some claim it is the unified church of "Christianity") because the various doctrines of each denomination conflict and are often mutually exclusive. Only the Catholic Church has a unity of concensus on doctrinal matters because of its centralized authority in the Papacy and worldwide College of Bishops. http://www.oca.org/pages/orth_chri/Orthodox-Faith/index.htm

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 59

3.

4. 5. 6.

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

7.

Lutherans: Lutheran Church-Missouri Synod Statement of Beliefs. The Lutheran system of beliefs is based primarily on the The Book of Concord: The Confessions of the Evangelical Lutheran Church written in the 16th century, and the Augsburg confession. http://www.lcms.org/belief.asp Anglicans (Church of England)/Episcopalians: Beliefs of the Anglican Diocese of Melbourne, Australia. Anglican beliefs are chiefly summarized in Cranmer’s book of Common Prayer and the 39 Articles, written shortly after the King Henry VIII’s break from the Catholic Church. The Lambeth conference of the American Episcopalians at the beginning of the 20th century also forms the basis of mo dern Anglican beliefs (such as the new moral acceptance of contraceptive use) in the USA. High Church Anglicanism, is the Protestant denomination that bears the most similarity to the Catholic Church. http://members.tripod.com/%7Eangchcbr/who.html Presbyterians: Statement of Beliefs of the First Presbyterian Church in Waco. Their beliefs are primarily extracted from the 210th General Assembly of the Presbyterian Church (USA) and are based on John Calvin’s theology. http://www.firstpreswaco.org/believe.htm Methodists: Statement of Beliefs of the United Methodist Church. Their beliefs are extracted from The Book of Discipline of The United Methodist Church and is based on John Wesley’s theology. http://www.umc.org/ Baptists (1609): Southern Baptist Statement of Beliefs. It should be noted that by nature, Baptists are highly fractious and diverse in theological doctrines. They hold ultimate interpretation of Scripture at the individual level, and therefore it is difficult to assess a broad, generalized view of their beliefs. Southern Baptist are the largest convention of Baptists in the United States. http://www.utm.edu/martinarea/fbc/bfm/ Evangelicals: Evangelicalism is more a movement than a denomination. It sprang from the Methodist revivals of the 19th century. Therefore, it is highly fractious in the matter of general Church authority. Nevertheless, their doctrines can be somewhat garnered from the spirit of the movement. You can view a typical evangelical confession of faith here. http://www.cheyennefree.com/beliefs.htm

u1 ,2 /e

2.

Tabel – Biodata 44 POTUS, 1789-2016

,2

/e

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 60

Name George Washington John Adams Thomas Jefferson

Religion Episcopalian Unitarian *

ToS 1789–1797 1797–1801 1801–1809

Inauguration Age at 57 61 57

Death Age at 67 90 83

Born 17320222 17351030 17430413

Died 17991214 18260704 18260704

Political Party None Federalist Democratic-Republican

College or University Harvard William and Mary

Occupation or Profession Soldier, Planter Lawyer Planter, Lawyer

4

James Madison

Episcopalian

1809–1817

57

85

17510316

18360628

Democratic-Republican

Princeton

Lawyer

5 6 7

James Monroe John Quincy Adams Andrew Jackson

Episcopalian Unitarian Presbyterian

1817–1825 1825–1829 1829–1837

58 57 61

73 80 78

17580428 17670711 17670315

18310704 18480223 18450608

Democratic-Republican Democratic-Republican Democrat

William and Mary Harvard

8 9 10 11 12 13 14 15 16

Martin Van Buren William H. Harrison John Tyler James K. Polk Zachary Taylor Millard Fillmore Franklin Pierce James Buchanan Abraham Lincoln

Dutch Reformed Episcopalian Episcopalian Methodist Episcopalian Unitarian Episcopalian Presbyterian *

1837–1841 1841 1841–1845 1845–1849 1849–1850 1850–1853 1853–1857 1857–1861 1861–1865

54 68 51 49 64 50 48 65 52

79 68 71 53 65 74 64 77 56

17821205 17730209 17900329 17951102 17841124 18000107 18041123 17910423 18090212

18620724 18410404 18620118 18490615 18500709 18740308 18691008 18680601 18650415

Democrat Whig Whig Democrat Whig Whig Democrat Democrat Republican

17 18

Andrew Johnson Ulysses S. Grant

* Methodist

1865–1869 1869–1877

56 46

66 63

18081229 18220427

18750731 18850723

Democrat Republican

19 20 21 22 23 24 25

Rutherford B. Hayes James A. Garfield Chester A. Arthur Grover Cleveland Benjamin Harrison Grover Cleveland William McKinley

* Disciples of Christ Episcopalian Presbyterian Presbyterian Presbyterian Methodist

1877–1881 1881 1881–1885 1885–1889 1889–1893 1893–1897 1897–1901

54 49 51 47 55 55 54

70 49 57 71 67 71 58

18221004 18311119 18291005 18370318 18330820 18370318 18430129

18930117 18811119 18861118 19080624 19010313 19080624 19010914

Republican Republican Republican Democrat Republican Democrat Republican

Kenyon Williams Union

26 27 28 29 30 31 32

Theodore Roosevelt William H. Taft Woodrow Wilson Warren G. Harding Calvin Coolidge Herbert C. Hoover Franklin D. Roosevelt

Dutch Reformed Unitarian Presbyterian Baptist Congregationalist Friend (Quaker) Episcopalian

1901–1909 1909–1913 1913–1921 1921–1923 1923–1929 1929–1933 1933–1945

42 51 56 55 51 54 51

60 72 67 57 60 90 63

18581027 18570915 18561229 18651102 18720704 18740810 18820130

19190106 19300308 19240203 19230802 19330105 19641020 19450412

Republican Republican Democrat Republican Republican Republican Democrat

Harvard Yale Princeton

33 34 35 36 37

Harry S Truman Dwight D. Eisenhower John F. Kennedy Lyndon B. Johnson Richard M. Nixon

Baptist Presbyterian Roman Catholic Disciples of Christ Friend (Quaker)

1945–1953 1953–1961 1961–1963 1963–1969 1969–1974

60 62 43 55 56

19721226 19690328 19631122 19730122 19940422

Democrat Republican Democrat Democrat Republican

18840508 18901014 19170529 19080827 19130109

bu

sis ,

Hampden-Sydney William and Mary U. of N. Carolina Bowdoin Dickinson

An aly

Va lue

on

as ak o

88 78 46 64 81

ku 1

No. 1 2 3

U.S. Mil. Academy

Miami Allegheny College

nd oS

Sa

Lawyer Soldier Lawyer Lawyer Soldier Lawyer Lawyer Lawyer Lawyer Tailor Soldier Lawyer Minister, Teacher Lawyer Lawyer Lawyer Lawyer Lawyer

Amherst Stanford Harvard

Author Lawyer Educator Newspaper editor Lawyer Engineer Lawyer

U.S. Mil. Academy Harvard Southwest Texas State Whittier

Businessman Soldier Author Teacher Lawyer

38 Gerald R. Ford Episcopalian 1974–1977 61 93 19130714 20061226 Republican Michigan 39 James E. Carter, Jr. Baptist 1977–1981 52 19241001 Democrat U.S. Naval Academy 40 Ronald W. Reagan Presbyterian 1981–1989 69 93 19110206 20040605 Republican Eureka College 41 George H. W. Bush Episcopalian 1989–1993 64 19240612 Republican Yale 42 William Jefferson Clinton Baptist 1993–2001 46 19460819 Democrat Georgetown 43 George W. Bush Methodist 2001–2009 54 19460706 Republican Yale 44 Barack Obama United Church of Christ 2009– 47 19610804 Democrat Columbia Sumber: Joseph M. Bessette dan John J. Pitney, Jr., American Government and Politics: Deliberation, Democracy, and Citizenship, Wadsworth, Cengage Learning, Boston, 2011, hal.642-643.

Table 7 – Biodata 44 POTUS, 1789-2015

Lawyer Lawyer Lawyer, Soldier

Lawyer Naval Officer, Businessman Broadcaster, Actor Businessman Lawyer Businessman Lawyer

Vice President John Adams Thomas Jefferson Aaron Burr George Clinton George Clinton Elbridge Gerry Daniel D. Tompkins John C. Calhoun John C. Calhoun Martin Van Buren Richard M. Johnson John Tyler

VP's ToS (1789–1797) (1797–1801) (1801–1805) (1805–1809) (1809–1812) (1813–1814) (1817–1825) (1825–1829) (1829–1832) (1833–1837) (1837–1841) -1841

George M. Dallas Millard Fillmore

(1845–1849) (1849–1850)

William R. King John C. Breckinridge Hannibal Hamlin Andrew Johnson

-1853 (1857–1861) (1861–1865) -1865

Schuyler Colfax Henry Wilson William A. Wheeler Chester A. Arthur

(1869–1873) (1873–1875) (1877–1881) -1881

Thomas A. Hendricks Levi P. Morton Adlai E. Stevenson Garret A. Hobart Theodore Roosevelt Charles W. Fairbanks James S. Sherman Thomas R. Marshall Calvin Coolidge Charles G. Dawes Charles Curtis John N. Garner Henry A. Wallace Harry S. Truman Alben W. Barkley Richard M. Nixon Lyndon B. Johnson Hubert H. Humphrey Spiro T. Agnew Gerald R. Ford Nelson A. Rockefeller Walter F. Mondale George H. W. Bush J. Danforth Quayle Albert A. Gore Richard B. Cheney Joseph Biden

-1885 (1889–1893) (1893–1897) (1897–1899) -1901 (1905–1909) (1909–1912) (1913–1921) (1921–1923) (1925–1929) (1929–1933) (1933–1941) (1941–1945) -1945 (1949–1953) (1953–1961) (1961–1963) (1965–1969) (1969–1973) (1973–1974) (1974–1977) (1977–1981) (1981–1989) (1989–1993) (1993–2001) (2001–2009) (2009– )

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 61

Islam Islam sebagai kekuatan politik kembali berjaya setelah negara-negara Arab melakukan embargo minyak terhadap AS dan negara-negara Eropa. Embargo minyak dilakukan sebagai bentuk protes terhadap negara-negara barat yang mendukung Israel di Perang Yom Kippur di tahun 1973.

u1 ,2 /e

Embargo minyak yang dilakukan oleh OPEC selama periode 17 Oktober 1973 sampai 18 Maret 1974 seakan membuka luka lama dan mengaktualkan sejarah 'penaklukan' kerajaan Islam di masa lalu. Embargo membuat harga minyak melonjak 4 kali lipat, yakni dari US$ 3 menjadi US$ 12 per barrel. Islamophobia dalam Sejarah

,b uk

Rasa benci dan takut terhadap Islam diperparah dengan berbagai kekerasan yang dilakukan 'segelintir' kelompok minoritas yang ekstrim dan radikal. Termasuk didalamnya jumlah penduduk muslim yang semakin meningkat, bukan semata akibat pertumbuhan alami, tetapi semakin banyaknya orang yang beralih kepercayaan dengan memeluk agama Islam dan mudahnya asimilasi masyarakat muslim dengan non-muslim.

An

aly sis

Pendaratan bangsa Moor (Maroko) di Spanyol dan pengepungan Wina II oleh bangsa Turki menjadikan Islam sebagai momok yang menakutkan dan mudah menaklukan suatu wilayah. Tidak secara harfiah melalui kekuatan fisik, tetapi melalui proses asimilasi dan penggantian kepercayaan menjadi muslim.

alu e

Islamophobia kemudian berwujud pada pembantaian dan penghancuran terhadap segala hal yang bernuansa Islam seperti yang dilakukan bangsa Mongol terhadap Baghdad pada tanggal 15 Februari 1258. Invasi Mongol sejauh 4.000 mil dipimpin oleh Jengkhis Khan dan cucunya, Hulagu Khan yang Kristen dengan insentif kebebasan menjarah dan menghancurkan.

oo nV

Motif dasar dan utama penghancuran Islam dan kerajaan Islam oleh bangsa Mongol adalah semakin meningkatnya rasa ketidakpuasan masyarakat non-muslim (di Turki, Persia, Asia Tengah, Cina, Mongol), terutama akibat semakin banyaknya orang yang beralih kepercayaan menjadi penganut agama Islam selama 600 tahun, yakni sejak Islam lahir dan berkembang.

oS

as

ak

Dalam sejarahnya, invasi Mongol dilatarbelakangi oleh provokasi masyarakat Kristen dan Zoroaster. Mereka menghasut Kesultanan Khwarazmian (yang keturunan Persia dan muslim di Samarkand) untuk menyita iringan karavan Mongol dengan dalih adanya mata-mata dalam rombongan berisi ratusan pedagang.

Sa

nd

Penyitaan karavan dan rombongan pedagang Mongol membuat Jengkhis Khan kemudian mengirimkan utusan untuk meminta konfirmasi. Pimpinan utusan Jengkhis Khan dibunuh dan sisanya disuruh pulang dengan jenggot dibakar. Propanda Perang Melawan Islam (War against Islam) kemudian dicanangkan oleh bangsa Mongol. Pun oleh Kekaisaran Romawi Timur, Kerajaan Roma Suci, gerakan Reconquista pada Perang Salib sejak abad ke-11.

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

62 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

oS

as

ak

Figure 4 – Peta wilayah Kekaisaran Ottoman, 1683 Bagan – Peta wilayah Kekaisaran Ottoman, 1683 Sumber: Robert Mantran (ed.), Histoire de l'Empire Ottoman, Paris: Fayard (1989). https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/06/OttomanEmpireIn1683.png

Islamophobia pada Masa Kini

Sa

nd

Islamisme, Pan-Islam, Islam Fundamentalis, militansi dalam Islam atau yang sejenis merupakan gerakan aktualisasi arti dan peran Islam kontemporer. Gerakan ini timbul menyusul tekanan yang diberikan negara-negara barat terhadap Islam sebagai agama dan terhadap negara-negara Islam, bahwa Islam itu merupakan manifesto teror, Islam itu identik dengan teror. Hal ini terjadi karena mayoritas muslim membiarkan dan mendiamkan hal tersebut dilakukan oleh kelompok minoritas yang ekstrim. Tekanan negara-negara barat tersebut dilatarbelakangi oleh ketakutan pengulangan sejarah pada masa lalu dan terutama penguasaan cadangan minyak bumi yang oleh negara-negara Arab yang muslim. Sembilan dari 12 negara-negara tergabung dalam OPEC berpenduduk muslim, yakni Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, UAE, Aljazair, Libya, dan Nigeria. Tiga negara lainnya adalah

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 63

Angola di Afrika Barat, dan Venezuela dan Ekuador di Amerika Selatan. Kesembilan negara OPEC yang mayoritas muslim menguasai cadangan minyak sebanyak 885,8 Gbbl atau 73,7% dari jumlah OPEC atau 60% dari seluruh cadangan minyak yang ada di dunia. Negara-negara OPEC memiliki cadangan minyak mentah terbukti sekitar 1,20 trilyun barrel. Bersama lima negara lainnya yang memiliki cadangan minyak terbesar (Kanada, AS, Brazil, Cina, Rusia, Kazakhstan), total cadangan minyak di tahun 2013 hanya sedikit berbeda dengan jumlah cadangan minyak OPEC, yakni sebanyak 1,48 trilyun barrel.

u1 ,2 /e

Sebelum dan sesudah Arab Spring, di jazirah Arab, hanya 3 negara yang relatif bebas dari prahara, yakni Saudi, Qatar, dan UAE. Irak dan Libya sudah diberangus. Nigeria, di bulan Juli 2015 ini, mulai dibombardir oleh pasukan Amerika Serikat. Setelah melalui perundingan sangat alot selama bertahun-tahun, Iran baru bebas dari tekanan AS dan Eropa pasca tercapainya kesepakatan nuklir di bulan Juli 2015 ini pula. Aljazair?

,b uk

Sistem Petrodollar

aly sis

Per 15 Agustus 1971, Sistem Bretton-Woods bubar setelah AS secara sepihak menghentikan konvertibilitas dollar AS ke emas. Dalam sistem Bretton Woods, satu ounce emas dinilai tetap seharga US$ 35. Dollar AS yang kehilangan daya tarik dan konvertibilitas di tahun 1971 ditambah hilangnya hegemoni sebagai negara superpower pasca embargo minyak oleh OPEC di bulan Oktober 1973 membuat AS menciptakan sistem petrodollar.

alu e

An

Selaku Presiden AS, Nixon kemudian 'memaksa' Arab Saudi dan negara-negara OPEC lainnya untuk menggunakan dollar AS dalam setiap jual-beli minyaknya (US dollars for oil). Sebagai imbalannya, AS memberikan perlindungan dan persenjataan yang dibutuhkan. Sistem ini mulai operasional di tahun 1974.

oo nV

Sejak saat itu, AS membuka sejumlah pangkalan militer di hampir seluruh wilayah jazirah Arab dan Teluk Persia seperti Bahrain, Irak, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Israel, Yordania, dan Yaman. Export-led strategy di Asia Timur sejak tahun 1980-an kemudian mendapatkan momentum bagi negara-negara bukan penghasil minyak untuk mendapatkan dollar AS supaya bisa membeli minyak.

as

ak

Sekitar 90% dari puluhan milyar dollar AS yang didapatkan Arab Saudi dari sistem petrodollar dialokasikan untuk kembali memberdayakan Islam sebagai suatu budaya dan agama yang 'murni' melalui penyebaran satu Islam yang konservatif ala Saudi, yakni ajaran Wahabi atau Salafi.

nd

oS

Walau demikian, dalam prakteknya, interpretasi dan aplikasi syariah Islam bisa sangat berbeda menurut wilayah dan waktu. Sifatnya yang moderat membuat Islam berkembang sebagai agama terbesar kedua di dunia dan dengan pertumbuhan jumlah penganut yang tertinggi di dunia.

Sa

Sebelum sistem petrodollar berlaku, masyarakat Arab mengalami kehidupan ekonomi yang sulit dan stagnan. Wilayah dan masyarakat Arab dicerai-beraikan secara politik oleh Inggris setelah jatuhnya Kesultanan Turki Ottoman di tahun 1924. Tidak boleh ada lagi sistem kekhalifahan dalam Islam. Tidak ada lagi kemakmuran dan kesejahteraan seperti pada masa Kesultanan Turki. Dengan jumlah cadangan minyak sebanyak 298 milyar barrel (Gbbl), Venezuela merupakan negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia sejak awal 2011, disusul Saudi (266 Gbbl, 18%), Kanada (13%), dan Iran (9%).

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

64 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Sa

Figure 5 – OPEC Share of World Crude Oil Reserves, 2012 Bagan – OPEC Share of World Crude Oil Reserves, 2012 Sumber: OPEC Annual Statistical Bulletin, 2013 http://oilguru.org/wp-content/uploads/2013/05/OPECOilreserves_share_of_world_crude_reserves.png http://1.bp.blogspot.com/OrDxqvouDpo/U6kjj7GTAtI/AAAAAAAAADk/crR7hv_23FQ/s1600/OPECOilreserves_share_of_world_crude_reser ves.png http://www.opec.org/opec_web/static_files_project/images/content/data_graphs/Graph-OPEC-share-world-crude-oilreserves-2014.png http://www.opec.org/opec_web/static_files_project/images/content/data_graphs/Graph-OPEC-share-world-crude-oilreserves-2014.png

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 65

Pada masa sebelumnya, Saudi memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, terutama setelah klaim cadangan minyak sebesar 255 Gbbl di tahun 1988. Di tahun 1976, Saudi menjadi produsen minyak terbesar di dunia. Minyak mulai ditemukan di Saudi sejak tahun 1938 dan mulai diekspor dalam jumlah terbatas di tahun 1939 dan naik signifikan pada akhir Perang Dunia II. Dunia Muslim

u1 ,2 /e

Dunia Muslim dapat dibedakan menurut mazhab atau secara geografis. Dalam rangka mendapatkan konsensus tentang berbagai aliran, mazhab, ajaran, paham, sekte, dan lainnya dalam Islam, Raja Abdullah II bin Hussein dari Yordania kemudian menyerukan toleransi dan kesatuan dalam dunia muslim dalam Pesan Amman per 9 November 2004.

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

Tabel – Islam sebagai agama mayoritas menurut jumlah, 2010 Penganut Islam Negara Mayoritas Minoritas (jiwa) (%) Indonesia 204,847,000 (88.1%)  Pakistan 178,097,000 (96.4%)  India 177,286,000 (14.6%)  Bangladesh 145,312,000 (90.4%)  Nigeria 75,728,000 (47.9%)  Iran 74,819,000 (99.6%)  Turkey 74,660,000 (98.6%)  Egypt 73,746,000 (90%)  Algeria 34,780,000 (98.2%)  Morocco 32,381,000 (99.9%)  Iraq 31,108,000 (98.9%)  Sudan 30,855,000 (97%)  Afghanistan 29,047,000 (99.8%)  Ethiopia 28,721,000 (33.8%)  Uzbekistan 26,833,000 (96.5%)  Saudi Arabia 25,493,000 (97.1%)  Yemen 24,023,000 (99.0%)  China 23,308,000 (1.8%)  Syria 20,895,000 (92.8%)  Malaysia 17,139,000 (61.4%)  Russia 16,379,000 (11.7%)  Niger 15,627,000 (98.3%)  Sumber: Pew Research Center. "Muslim Population by Country". The Future of the Global Muslim Population. Table 8 – Islam sebagai agama mayoritas menurut jumlah, 2010

Sa

nd

Pesan Amman juga mengerucutkan mazhab (yurisprudensi Islam) atas 3 ajaran pemikiran (schools of thought), yakni Sunni, Syiah, dan Ibadi. Dalam ajaran Sunni, terdapat 5 aliran pemikiran, yakni Hanbali, Hanafi, Maliki, Shafi'i, dan Zahiri. Dalam ajaran Syiah, terdapat 2 aliran pemikiran, yakni Ja'fari (Twelvers) dan Fivers (terdiri dari Ismaili dan Zaidi). Ajaran ketiga adalah Ibadi, suatu sekte terpisah dari Khawarij. Secara politis, penganut agama Islam yang utama terbagi atas kelompok Sunni (75-90%) dan Syiah (10-20%). Kelompok Syiah sangat menginginkan kepemimpinan Islam (sebagai agama dan politik) seharusnya diwariskan kepada keturunan Muhammad. sem*ntara kelompok Sunni berkeyakinan bahwa pemimpin politik itu dipilih (secara demokratis) sebagai sultan atau khalifah. Kepemimpinan umat dipilih setelah dikonsultasikan dengan majelis syura. sem*ntara kepemimpinan agama dipimpin oleh ulama.

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

66 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Figure 6 – Mazhab dalam Islam Bagan – Mazhab dalam Islam https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/44/Madhhab_Map3.png

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 67

Beberapa negara yang mengakui Islam sebagai agama resmi antara lain:

u1 ,2 /e

Tabel – Negara-negara Islam menurut Regionalisme Eropa Albania, Bosnia-Herzegovina dan Kosovo, Rusia (Kaukasus Utara dan wilayah Volga) dan Ukraina (khususnya di Crimea). Afrika Utara Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir, Sudan; Afrika Timur Laut Somalia, Somaliland (negara de facto), Eritrea, Ethiopia dan Jibouti; Afrika Barat Mali, Senegal, Gambia, Guinea, Guinea-Bissau, Burkina Faso, Sierra Leone, Niger, dan Nigeria. Asia Tengah Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Xinjiang (Cina); Asia Selatan Afganistan, Pakistan, Iran, India, Bangladesh, Maladewa. Asia Barat Daya Arab Saudi, Iraq, Oman, United Arab Emirates, Kuwait, negara non-Arab seperti Turki dan Siprus Utara. Asia Barat sebagian Cina (Ningxia) Asia Tenggara Indonesia, Brunei, Malaysia. Table 9 – Negara-negara Islam menurut Regionalisme

ISIS sebagai Kekhalifahan Islam Masa Kini

aly sis

,b uk

Bila kita melihat mazhab dan sejarah Islam pada masa lalu, Khawarij merupakan ajaran ketiga yang memiliki ciri dan sifat garis keras serta ekstrim. Khawarij (Kharijit) berpandangan bahwa kepemimpinan Islam yang benar adalah semasa dua sahabat yang pertama, yakni Abu Bakar dan Umar Khattab. Usman bin Affan dinilai telah menyimpang dari keadilan dan kebenaran pada akhir masa kekhalifahannya.

An

Kekhalifahan Islam secara garis besar terbagi atas 4 periode, antara lain: 1. Khulafaur Rasyidin (632-661). 2. Dinasti Ummayyah (661-750). 3. Dinasti Abbasiyyah (750-1258). 4. Kekaisaran Ottoman (1299-1924).

oo nV

alu e

Khawarij pertama adalah kebanyakan berasal dari pasukan Ali bin Abi Thalib yang menentang kebijakan Ali untuk bernegosiasi dengan Muawiyah, kecuali melalui peperangan (jihad, jalan Allah, Hukum Allah). Khawarij berkeyakinan bahwa pemimpin itu tidak diwariskan, tetapi dipilih. Mereka yang kufur dianggap berseberangan dengan Khawarij, dinilai kafir dan wajib dihukum mati serta tidak ada toleransi (negosiasi dan diplomasi) dalam menegakkan hukum Allah (jihad fisabilillah).

as

ak

Di masa kini, beberapa kelompok dan ajaran Islam garis keras mencakup Wahabisme, Salafisme, Al-Qaeda, Taliban, Egyptian Islamic Jihad, Algerian Armed Islamic Group, Algerian Islamic Salvation Front, Jemaah Islamiyah, Abu Sayyaf, ISIS, Boko Haram, dan lainnya. Sejak jatuhnya kekuasaan Kesultanan Turki Ottoman di tahun 1924, tidak ada lagi pihak yang mengatasnamakan dirinya sebagai pemimpin Islam secara politik.

nd

oS

Di masa kini, ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) memproklamasikan Abu Bakar Baghdad sebagai khalifah Islam, otoritas agama Islam bagi seluruh umat muslim di seluruh dunia dan memiliki kekuasaan politik di seluruh wilayah yang dihuni umat muslim di dunia. 11

Sa

Proklamasi kekhalifahan tersebut membuat ISIS berganti nama menjadi IS (Islamic State, Arabic: ‫ﺍﻝﺩﻭﻝﺓ اإلﺱالمﻱﺓ‬‎ ad-Dawlah l-Islāmiyyah). Sebelumnya, ISIS menamakan dirinya sebagai ISIL (Islamic State of Iraq and the Levant, ‫ ﺩﺍﻉﺵ‬Dā'ish), dengan wilayah kekuasaan kekhalifahan dimulai dari Irak, Syiria, dan wilayah Levant, termasuk Yordania, Israel, Palestina, Lebanon, Siprus, dan selatan Turki. 12 11

Arabic CNN. " ‫ﻑﻕﻁ ﺩﻭﻥ ﺍﻝﻉﺭﺍﻕ ﻭﺍﻝﺵﺍﻡ ﻭﺍﻝﺏﻍﺩﺍﺩﻱ ﺃﻡﻱ ﺭﻩﺍ ﻭﺕﺡﺫﺭ "ال ﻉﺫﺭﻝﻡﻥ‬ ‎"‫ﻑﺓ ﻭﺕﺱﻡﻱﺕﻩﺍ "ﺍﻝﺩﻭﻝﺓ ﺍإلﺱالﻡﻱﺓ‬ ‫ﺩﺍﻉﺵﺕﻉﻝﻥﺕﺃﺱﻱﺱ ﺩﻭﻝﺓ ﺍﻝﺥال‬ 92‎,"‫ﻱﺕﺥﻝﻑ ﻉﻥ ﺍﻝﺏﻱﻉﺓ‬June 2014, http://arabic.cnn.com/middleeast/2014/06/29/urgent-isis-declares-caliphate 12 The Wall Street Journal. "What is ISIS? - The Short Answer". 12 June 2014. http://blogs.wsj.com/briefly/2014/06/12/islamic-state-of-iraq-and-al-sham-the-short-answer/

68 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Biasanya, aksi teror yang dijalankan kelompok garis keras tidak terbatas pada pembunuhan satu orang atau sejumlah orang, atau pada satu wilayah tertentu. Beberapa aksi teror bahkan terlihat seperti terkoordinir, terorganisir, tertata dengan baik dalam hal waktu, wilayah, atau lainnya. Termasuk didalamnya publikasi besar-besaran dan langsung atas aksi (akal-akalan) penggerebekan kelompok teroris.

u1 ,2 /e

Walau demikian, 'pengakuan' para pelaku teror, bila disimak lebih jauh dan mendalam, seakan banyak menyisakan lubang-lubang (kebohongan) informasi. Beberapa hal yang seakan 'terlupakan' mencakup aktor intelektual, penyediaan dana operasional, ketersediaan bahan-bahan bom, atau lainnya. Beberapa aksi teror menggunakan senjata CBRN (chemical, biological, radiological, nuclear) dengan modus operandi yang inovatif. Values in ICT

,b uk

Sikap terhadap suatu nilai (propositional attitude) merupakan konsep tentang pikiran (concepts in mind). Intelijensi dan intelijensi buatan merupakan dua konsep yang setara yang layak untuk diselami dan ditelusuri lebih lanjut.

aly sis

What is an Artificial Intelligence?

Sa

nd

oS

as

ak

oo nV

alu e

An

Artificial Intelligence can be defined as an intelligence that was given, embedded, made, created to some creature. By nature, such creature does not have the intelligence, nor can generate and build one. Neither can the creature to improve one in terms of development, duplication, regeneration, reconstruction, and so on, by default.

Figure 7 – Memetakan Artificial Intelligence Bagan – Memetakan Artificial Intelligence

Russell and Norvig defined the AI as a creature that can perceive, understand, predict, manipulate a world far larger and more complicated than itself, and build intelligent entities, that is the more

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 69

derived artificial Intelligences. Russell and Norvig compartmentalised AI into 4 categories, that is by thinking and acting, humanly and rationally. 13 The thinking is concerned with thought processes and reasoning, whereas the acting addresses behavior. The humanly measures success in terms of fidelity to human performance, whereas the rationally measures against an ideal performance measure, called rationality. A rationality system is rational as it does the "right thing," given what it knows.

u1 ,2 /e

A human-centered approach must be in part an empirical science, involving observations and hypotheses about human behavior. A rationalist 14 approach involves a combination of mathematics and engineering. Intelligence Defined

oo nV

alu e

An

aly sis

,b uk

Intelligence defined by Encyclopædia Britannica: 15 1. In human terms, intelligence is derived through biological factors (such as genes and characteristics) and/or forged by environmental factors (such as socioeconomic conditions). 2. In education, the ability to learn or understand or to deal with new or challenging situations. 3. In psychology, the term may more specifically denote the ability to apply knowledge to manipulate one's environment or to think abstractly as measured by objective criteria (such as the IQ test). 4. In government and military operations, evaluated information concerning the strength, activities, and probable courses of action of international actors that are usually, though not always, enemies or opponents. Known as covert action, it can refer to the collection, analysis, and distribution of such information and to the secret intervention in the political or economic affairs of other countries. 5. That is to say, intelligence is: 6. an important component of national power 7. a fundamental element in decision making regarding national security, defense, and foreign policies. 8. conducted on three levels: strategic, tactical, and counterintelligence.

Sa

nd

oS

as

ak

Teahan has managed to collect the use of intelligence word by some prominent people: 16 1. Intelligence without Reason can be read as a statement that intelligence is an emergent property of certain complex systems - it sometimes arises without an easily identifiable reason for arising. Rodney A Brooks. 1987. Intelligence without reason. 2. Lao Tzu, 6th century BC, Chinese recordkeeper (in the Zhou Dynasty court), "Knowing others is intelligence; knowing yourself is true wisdom. Mastering others is strength; mastering yourself is true power. If you realize that you have enough, you are truly rich." 3. Socrates, 469-399 BC, Greek philosopher, "I know that I am intelligent, because I know that I know nothing." 4. Leonardo da Vinci, 1452-1519 Italian scientist, sculptor, various, others, "Anyone who conducts an argument by appealing to authority is not using his intelligence, he is just using his memory." 13

Stuart J. Russell and Peter Norvig, Artificial Intelligence: A Modern Approach, 3/e, Prentice Hall, New Jersey, 2010, p.1. 14 By distinguishing between human and rational behavior, we are not suggesting that humans are necessarily "irrational" in the sense of "emotionally unstable" or "insane." One merely need note that we are not perfect: not all chess players are grandmasters; and, unfortunately, not everyone gets an A on the exam. Some systematic errors in human reasoning are cataloged by Kahneman et al. (1982). 15 Encyclopædia Britannica, Britannica Concise Encyclopædia, Revised and Expanded Edition, Peru, 2006. 16 William John Teahan, Artificial Intelligence – Agent Behaviour I, Ventus Publishing ApS, 2010.

70 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Abigail Adams. 1744-1818 American First Lady, "I've always felt that a person's intelligence is directly reflected by the number of conflicting points of view he can entertain simultaneously on the same topic." 6. Albert Einstein, 1879-1955, German physicist, "The true sign of intelligence is not knowledge but imagination." 7. Bertolt Brecht, 1898-1956, German Poet and Playwright, "Intelligence is not to make no mistakes, but quickly to see how to make them good." 8. Arthur Samuel, 1901-1990, American AI pioneer, "[T]he aim [is] to get machines to exhibit behavior, which if done by humans, would be assumed to involve the use of intelligence." 9. Alan Turing, 1912-1954, British computer scientist, mathematician, "A computer would deserve to be called intelligent if it could deceive a human into believing that it was human." 10. Susan Sontag, 1933-2004, American Writer, "Intelligence is really a kind of taste: taste in ideas." 11. Carl Sagan, 1934-1996, American Astronomer, Writer, Scientist, "Knowing a great deal is not the same as being smart; intelligence is not information alone but also judgment, the manner in which information is collected and used." 12. Linus Torvalds, 1969-, Finnish software engineer, "Intelligence is the ability to avoid doing work, yet getting the work done."

,b uk

u1 ,2 /e

5.

An

aly sis

AI researchers with a background in knowledge engineering and the symbolic approach to AI will describe intelligence using ingredients such as the following: 1. the capacity to acquire and apply knowledge; 2. the ability to perform reasoning; and 3. the ability to make decisions and plan in order to achieve a specific goal.

oo nV

alu e

AI researchers who prefer a behavioural-based approach will describe the intelligent behaviour of embodied, situated agents using ingredients such as: 1. the ability to perform an action that an external intelligent agent would deem to be intelligent; 2. the ability to demonstrate knowledge of the consequences of its actions; and 3. the ability to demonstrate knowledge of how to influence or change its environment in order to affect outcomes and achieve its goals.

oS

as

ak

If we think of intelligence using an analogy of mapping, as discussed in the previous chapter, then we might use the following ingredients to describe intelligence: 1. the ability of an embodied, situated agent to map environments, both real and abstract (i.e. recognize patterns to provide useful simplifications and/or characterizations of its environments); 2. the ability to use maps to navigate around its environments; 3. the ability to update its maps when it finds they do not fit reality; and 4. the ability to communicate details of its maps to other agents.

nd

Purpose of Artificial Intelligence

Sa

As the creature was given an intelligence by the human, such creature has an objective(s) to what is sensed and perceived by the human (intelligence). The creature must have human intelligence. To do so, most importantly, the creature must have some thing to 'do' with the aspects of human intelligence. Human senses or feels through the sensors received by human's 'devices', that not implanted but created by the specialised cells that do their job descriptions. It was carried out within the DNA soon after zygote experienced mitosis. It was not long after the sperm fertilised the ovum.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 71

The five human senses are sight, hearing, touch, smell, and taste. As human is equipped with such senses, the human is called sentient. While the sentience, according to Karam, means the ability to feel and to experience perceptions-in other words, to experience the world through one's senses; intelligence is defined as the ability to sense, experience, and decide what to do. In other words, intelligence is defined as the ability to learn new things, to learn from experience, and to use this knowledge to solve problems. 17

u1 ,2 /e

Furthermore, some part of having intelligence is being able to make decisions, intelligent decisions, humanly or rationally. What makes things complicated in the real life is that rational decisions sometimes are intertwined with human conscience, vice versa. The decision trees are the heart of expert system.

,b uk

Human conscience means human values. And humanity values have been passed from generation to generation, individually and/or socially. What makes human unique is the creativities in dealing day-to-day activities in real life. Creativity in (human) artistry, language, literacy, music, can generate ideas and innovations as well. Humour and the associated ones are the mighty examples. Human Intelligence Defined

An

aly sis

Human intelligence is the intellectual capacity of humans, which is characterized by perception, consciousness, self-awareness, and volition. Intelligence enables humans to remember descriptions of things and use those descriptions in future behaviors. It gives humans the cognitive abilities to learn, form concepts, understand, and reason, including the capacities to recognize patterns, comprehend ideas, plan, problem solve, and use language to communicate. Intelligence enables humans to experience and think.18

Self-Awareness

oo nV

alu e

While self-awareness and volition have been the easy parts to be implanted on the creature right from the start, from design to operational; the other 2 factors, perception-sentience and conscience, have been the hardest parts. According to Macmillan English Dictionary, volition is defined as the power or ability to decide something by yourself and to take action to get what you want. A more usual word is will. For example, Did he come of his own volition? 19

oS

as

ak

Self-awareness can be articulated by self-control. The control is binary based, Yes or No, Do This or Donot Do This, Proceed or Stop. The third option is else, IF-THEN-ELSE. Then, there is the control theory, intelligent control, the grandchild of cybernetics. Proceed or continue means that there will be action(s) to be taken, work(s) to be done. The work(s) can be mechanical and/or electrical, controlled and regulated by the sensory devices. The creatures will behave in response to changes in the environment.

Sa

nd

The mechanical creatures have been invented to ease human lives. They are to work or perform on human's behalf. Some people name the human-age creatures by artifacts. Some people call it automata, the mechanical beings that act (on their own), but do not think. 20

17

P. Andrew Karam, Science Foundations: Articial Intelligence, Chelsea House, New York, 2012, p.9 Human intelligence http://en.wikipedia.org/wiki/Human_intelligence, 29 April 2015, at 20:10. See also Evolution of human intelligence http://en.wikipedia.org/wiki/Evolution_of_human_intelligence; Salter W Sternberg RJ, (1982). Handbook of human intelligence. Cambridge, UK: Cambridge University Press; N. J. Mackintosh (2011). IQ and Human Intelligence (second ed.). Oxford: Oxford University Press. 19 Volition, Macmillan English Dictionary for Advanced Learners, 2007. 20 P. Andrew Karam, Articial Intelligence, p.9. 18

72 - Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Some Human-Age Creatures

An

aly sis

,b uk

u1 ,2 /e

1. A water clock with a regulator that maintained a constant flow rate. It was known as the first self-controlling machine, built by Ktesibios of Alexandria (c. 250 B.C.). 21 2. Antikythera devices (or mechanisms) was built to track the planet positions and moon phases. It was built around 100 B.C.22 3. In ancient Greece, Hephaestus is known as the god of craftsmen and technology. a. Hephaestus built metal automatons, including walking tripods, to help his work and bring things back and forth from his home to Mount Olympus. b. Hephaestus created human-like machines made of bronze to help him move from place to place, according to Homer's epic poem The Iliad. c. Talos, a giant man made of bronze, Talos was responsible for protecting the island of Crete from pirates and other invaders. He would circle the island three times each day to do so. 4. Pygmalion, a sculptor, fell in love with one of his creations. This creation is brought to life by the goddess Venus. 5. Yan Shi, a craftsman, made an automaton, a mechanical man for the emperor. It acted just like a person. It was so lifelike as it was able to walk, sing, wink at the ladies of the royal court. It happened in ancient China, more than 2,000 years ago. 6. In Jewish legends, a golem was a man made of clay that was brought to life, by Judah Loew ben Bezalel (1520-1609) of Prague, through rituals and magic. It was created to protect the Jews of the city from attack. However, it became more and more violent and could not be controlled. It finally was stopped when the rabbi was able to erase the first letter of a word written on the golem's forehead. The rabbi changed the word from emet (Hebrew for "truth") to met (Hebrew for "death").

oo nV

alu e

Some people claim that: 1. the golem was not an automaton, 2. the golem was not an intelligent, 3. the golem was a creature that acts not intelligently, 4. the golem behaved like a chaotic animal, as it started acting on its own. Algorithm, A Messing Device to Human Intelligence

ak

To do with human intelligence means to mess with the human intelligence, to cope with the human intelligence, to reproduce aspects of human intelligence, to replicates all key aspects of human intelligence, and so on.

nd

oS

as

In doing so, the creature must have some 'thing' in hand to deal with the human intelligence. That 'thing' is called value. In human terms, it is called preferences. It can be right or wrong, the boundaries, chances, triggers, rules, directives, and so on. Some times, to humans, the preferences can not be clear-cut. Rational decisions sometimes are intertwined with human conscience, vice versa.

Sa

In computing, the thing is called algorithm. Macmillan English Dictionary defines it as a set of rules for solving problems or doing calculations, especially rules that a computer uses. Nevertheless, algorithms are also implemented by other means, such as in a biological neural network (for

21

Other examples of self-regulating feedback control systems include the steam engine governor (James Watt, 1736-1819), the thermostat (and submarine, Cornelis Drebbel, 1572-1633. These inventions create the mathematical theory of stable feedback systems. Stuart J. Russell and Peter Norvig, Artifiial Intelligence, p.15. 22 P. Andrew Karam, Articial Intelligence, p.9.

Nilai-Nilai dalam Kehidupan – 73

example, the human brain implementing arithmetic or an insect looking for food), in an electrical circuit, or in a mechanical device. 23 Algorithm in Briefs

u1 ,2 /e

The concept of algorithm has existed for millenias. A partial formalization, that become the modern algorithm, began with attempts to solve the Entscheidungsproblem (the "decision problem") posed by David Hilbert in 1928. Subsequent formalizations were framed as attempts to define "effective calculability" or "effective method". The algorithm formalisations included 1. the Gödel-Herbrand-Kleene recursive functions of 1930, 1934 and 1935, 2. Alonzo Church's lambda calculus of 1936, 3. Emil Post's "Formulation 1" of 1936, and 4. Alan Turing's Turing machines of 1936-7 and 1939.

aly sis

,b uk

In mathematics and computer science, an algorithm can be defined as a self-contained step-by-step set of operations to be performed. The operations include calculation, data processing, and automated reasoning. Algorith limits what could be done with logic and computation. It is an effective method as it confines: 1. a finite amount of space and time to do the operations, 2. a finite number of well-defined successive states, eventually 3. producing "output", and 4. terminating at a final ending state.

alu e

An

The transition from one state to the next is not necessarily deterministic; some algorithms, known as randomised algorithms, incorporate random input. There may also other algorithms take places such as genetic algorithms, learning algorithms, etc. Algorithm, A Means for Logical Deduction

ak

oo nV

Algorithms for logical deduction were applied and formalised in general mathematical reasoning. Logic, computation (mathematical formalisation), and probability are the three fundamental areas of AI. In 1847, George Boole (1815-1864) worked out the details of propositional, or Boolean, logic. In 1879, Gottlob Frege (1848-1925) extended Boole's logic to include objects and relations, creating the first-order logic that is used today. Alfred Tarski (1902-1983) introduced a theory of reference that shows how to relate the objects in a logic to objects in the real world.

oS

as

The term algorithm comes from al-Khowarazmi, a Persian mathematician of the 9th century, whose writings also introduced Arabic numerals and algebra to Europe; while the first nontrivial algorithm is thought to be Euclid's algorithm for computing greatest common divisors of two numbers, a and b in locations named A and B.

Sa

nd

The Euclid algorithm (c. 300 B.C) proceeds by successive subtractions in two loops: IF the test B >= A yields "yes" (or true) (more accurately the number b in location B is greater than or equal to the number a in location A) THEN, the algorithm specifies B B, THEN A a. Sinonim: brain(s), brainpower, gray matter, headpiece, intellect, intellectuality, mentality, reason, sense, smarts b. Kata terkait: eggheadedness, highbrowism, intellectualism; braininess, brilliance; acumen, alertness, apprehension, astuteness, discernment, discriminability, insight, judgment (or judgement), perception, percipience, perspicacity; common sense, horse sense, mother wit; aptitude, talent; sagacity, sapience, wisdom, wit; head, mind, skull c. Antonim dekat: denseness, density, doltishness, dopiness, dullness (also dulness), dumbness, fatuity, feeblemindedness, foolishness, half-wittedness, idiocy, imbecility, senselessness, simpleness, slowness, stupidity 6. the normal or healthy condition of the mental abilities

Nilai-Nilai Dalam Kehidupan, 2/e - PDFCOFFEE.COM (2024)
Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Rev. Porsche Oberbrunner

Last Updated:

Views: 5928

Rating: 4.2 / 5 (53 voted)

Reviews: 84% of readers found this page helpful

Author information

Name: Rev. Porsche Oberbrunner

Birthday: 1994-06-25

Address: Suite 153 582 Lubowitz Walks, Port Alfredoborough, IN 72879-2838

Phone: +128413562823324

Job: IT Strategist

Hobby: Video gaming, Basketball, Web surfing, Book restoration, Jogging, Shooting, Fishing

Introduction: My name is Rev. Porsche Oberbrunner, I am a zany, graceful, talented, witty, determined, shiny, enchanting person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.